20 RF Bab II

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

1. Standar Nasional Pendidikan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa Standar Pendidikan berfungsi sebagai

dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu yang bertujuan untuk menjamin

mutu pendidikan nasional yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (Pasal 3 dan 4).1

Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk

meningkatkan mutu sumber daya manusia dan pengukuran kualitas pendidikan.

Standar tersebut bukan merupakan ukuran yang statis yang tidak berubah, tetapi

semakin lama semakin ditingkatkan. Selain itu standar pendidikan juga berfungsi

sebagai pemetaan pendidikan yang bermutu.

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (3), yang menyatakan perlunya

pemerintah mengusahakan suatu sistem pendidikan nasional yang mengarah

kepada peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri, maka disusun Undang-

Undang yang khusus mengatur masalah pendidikan. Pada zaman Orde Baru UU

pendidikan disusun pada tahun 1989 dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2

1
----------------, Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

13
14

Tahun 1989 tentang pendidikan, kemudian Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 yang merupakan perbaikan dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Tahun

1989. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 merupakan Undang-Undang yang

mengatur tentang penyelenggaraan Pendidikan Nasional yang terdiri dari 22 Bab dan

77 Pasal. Di dalamnya mencakup dari mulai dasar dan tujuan, penyelenggaraan

pendidikan termasuk Wajib Belajar, Penjamin kualitas pendidikan serta peran serta

masyarakat dalam sistem pendidikan nasional.

Dalam undang-undang ini secara tegas disebutkan bahwa pendidikan

nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, ini berarti

bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan pendidikan dalam tataran

praktis harus mengacu pada dua landasan tersebut. Adapun fungsi dan tujuan

pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3)2.

Dengan memperhatikan pasal tersebut nampak jelas bahwa segala upaya

pendidikan harus merupakan kegiatan yang dapat mencapai tujuan tersebut, sudah

tentu hal itu memerlukan ketentuan-ketentuan lainnya yang dapat menjadikan

pencapaian tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif.

2
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
15

Dalam rangka melaksanakan dan menjabarkan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pemerintah mengeluarkan peraturan

ini agar penyelenggaraan pendidikan dapat sesuai dengan yang diamanatkan

Pancasila dan UUD 1945 yakni pendidikan yang baik dan berkualitas. Untuk itu

diperlukan terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan

pelaksanaan kegiatan pendidikan pada tataran messo dan mikro, dalam hubungan

ini Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dapat dipandang sebagai upaya

ke arah pencapaian hal tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pada dasarnya hanya

merupakan standar umum penyelenggaraan pendidikan, sehingga diperlukan

operasionalisasi dalam berbagai aspek pendidikan. Hal ini tercantum dalam PP

tersebut tentang lingkup standar yang harus ada seperti standar isi, standar proses,

standar lulusan dan standar lainnya, di samping masalah standarisasi

penyelenggaraan pendidikan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan.

Adapun secara lebih jelas, standar-standar yang harus menjadi dasar bagi

penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, mencakup : 1) Standar isi, 2) Standar proses,

3) Standar kompetensi lulusan, 4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5)

Standar sarana dan prasarana, 6) Standar pengelolaan, 7) Standar pembiayaan,

dan, 8) Standar penilaian pendidikan.3

3
Ibid.
16

Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh

peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan

prajabatan, dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain,

tempat berekreasi, serta sumber belajar lainnya, yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi.

Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan

besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
17

Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik.

Kriteria Penentuan kedelapan standar di atas ditetapkan oleh Lembaga

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan lembaga

independen terlepas dari campur tangan secara langsung ataupun tidak dari

pemerintah, yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan dan

mengevaluasi standar pendidikan nasional.

2. Standar Guru Sebagai Tenaga Pendidik

Pendidikan merupakan suatu proses yang hasilnya dapat ditunjukkan

secara langsung maupun tidak langsung. Output/keluaran pendidikan merupakan

hasil pendidikan yang dapat diukur secara langsung setelah berlangsungnya suatu

system pendidikan pada jenjang tertentu. Output atau hasil yang diperoleh dengan

adanya proses pendidikan, misalnya jumlah atau persentase siswa menurut

pendidikan yang ditamatkan.

Kemajuan pembangunan pendidikan juga ditunjukkan oleh tinggi

rendahnya kualitas lulusan yang banyak dipengaruhi oleh kualitas tenaga

pengajar. Bukan hanya kualifikasi pengajar namun juga kesesuaian bidang

keahlian yang diajarkan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam mencapai

kemajuan pembangunan pendidikan semakin bertambah dengan kualifikasi para

pendidik atau tenaga pengajar yang dinilai masih rendah. Sebagian guru bahkan

mengajar di luar bidang keahliannya. Rendahnya kualitas tenaga pengajar akan

berdampak pada rendahnya mutu lulusan yang dihasilkan. Selain itu, sistem
18

penilaian dan pengujian serta akreditasi, ditambah dengan kurikulum turut

menentukan mutu anak didik.

Ada beberapa pengertian guru berikut ini untuk memberikan gambaran

betapa pentingnya peranan seorang guru yang profesional serta kompetensi di

bidangnya. Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan. Menurut Roestiyah, (1982: 182) dalam Nurdin (2005: 6):

.Teacher is a person who causes a person to know or be able to do something or

give a person knowladge or skill.4

Kunandar (2007: 54), guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal yaitu pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.5

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bab XI Pasal 39 ayat (2) bahwa pendidik merupakan tenaga

professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

pada perguruan tinggi.

4
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,
Jakarta, 2005, hal.
5
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press,
2007, hal.
19

Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat (1).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru

bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya di depan kelas,

namun merupakan seseorang yang memiliki profesionalisme dalam menjalankan

perannya sebagai seorang guru yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu

merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.

Kualifikasi guru turut menentukan keberhasilan pendidikan oleh karena

itu rendahnya kualifikasi tenaga pengajar atau guru dapat menunjukan bahwa

masih rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya kualitas tenaga pengajar akan

berdampak pada kualitas siswa yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya mutu

para lulusan.

Hal ini tentunya akan menghambat keberhasilan pembangunan nasional,

karena keberhasilan pembangunan nasional tergantung dari keberhasilan dalam

mengelola pendidikan nasional. Oleh karena itu, seorang pendidik (guru) harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang

sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Pasal 36 ayat (1), bahwa tenaga kependidikan pada


20

pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sesuai

dengan bidang tugasnya. Hal ini dikuatkan lagi dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 16 Tahun 2007, yang menyatakan bahwa profesionalisme

seorang guru dapat diukur melalui kualifikasi dan kompetensinya sebagai tenaga

kependidikan. Alat pengukurnya adalah sertifikat profesional yang dimiliki tenaga

pendidik melalui sertifikasi bagi guru dalam jabatan. Jadi, ketiga komponen

tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

3. Standar Kurikulum Pendidikan

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di

akademi yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai sesuatu tingkatan atau

ijazah.6 Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan

aktivitas yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka mempengaruhi siswa dalam

belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan belajar

mengajar strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program

pengembangan pengajaran dan sebagainya.

Jadi kurikulum merupakan pedoman dalam menyampaikan materi

pelajaran yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pendidikan itu sendiri. kurikulum

6
Opcit, hal.
21

selalu dipengaruhi dan ditentukan oleh gagasan yang melatar belakangi tentang

manusia dan pendidikan. Kurikulum akan dipengaruhi oleh gagasan penyusun

kurikulum tentang makna pendidikan yang dipikirkannya.

Dalam penyusunan kurikulum tersebut harus dimuat tujuan yang harus

dicapai, uraian materi secara ringkas, teknik/metode yang mungkin dipakai, alat

dan sumber, kelas, lamanya waktu yang diperlukan/jam dan sebagainya yang

biasanya termuat dalam satu model penyusunan program yang disebut Garis-Garis

Besar Program Pengajaran (GBPP).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan

khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a) kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b) kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian; c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan tekhnologi; d) kelompok mata pelajaran estetika; e) kelompok mata pelajaran

jasmani, oleh raga dan kesehatan (Pasal 6 ayat (1)).

4. Standar Sarana Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana adalah alat bantu yang dibutuhkan baik langsung

maupun tidak langsung oleh siswa dan guru ataupun penyelenggaraan pendidikan

dalam mewujudkan proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana ini dapat

menunjang keefektifan dan efisiensi pengajaran karena dapat mempengaruhi

tingkat laku siswa.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 42 dinyatakan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan


22

wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta kelengkapan

lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan; (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satiuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata

usaha, ruang perpustakaan, ruang laboraturium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, diatur tentang jumlah satuan

pendidikan, luas lahan minimum, luas bangunan gedung minimum dan kelengkapan

sarana dan prasarana. Bangunan gedung sekolah yang sesuai dengan standar harus

memenuhi ketentuan tata bangunan yaitu rancangan, pelaksanaan dan pengawasan

pembangunan gedung harus dilakukan secara profesional dan dapat bertahan

minimum 20 Tahun, memenuhi persyaratan keselamatan, memenuhi persyaratan

kesehatan, letak bangunan tersebut menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang

mudah, aman dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat, bangunan gedung

dilengkapi system keamanan, dilengkapi fasilitas instalasi listrik.

Kelengkapan sarana dan prasarana yang harus dilengkapi sekurang-

kurangnya adalah sebagai berikut : a) ruang kelas, b) ruang perpustakan, c)

laboraturium, d) ruang pimpinan, e) ruang guru, f) ruang tata usaha, g) tempat

beribadah, h) ruang konseling, i) ruang UKS, j) ruang organisasi kesiswaan, k)

jamban, l) gudang, m) ruang sirkulasi, n) tempat bermain/berolahraga, dan o)

ruang Praktik Kerja/bengkel kerja (khusus untuk sekolah kejuruan).


23

B. TINJAUAN TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA

Peningkatan Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dan

merupakan syarat mutlak dalam belajar. Oleh karena itu tugas guru disamping

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik, juga bertugas memotivasi

belajar mereka.

1. Pengertian Motivasi

Manusia dalam hidupnya selalu ingin bergerak, bertindak untuk

melakukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Keinginan untuk

bergerak dan bertindak itu dipengaruhi oleh adanya dorongan atau faktor yang

disebut motivasi.

Adapun pengertian motivasi itu sebagaimana disampaikan oleh para ahli,

yang antara lain :

a. Pendapat James O Witteher, yang disadur oleh Drs. Wasty Sumanto

mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan

atau memberi dorongan kepada makhluk bertingkah laku guna mencapai

tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.7

b. Pendapat Mc. Donald memberikan sebuah definisi sebagai suatu perubahan

tenaga didalam pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan

reaksi dalam usaha mencapai tujuan.8

Dari pendapat ini dapat dinyatakan bahwa :

7
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja Pemimpin
Pendidikan, Rieneka Cipta, Jakarta, 1990, hal. 193
8
Ibid, hal. 191
24

1) Motivasi dimulai dari perubahan tenaga dalam diri seseorang.

2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif.

3) Motivasi itu ditandai dengan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

c. Clifford T Morgan mengatakan bahwa :

Motivasi bertalian dengan tiga hal sekaligus merupakan aspek-aspek dari


pada motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong
tingkah laku (motivated states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan
tersebut (Motivated Behavior) dan tujuan dari tingkah laku laku (goals or.
ends such behavior)9

Setelah memperhatikan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas

mengenai pengertian motivasi, dari masing-masing pendapat mereka terdapat

perbedaan-perbedaan, namun maksudnya sama yaitu motivasi itu sebagai daya

penggerak atau pendorong yang dapat menggerakkan seseorang untuk berbuat,

bertindak dan bertingkah laku supaya ia dapat mencapai suatu tujuan. Baik faktor

yang datang dari luar maupun faktor yang datang dari dalam dirinya.

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Drs. M. mahfud Shalahuddin :

Motivasi adalah tenaga yang membangkitkan dan menggerakkan kelakuan


individu. Motivasi bukan tingkah laku melakukan motivasi bukan tingkah
laku, melainkan kondisi internal yang kompleks dan tidak dapat diamati
secara langsung, akan tetapi motivasi berdasarkan tingkah lakunya.10

Sejalan dengan hal tersebut adalah yang disampaikan Sardiman AM,

dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar dinyatakan sebagai

berikut :

9
Ibid, hal. 194
10
Drs. Mahfud Salahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, Bina Ilmu,
Surabaya, 1990, hal. 113 - 114
25

Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan


sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan subyek belajar itu dapat
tercapai.11

Dalam Al Qur-an banyak terdapat ayat yang menerangkan tentang

motivasi, antara lain :

Artinya :

Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, maka itu adalah

untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan,

maka itu akan menimpa dirinya sendiri.12

Oleh karena itu kebaikan harus diwujudkan dengan cara melakukan tugas-

tugas pendidikan, melalui pendidikan anak akan berbuat kebaikan, yang mana hasil

dari amal kebaikannya itu pasti akan dirasakannya sendiri ketika masih hidup di dunia

ini, maupun kelak diakherat. Selain itu semua pihak yang terkait dengan aktifitas

pendidikan akan memperoleh keuntungan bagi keperluan hidup manusia.

Begitu pula jika berbuat kejahatan, maka akan menerima kesengsaraan,

bahkan akan mendapt pembalasan yang sesuai dengan perbuatan jahat yang

didapatnya.

2. Macam-macam Motivasi

Ada beberapa macam pendapat mengenai motivasi :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motivasi Bawaan, adalah motif-motif yang dibawa sejak lahir, seperti :

11
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali
Press, Jakarta, 1992, hal.75
12
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemahnya, hal. 817
26

- Dorongan untuk makan dan minum

- Dorongan untuk bergerak dan beristirahat

- Dorongan seksual

Motif-motif ini sering disebut juga dengan motif-motif yang disyaratkan

secara biologis, artinya dalam warisan biologis manusia.

2) Motivasi yang dipelajari, adalah timbulnya motif-motif itu karena dipelajari,

seperti :

- Dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan

- Dorongan untuk mengejar suatu kedudukan dalam masyarakat.

- Dan lain sebagainya.

Motif-motif ini sering disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial,

karena manusia hidup dalam lingkungan sosial. Dengan sesama manusia.

b. Menurut Wood Warth, motif-motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1) Kebutuhan-kebutuhan organis, yakni motif-motif yang berhubungan dengan

kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari diri tubuh (kebutuhan-kebutuhan

organis), seperti lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak

dan beristirahan / tidur dan lain sebagainya.

2) Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) ialah

motif-motif yang timbul jika situasi menurut timbulnya tindakan kegiatan

yang cepat dan kuat dri kita. Dalam hal ini motif itu timbul bukan atas

kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita, contoh :

diwaktu kita sedang asyik belajar, sekonyong-konyong terdengar teriakan

“tolong”, seketika itu juga kita terdorong untuk keluar rumah dan melakukan

sesuatu.
27

3) Motif obyektif, ialah motif yang diarahkan atau ditunjukkan ke suatu obyek

atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan

dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki,

menggunakan lingkungan.13

c. Motif-motif itu dapat pula dibedakan sebagai berikut :

1) Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsinya tidak dirangsang dari luar,

memang dari dalam diri individu itu telah ada dorongan tersebut tanpa adanya

paksaan dari luar. Contoh : anak yang bertekun mempelajari biologi karena ia

benar-benar tertarik dan ingin sekali menguasainya pelajaran itu.

2) Motif ekstrensik, yaitu motif yang berfungsinya karena adanya rangsangan

dari luar. Contoh : seorang anak belajar bukan didorong oleh keinginan untuk

benar-benar mengetahui apa yang di pelajarinya, melainkan supaya lulus

ujian, atau supaya orang tuanya senang, atau takut dimarahi ayah / gurunya

dan sebagainya.

3. Bentuk-bentuk Motivasi

Didalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik

maupun ekstrinsik sangat penting. Bagi pelajar motivasi dapat menyumbangkan

aktifitas dan inisiatif, dapat menggerakkan dan memelihara ketekunan dalam

dalam melakukan kegiatan belajar.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

13
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, Psikologi Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1988, hal. 64
28

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau

memacu para siswanya untuk agar timbul keinginan dan kemauan untuk

meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai

dengan yang diharapkan dan ditetapkan didalam kurikulum sekolah.

Adapun beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

rangka meningkatkan kegiatan belajar adalah :

1. Memberi Angka, angka dalam hal ini merupakan simbul dari nilai kegiatan

belajar. Banyak siswa belajar untuk mencapai angka yang baik, angka-angka

itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat, akan tetapi ada pula yang

belajar agar supaya dapat naik kelas saja. Angka tersebut harus benar-benar

menggambarkan hasil belajar anak.

2. Hadiah, hadiah memang dapat membangkitkan motivasi apabila masing-

masing mempunyai harapan untuk memperolehnya. Dengan sendirinya

maksud hadiah itu adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak agar supaya

anak merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat

penghargaan. Umumnya anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya

yang menyebabkan ia mendapatkan hadiah itu baik. Maksud hadiah itu yang

terpenting adalah bukan hasil yang telah dicapai oleh seorang anak, melalui

dengan hasil yang telah dicapai oleh anak itu pendidik bertujuan untuk

membentuk kata hati, dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak

itu.
29

3. Saingan, saingan dapat juga digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Demikian juga persaingan individu maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang

persaingan banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, ter

juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4. Ego evolvement, Menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan

pentingnya giat belajar, dan menerimanya sebagai tantangan sehingga giat

belajar dengan mempertaruhkan diri adalah sebagai salah satu bentuk

motivasi cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk

mencapai prestasi dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan

baik adalah simbul kebanggan dan harga diri. Begitu juga untuk siswa sebagai

subyek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras dalam menjaga dan

meningkatkan harga dirinya

5. Memberi ulangan atau remedial. Para siswa akan giat belajar, kalau

mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan ini juga

merupakan sarana motivasi, tetapi yang harus diingat oleh guru adalah, jangan

terlalau sering memberikan ulangan, karena akan membosankan dan bersifat

rutinitas, dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya kalau akan ulangan

harus diberitahukan kepada siswanya.

6. Pujian; Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan dengan baik,

adalah termasuk sebagai motivasi. Pujian yang tak beralasan dan tak karuan

serta terlampau sering, hilang artinya, dalam percobaan-percobaan ternyata

pujian dapat meningkatkan motivasi siswa, guru hendak mencari hal-hal yang

pada setiap siswa yang dapat dipuji, seperti : tulisannya, ketelitian, tingkah

laku dan lain sebagainya.


30

7. Hukuman; Hukuman reinformacement yang negatif, tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi, karena itu guru harus

memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

8. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan,a da maksud untuk belajar,

hal ini akan lebih baik apabila dibandingkan pada suatu kegiatan pada diri

anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang

tentu hasilnya akan lebih baik.

9. Minat Untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya dalam proses

belajar mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan minat belajar

para siswanya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat kepada

bahan pelajaran yang sedangkan diajarkan.

Guru harus menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik

perhatian siswa sebagaimana juga tidak setiap siswa menaruh perhatian terhadap

pelajaran yang sama. Karena itu mutlak diperlukan kecakapan guru untuk

memberikan motivasi membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap bahan

pelajaran yang sedang dikerjakan.

Ditinjau dari segi didaktik, jika minat siswa dapat dibangkitkan untuk

kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan pelajaran yang

diberikan oleh guru. Maka keadaan kelas menjadi tenang. Sebab siswa tidak

mempunyai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang melanggar ketertiban

kelas. Dengan demikian pelajaran dapat berlangsung dengan baik, mudah diterima

dan dimengerti oleh siswa dan pada waktunya mudah disemak untuk ditimbulkan

kembali.
31

Dipandang dari sudut psychologis, perhatian adalah suatu gejala kejiawaan

yang erat hubungannya dengan dorongan minat dan tingkah laku seseorang.

Selanjutnya dipandang dari sudut pendidikan pemusatan perhatian sangat

penting artinya bagi pembentukan watak, sebab anak-anak yang sudah terlatih dan

menjadi terbiasa memusatkan perhatian tidak semata-mata kepada hal-hal yang

digemamri melainkan juga kepada obyek yang tidak menarik perhatiannya, berarti

memaksakan dirinya untuk menggerakkan kemampuan memberikan perhatian yang

berarti pula memperkeras kemauannya.

Kemauan yang keras besar sekali peranannya dalam bagi kehidupan anak
bilamana terjun ke tengah-tengah masyarakat, karena dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban ia tetap siap mental dan mampu memperhatikan serta
melaksanakan pekerjaan yang mungkin tidak menarik baginya.14

Dalam membangkitkan minat belajar siswa, sikap guru merupakan faktor

yang sangat penting. Pada waktu mengajar, guru harus memperlihatkan perhatiannya

yang sungguh-sungguh terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan. Guru yang

bersikap acuh tak acuh akan menimbulkan sikap yang sama terhadap siswa.

Selain itu hubungan antara guru dan siswa hendaknya tetap terpelihara

dengan baik. Hal ini juga akan memperbesar perhatian siswa terhadap bahan yang

akan diajarkan, lebih-lebih yang diberikan oleh seorang guru yang mereka cintai.

Hubungan baik dapat dilakukan dengan menjadikan dirinya sebagai

contoh bagi siswanya seperti dalam hal keanggunan budi pekerti,

kepandaian, kerajinan, kebersihan dan sebagainya.15

14
Drs. Imansyah Alipandie, didaktik Metodik Pendidikan Umum, Usaha
nasional, Surabaya, 1984, hal. 16
15
Ibid, hal. 18
32

4. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, adanya motivasi sangat diperlukan,

karena hasil belajar akan menjadi optimal, Prof. DR. S. Nasution mengemukakan

pendapatnya tentang fungsi motivasi adalah sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b. Mementukan arah yang akan dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus sesuai dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni mementukan perbuatan-perbuatan yang harus
dijalankan, yang serasi untuk mencapai tujuan. Itu, dengan mengesampingkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.16

Sedangkan menurut pendapat Lester D Crow Ph.D dan Alice Crow Ph.D

fungsi motivasi adalah :

1) Memberikan semangat seorang anak dalam kegiatan belajar, anak-anak pada


masa permulaan sekolah dapat distimulasi untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang baik melalui pujian-pujian yang baik dari guru.
2) Motivasi sebagai pemilih dalam kegiatan.
3) Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.17

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pembahasan ini,

penulis maksudkan adalah menyangkut dengan motivasi belajar. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :

16
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali
press, Jakarta, 1992, hal. 85
17
Lester D Crow Ph.D dan Alice Crow Ph.D, Psikologi Pendidikan,
Alih bahasa Z. kasiyan, Bina Ilmu Surabaya, 1984, hal. 359
33

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa.

1) Faktor-faktor non sosial, misalnya : kadang udara, cuaca, waktu (pagi, siang,

malam), tempat, alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis menulis, buku-

buku, alat-alat peraga dan sebagainya). Semua alat tadi harus digunakan

sebaik-baiknya sehingga dapat membantu proses belajar mengajar yang

maksimal, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat, seperti

tidak terlalu dekat dengan jalan yang ramai, dan bangunan harus memenuhi

syarat-syarat kesehatan sekolah, serta alat-alat pelajaran harus sedapat

mungkin diusahakan dapat memenuhi syarat menurut pertimbangan didaktik

methodik dan paedagogis.

2) Faktor-faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia (

sesama manusia / orang ), baik orang itu ada atau hadir secara langsung, maka

kehadirannya itu dapat mengganggu proses belajar. Misalnya siswa dalam satu

kelas sedang mengerjakan ulangan, lalu terdengar banyak anak-anak bercakap-

cakap disamping kelas, maupun orang lain hadir secara tidak langsung, misalnya

saja potret yang merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian yang

dihidangkan radio atau tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi

kehadiran seseorang.

Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan itu pada umumnya

dapat mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditunjukkan

kepada hal-hal yang dipelajari atau aktifitas belajar semata-mata. Dengan berbagai

cara faktor-faktor tersebut harus diatur, supaya proses belajar mengajar tetap

berlangsung dengan sebaik-baiknya.


34

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa.

1) Faktor-faktor fisiologis.

a) Tonus jasmani pada umumnya.

Keadaan ini dapat melatar melakangi aktifitas belajar, keadaan jasmani yang

lelah. Dalam hubungan ini ada dua hal yang perlu dikemukakan :

(1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar zat gizi dapat

mengakibatkan kurangnya tonus dalam jasmani, yang pengaruhnya dapat

berupa kelesuan, lekas mengantuk, ellah dan sebagainya, lebih-lebih bagi

anak yang sangat muda, pengaruh itu besar sekali.

(2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu. Penyakit-penyakit

seperti pilek, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya

diabaikan karena dipandang tidak cukup seru untuk mendapatkan

perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataan penyakit-penyakit

semacam ini sangat mengganggu aktifitas.

b) Keadaan fisiologis tertentu

Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh

ke dalam diri individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan

mempergunakan panca inderanya. Berfungsinya panca indera dengan baik

merupakan syarat dapatnya belajar dengan baik pula. Agar panca indera anak

didik dapat berfungsi dengan baik, maka dewasa ini disekolah sekolah diadakan

perawatan atau penjagan, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat

kuratif, seperti adanya pemeriksaan oleh dokter secara periodik.


35

2) Faktor-faktor psikologis

Ini adalah faktor-faktor yang mendorong adanya aktifitas dalam

menempuh pelajaran, antara lain :

(1) Sifat ingin mengetahui tentang sesuatu.

(2) Sifat kreatif untuk ingin maju dalam usahanya.

(3) Keinginan untuk mendapatkan simpati dari guru.

(4) Keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha-usaha yang

baru.

(5) Keinginan untuk mendapatkan rasa aman.

Apa yang telah dikemukakan tersebut, hanya sekedar menyebutkan

sebagian kecil saja dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Kebutuhan-

kebutuhan itu saling berkaitan untuk dapat mendorong semangat belajar anak.

Tentu saja anak yang satu berbeda dengan anak yang lainnya, maka dari itu

seorang pendidik haruslah mengenal kebutuhan mana yang paling dominan pada

anak didiknya. Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya

dalam belajar anak didik ialah cita-cita, karena cita-cita merupakan pusat dari

bermacam-macam kebutuhan. Artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya

disentralisasikan disekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu

memobilisasi energi psikhis untuk belajar. Dengan demikian faktor-faktor yang

telah penulis sebutkan diatas dapat mempengaruhi motivasi belajar anak.


36

C. PENGARUH PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MI

MIFTAHUL ULUM KEMLAGI MOJOKERTO

Dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan perlu ditetapkan standar

nasional pendidikan. Dengan adanya standar nasional pendidikan, maka standar

kurikulum, standar pendidik dan standar sarana prasarana menjadi semakin

terintegrasi untuk memaksimalkan tujuan pendidikan.

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,

pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai

suatu tujuan.

Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang. Melalui latihan dan

pengalaman, motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan

yang dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan yang lebih baik dibandingkan

sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat mengasumsikan bahwa : Ada

pengaruh yang signifikan antara Penerapan standar nasional pendidikan terhadap

Peningkatan motivasi belajar siswa di MI Miftahul Ulum Kemlagi Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai