Anda di halaman 1dari 23

Tugas Mandiri

Properti Kelompok
Peran, Norma, Status, Besaran, Kekompakan, Keragaman
Kerja Tim

DOSEN PENGAMPU :
Dr. NINA OKTARINA, M.Pd.

Disusun Oleh:
Bambang Irawan, S.Pd.I.
0102521031

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan
kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan paper yang
berjudul “Properti Kelompok: Peran, Norma, Status, Besaran, Kekompakan, Keragaman
Kerja Tim” sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Perilaku Organisasi
Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekeurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya saran atau kritikan yang membangun yang untuk bisa memperbaiki
karya ilmiah berikutnya.

Semarang, Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan suatu kelemahan,
ketidakmampuan,keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu pasti memiliki
sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering mempersoalkan kelemahan orang lain dan terlalu
sombong dengan kekuatan diri.
Sudah saatnya kita mengubah perilaku demikian. Kelompok adalah dua individu atau lebih
yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu, yang
dapat bersifat formal ataupun informal. Selain kelompok, dewasa ini sangat populer adalah adanya
sebuah tim. Tim jelas berbeda dengan kelompok. Menurut Robbins (2006) tim kerja adalah
kelompok dimana individu menghasilkan tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah
masukan individu tersebut. Sedangkan kelompok kerja adalah kelompok dasar yang berinteraksi
untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota berkinerja sesuai
bidang tanggung jawabnya.Sedangkan menurut Ilyas (2006) Tim kerja adalah kumpulan individu
dengan keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Menciptakan tim yang efektif adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan Agar dapat
bekerja sama secara efektif, satu tim memerlukan adanya tiga tipe keterampilan yang berlainan,
yaitu orang-orang dengan kelainan teknis,orang-orang dengan keterampilan pemecah masalah dan
pengambilan keputusan,orang-orang dengan keterampilan mendengarkan dengan baik,
memberikan umpan balik,penyelesaian konflik, dan keterampilan antarpribadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Kelompok dan Tim Kerja ?
2. Jelaskan bagaimana Tipe-Tipe kelompok !
3. Jelaskan bagaimana Tipe-Tipe Tim Kerja !
4. Bagaimana Teori-Teori Pembentukan Kelompok !
5. Apa Perbedaan antara Kelompok Dan Tim ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Kelompok dan Tim Kerja
2. Untuk mengetahui Tipe-Tipe Kelompok

1
3. Untuk mengetahui Tipe-Tipe Tim Kerja
4. Untuk mengetahui Teori-Teori Pembentukan Kelompok
5. Untuk mengetahui Perbedaan antara Kelompok dan Tim kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. DASAR DARI PERILAKU KELOMPOK


Kita sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang melihat pentingnya
berkelompok. Secara alamiah, manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam memenuhi
kebutuhannya pun manusia tidak jauh dari interaksi dengan manusia lain yang ada
disekelilingnya. Dengan demikian, hampir seluruh waktu kita habiskan untuk berinteraksi,
dididik, belajar serta bermain dalam kelompok. Kelompok terbentuk karena adanya dua orang
atau lebih yang memiliki kontak untuk mencapai tujuan. Kelompok memiliki tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan kelompok adalah suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan
oleh anggota kelompok. Oleh sebab itu masing-masing anggota melakukan berbagai tugas
kelompok.
Ivan Steiner (dalam Forsyth, 1983) memandang dinamika kelompok melalui dua
perspektif, sosiologi dan psikologi. Sosiologi menekankan pada kelompok dan pengaruh pada
kelompok tersebut. Sedangkan psikologi memandang individu sebagai diri yang unik.
Keunikan ini terlihat dari cara berpikir, emosi, dan sikap pada kelompok. Durkheim (dalam
Forsyth, 1983) lebih berfokus pada hubungan interpersonal pada primary groups. Sedangkan
Gustav Le Bon (dalam Forsyth, 1983) lebih memfokuskan pada dinamika individu pada
kelompok. Pada akhirnya, dinamika kelompok tidak hanya dimiliki oleh satu disiplin ilmu
saja. Keduanya mampu menjadikan dinamika kelompok sebagai sub bab yang tidak
terpisahkan.

A. Mendefinisikan dan Mengklafisikan Kelompok


kelompok sebagai dua atau lebih individu, berinteraksi dan saling tergantung, yang datang
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok dibagi menjadi 2, yaitu kelompok
formal dan kelompok informal. kelompok formal didefinisikan oleh struktur organisasi, dengan
tugas kerja yang ditunjuk membangun tugas. Sebaliknya, kelompok informal yang tidak resmi
struktural terstruktur maupun organisatoris ditentukan.

1. Mengapa Orang-Orang Membentuk Kelompok?


Teori identitas sosial dalam suatu kelompok mengusulkan bahwa orang memiliki reaksi

3
emosional terhadap kegagalan atau keberhasilan kelompok mereka karena harga diri mereka
akan terikat ke kinerja kelompok, sehingga :
 Identitas sosial membantu orang mengurangi ketidakpastian tentang siapa mereka danapa
yang harus mereka lakukan
 identitas sosial membantu kita memahami siapa kita dan dimana kita cocok dengan
orang lain, tetapi mereka dapat memiliki sisi negatif juga
Kapan orang mengembangkan identitas sosial? Beberapa karakteristik membuat identitas
sosial penting untuk seseorang:

a. Kesamaan. Tidak mengherankan, orang-orang yang memiliki nilai yang sama atau
karakteristik sebagai anggota lain dari organisasi mereka memiliki tingkat yang lebih
tinggi dari identifikasi kelompok.
b. kekhususan. Orang lebih cenderung untuk melihat identitas yang menunjukkan
bagaimana mereka berbeda dari kelompok lain.

c. Status. Karena orang menggunakan identitas untuk mendefinisikan diri mereka sendiri
dan meningkatkan harga diri, masuk akal bahwa mereka paling tertarik dalam
menghubungkan diri ke kelompok-status yang tinggi.
d. Pengurangan Ketidakpastian. Keanggotaan dalam kelompok juga membantu beberapa
orang memahami siapa mereka dan bagaimana mereka masuk ke dunia

2. Tahap-Tahap dalam Pengembangan Kelompok


a. Model Lima Tahap
Lima tahap pengembangan kelompok mencirikan kelompok yang berjalan melalui tahapan
yang unik, yaitu membentuk, mempeributkan, menyusun norma, bekerja, dan
membubarkan.
 Tahap membentuk (forming stage)
Digolongkan sebagai sejumlah besar ketidakpastian mengenai tujuan, struktur, dan
kepemimpinan kelompok.
 Tahap mempeributkan (storming stage)
Tahap ini merupakan salah satu konflik intrakelompok.
 Tahap menyusun norma (norming stage)

4
Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam pengembangan kelompok, dicirikan dengan
hubungan yang dekat dan kekompakan.
 Tahap mengerjakan (performing stage)
Tahap keempat dalam pengembangan kelompok, yang mana kelompok sepenuhnya
fungsional.
 Tahap membubarkan (adjourning stage)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam pengembangan kelompok untuk kelompok
sementara, yang dicirikan dengan memusatkan perhatian pada mengakhiri kegiatan
dan bukannya kinerja tugas.

b. Suatu Model Alternative bagi Kelompok yang Bersifat Sementara dengan Tenggat
Waktu
Kelompok yang bersifat sementara dengan tenggat waktu yang nampaknya tidak
mengikuti model lima tahap yang biasa , mereka memiliki urutan tindakan yang unik
sendiri yang disebut model kesetimbangan berselang (punctuated-equilibrium model).
Model kesetimbangan-berselang merupakan suatu rangkain fase yang mana kelompok
yang bersifat sementara bergerak melaluinya yang melibatkan transisi antara
kelambanan dengan aktivitasnya, antara lain :
 Pertemuan pertama mereka menetapkan arah kelompok
 Fase pertama aktivitas kelompok adalah salah satu dari inersia
 Suatu transisi terjadi tepat ketika kelompok telah terpakai setengah dari waktu yang
telah ditetapkan
 Transisi dimana memprakarsai perubahan besar
 Fase kedua dari inersia mengikuti transisi
 Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh aktivitas yang diakselerasikan.

3. Properti Kelompok: Peranan, Norma, Status, Besaran, Kekompakan,dan Keragaman


a. Properti Kelompok 1: Peran
Peran merupakan suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan dengan
seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial.
Persepsi peran yakni suatu sudut pandang individu mengenai bagaimana dia seharusnya
bertindak dalam suatu situasi tertentu. Kita mendapatkan persepsi peranan dari semua
stimulus di sekitar kita seperti teman, buku, film, dan televisi.

5
Ekspektasi peran yaitu bagaimana yang lainnya meyakini seseorag akan bertindak dalam
suatu situasi tertetu. Di tempat kerja, kita melihat ekspektasi peran melalui perspektif
kontrak psikologis yakni, sebuah pernyataan yang tidak tertulis yang mengemukakan apa
yang manajemen harapkan dari karyawan dan sebaliknya. Pernyataan ini mengemukakan
ekspektasi timbale-balik: apa yang manajemen harapkan dari para karyawan dan
sebaliknya.

Konflik peran yaitu, suatu situasi yang mana individu dihadapkan oleh ekspektasi peran
yang berbeda-beda. Sebagian besar karyawan secara bersamaan dalam pekerjaan,
kelompok kerja, divisi, dan kelompok demografis serta identitas yang berbeda ini dapat
masuk ke dalam koflik ketika ekspektasi dari seseorang bertentagan dengan ekspektasi
yang lainnya.selama proses merger dan akuisisi, para karyawan dapat terbagi antara
identitas mereka sebagai para anggota dari organisasi awal dengan induk perusahaan yang
baru.

b. Properti Kelompok 2: Norma


Semua kelompok telah menetapkan norma atau standar berperilaku yang dapat
diterima bersama oleh anggota mereka yang mengekspresikan apa yang mereka seharusnya
dilakukan dan seharusnya tidak dilakukan dalam keadaan tertentu . Ketika disetujui dan
diterima oleh kelompok, norma mempengaruhi perilaku anggota dengan minimal kontrol
eksternal . Kelompok yang berbeda , komunitas, dan masyarakat memiliki norma-norma
yang berbeda , tetapi mereka semua pasti memiliki norma .
Norma dapat menutupi hampir semua aspek perilaku kelompok . Norma lainnya
termasuk norma-norma penampilan ( kode pakaian , aturan tak tertulis tentang kapan
terlihat sibuk ) , norma-norma pengaturan sosial ( dengan siapa untuk makan siang , apakah
akan membentuk persahabatan dan mematikan pekerjaan ), dan norma-norma alokasi
sumber daya (penugasan pekerjaan sulit, distribusi sumber daya seperti gaji atau peralatan)

1. Kepatuhan
Sebagai anggota kelompok, orang ingin diterima oleh kelompok. Jadi orang rentan
menyesuaikan terhadap norma-norma kelompok. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa
kelompok dapat menempatkan tekanan kuat pada anggota individu untuk mengubah sikap
dan perilaku mereka agar sesuai dengan standar kelompok. Ada banyak alasan yang sesuai

6
dengan penelitian terbaru menyoroti pentingnya keinginan untuk membentuk persepsi yang
akurat tentang realitas berdasarkan konsensus kelompok, untuk mengembangkan hubungan
sosial yang bermakna dengan orang lain, dan untuk mempertahankan konsep diri yang
menguntungkan. Dampak bahwa tekanan untuk sesuai dengan perilaku kelompok dapat
dimiliki pada penilaian anggota individu.

2. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja


Perilaku menyimpang di tempat kerja (juga disebut perilaku antisosial atau
ketidaksopanan kerja) adalah perilaku sukarela yang melanggar norma-norma
organisasi yang signifikan dan, dalam melakukannya, mengancam kesejahteraan
organisasi atau anggotanya. Beberapa organisasi akan mengakui menciptakan atau
memaafkan kondisi yang mendorong dan mempertahankan norma-norma yang
menyimpang. Namun ada Karyawan melaporkan bahwa ada peningkatan atas
kekasaran dan pengabaian terhadap orang lain oleh bos dan rekan kerja dalam beberapa
tahun terakhir.

c. Properti Kelompok 3: Status


Status adalah suatu posisi yang didefinisikan secara sosial atau peringkat yang
diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh orang lain. Hal-hal yang
menentukan status antara lain:
 Kekuasaan seseorang yang dimiliki atas orang lain.
 Kemampuan seseorang untuk memberikan kontribusi bagi tujuan kelompok.
 Karakteristik pribadi individu.

1. Status dan Norma


Para individu yang memiliki status yang tinggi sering kali diberikan lebih banyak
kebebasan menyimpang dari norma daripada para anggota kelompok lain. Orang-orang
yang memiliki status yang tinggi juga lebih dapat menolak atas tekanan kepatuhan
daripadarekan-rekan mereka yang memiliki status yang lebih rendah.

2. Status dan Interaksi Kelompok


Orang-orang yang memiliki status yang tinggi cenderung menjadi anggota
kelompok yang lebih sombong. Tetapi perbedaan status benar-benar menghambat

7
keragaman dari gagasan dan kreativitas dalam kelompok karena para anggota yang
memiliki status yang lebih rendah cenderung untuk berperan sserta kurang aktif dalam
pembahasan kelompok.

3. Ketidakadilan Status
Perbedaan status yang besar di dalam kelompok juga berhubungan dengan kinerja
individu yang lebih buruk, kesehatan yang lebih rendah, dan keinginan yang kuat
untuk meninggalkan kelompok.

4. Status dan Stigmatisasi


Status orang dengan siapa anda berafiliasi juga dapat memengaruhi pandangan
orang lain terhadap anda. Orang-orang yang distigmatisasi dapat menulari orang lain
dengan stigma mereka. Efek stigma oleh asosiasi ini dapat menghasilkan opini
negative dan melakukan evaluasi orang-orang yang terafiliasi dengan individu yang
distigmatisasi,bahkan jika asosiasi singkat dan terjadi secara kebetulan.

d. Properti Kelompok 4: Besaran


Besaran suatu kelompok memengaruhi keseluruhan perilaku kelompok tetapi
pengaruhnya bergantung pada apa variable dependen yang kita amati. Salah satu dari
temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok adalah kemalasan sosial yang
merupakan kecenderungan bagi para individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika
bekerja secara kolektif daripada ketika bekerja secara individu.
Yang menyebabkan kemalasan sosial mungkin karena adanya suatu keyakinan
bahwa orang lain di dalam kelompok tidak melaksanakan pembagian mereka secara adil.
Penjelasan lainnya mengenai kemalasan sosial adalah penyebaran tanggung jawab. Oleh
karena hasil kelompok tidak dapat dikaitkan hanya kepada satu orang, maka hubungan
antara input individu dan output kelompok akan tampak tidak jelas. Para individu
kemudian tergoda untuk menjadi seorang penunggang bebas dan melintasi upaya
kelompok.
Ada beberapa cara untuk mencegah kemalasan sosial, yaitu:
 Menetapkan tujuan kelompok, sehingga kelompok memiliki tujuan umum untuk
berusah maju.
 Meningkatkan kompetisi intrakelompok, yang mana menitikberatkan pada hasil yang

8
dibagikan.

 Terlibat dalam evaluasi rekan, sehingga masing-masing orang akan saling


mengevaluasi kontribusi satu sama lain
 Memilih para anggota yang memiliki motivasi yang tinggi dan lebih memilih untuk
bekerja dalam kelompok.
 Jika memungkinkan, mendasari imbalan kelompok sebagai bagian atas kontribusi
yang unik dari masing-masing anggota.

e. Properti Kelompok 5: Kekompakan


Kekompakkan merupakan keadaan yang mana para anggota kelompok tertarik satu
sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan dalam kelompok. Kelompok-kelompok
memiliki kekompakkan yang berbeda.
Hubungan antara kekompakkan dengan produktivitas bergantung pada norma yang
terkait dengan kinerja kelompok. Jika norma kualitas, output, dan kerja sama dengaan para
pihak luar tinggi, suatu kelompok yang kompak akan menjadi lebih produktif daripada
kelompok yang kurang kompak. Tetapi jika kekompakan tinggi dan norma kinerja rendah,
maka produktivitas akan menjadi rendah, jika kekompakan rensah dan norma kinerja
tinggi, maka produktivitas akan meningkat, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok dengan norma kinerja dan kekompakan yang tinggi. Jika kekompakan dan
norma kinerja keduanya rendah, maka produktivitas akan cenderung turun dalam kisaran
paling rendaah hingga sedang.
Untuk mendorong kekompakan kelompok, hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
 Buatlah kelompok yang lebih kecil
 Mendorong perjanjian dengan tujuan kelompok
 Meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh para anggota bersama-sama
 Meningkatkan status kelompok dan anggapan kesulitan dalam memperoleh
keanggotaan
 Menstimulasi kompetisi dengan kelompok lain
 Memberikan imbalan pada kelompok dan bukannya pada para individu
 Mengisolasi kelompok secara fisik

9
f. Properti Kelompok 6: Keragaman
Keragaman diartikan sebagai sejauh mana para anggota dari suatu kelompok
memiliki kesamaan, atau berbeda dari, satu sama lain. Keragaman terlihat untuk
meningkatkan konflik kelompok, terutama dalam tahap awal masa jabatan kelompok,
yang mana sering kali menurukan moral kelompok dan meningkatkan tingkat berhentinya
anggota.
Salah satu efek yang timbul dari keragaman adalah lini kesalahan. Lini kesalahan
atau faultlines adalah divisi yang dipandang yang membagi kelompok menjadi dua atau
lebih subkelompok yang idasarkan pada perbedaan individu, misalnya jenis kelamin, ras,
umur, pengalaman kerja, dan pendidikan.
Lini kesalahan yang didasarkan pada perbedaan dalam keterampilan, pengetahuan,
dan keahlian dapat memberikan manfaat ketika kelompok-kelompok dalam budaya
organisasi yang menekankan kuat pada hasil. Hal ini karena budaya yang didorong oleh
hasil akan memusatkan orang-orang pada apa yang penting bagi perusahaan dan bukannya
pada permasalahan yang timbul dari subkelompok.
Meskipun riset mengenai lini kesalahan menyarankan bahwa keragaman dalam
kelompok merupakan pedang bermata dua, riset terbaru mengindikasikan bahwa mereka
dapat secata strategis dipekerjakan untuk meningkatkan kinerja.

4. Pengambilan Keputusan Kelompok


Dalam pengambilan keputusan menggunakan kelompok, para manajer harus menilai
apakah peningkatan dalam efektivitas jauh lebih banyak dari cukup untuk mengimbangi
penurunandalam efesiensi.

a. Kelompok versus Individu


Kelompok merupakan kendaraan yang sempurna untuk mengerjakan beberapa langkah
dalam proses pengambilan keputusan .

1. Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok


 Informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap
 Keragaman pandangan yang lebih luas
 Penerimaan suatu solusi.

10
2. Kelemahan Pengambilan Keputusan Kelompok
 Memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai suatu solusi
 Terdapat kepatuhan tekanan
 Didominasi oleh salah satu atau beberapa anggota
 Tanggung jawab yang ambigu.

b. Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok


Dua efek samping dari pengambilan keputusan kelompok kedua fenomena ini
mempunyai potensi memengaruhi kemampuan kelompok untuk menilai alternatif-
alternatif secara positif dan menghasilkan solusi keputusan yang berkualitas.
Fenomena yang pertama, yang disebut pikiran kelompok (groupthink), dikatakan
dengan norma-norma fenomena ini menggambarkan situasi ketika tekanan kelompok
untuk kesesuaian menghalangi kelompok untuk menghargai secara kritis pandangan-
pandangan yang tak biasa,minoritas,atau tak popular.pikiran kelompok jadi penyakit yang
menyerang bayak kelompok dan dapat secara dramatis merintangi kinerjanya. Fenomena
kedua yang kami tinjau ulang disebut pergeseran kelompok (groupshift). Fenomena ini
mengindikasikan bahwa dalam membahas seperangkat alternatif dan mencapai
pemecahan tertentu, para anggota kelompok cenderung membesar-besarkan posisi
(pendirian) awal yang mereka anut.

c. Teknik-Teknik dalam Pengambilan Keputusan Kelompok


Dalam pengambilan keputusan secara groups, terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi terjadinya pengambilan keputusan. Pemilihan teknik yang
akan digunakan harus memperhatikan keeefektifan dan juga karakter individu-individu
yang akan menjadi sebuah group.
Teknik yang dapat digunakan adalah :
 Interacting Groups adalah kelompok yang khusus dimana setiap anggotanya
berinteraksi satu sama lain face to face.

11
 Nominal Groups Technique adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan
keputusan secara group dimana anggota group bertemu tatap muka.
 Brainstorming adalah sebuah proses mencari ide sebanyak-banyaknya dari setiap
individu anggota group.
 Electronic meeting adalah penggunaan media elektronik sebagai media interaksi
antar anggota group sehingga anggota group tidak perlu bertemu secara fisik.

II. MEMAHAMI KERJA TIM

Tim dan Kelompok adalah dua konsep berbeda, Kelompok untuk terlibat didalam kerja
kolektif yang memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggotatim. Akibatnya, kinerja mereka
sekedar kumpulan kontribusi parsial dariseluruh individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi
positif yangmenciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitasinput
yang mereka berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya
yang terkoordinasi. Upaya individual merekamenghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar
ketimbang totalitas input para individunya.

A. Mengapa Tim Menjadi Begitu Populer?

Bukti menunjukkan bahwa tim biasanya bekerja lebih baik dari pada individu ketika
tugas- tugas yang dilakukan membutuhkan banyak keterampilan, pendapat dan pengalaman.
Ketikanmenyusun ulang dirinya sendiri untuk bersaing secara lebih efektif dan efisien,
oeganisasi berubah menjadi beberapa tim sebagai sebuah cara yang lebih baik untuk
menggunakan bakat- nbakat karyawan.

Manajemen telah menemukan bahwa tim lebih fleksibel dan respontif terhadap berbagai
peristiwa yang selalu berubah daripada departemen-departemen tradisional atau bentuk-bentuk
pengelompokan permanen lainnya. Tim memiliki kecakapan untuk berkumpul, menyebarkan,
berkumpul kembali, dan membubarkan diri dengan cepat. Tetapi jangan mengabaikan sifat
motivasi dari tim. Tim memudahkan partisipasi karyawan dalam membuat berbagai keputusan

B. Perbedaan Antara Kelompok dan Tim

Kelompok dan tim bukanlah hal yang sama. Dalam bagian ini kita akan membahas
mengenai perbedaan antara kelompok kerja dan tim kerja.

12
Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagai
informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja di dalam area
tanggung jawabnya.

Tim kerja (work team) menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi.
Usaha-usaha individualmereka menhasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual.

Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyak organisasi yang
akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manajemen mencari sinergi positif yang
memungkinkan organisasi mereka untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif
menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar
tanpa peningkatan masukan.

C. Tipe Tim

Tim dapat mebuat produk, memberikan jasa, menegosiasikan kesepakatan, mengkoordinasi


proyek, menawarkan saran, dan mengambil keputusan.
1. Tim Penyelesai Masalah

Tim penyelesaian masalah, yaitu kelompok-kelompok yang terdiri atas 5 sampai 12


karyawan dari departemen yang sama yang bertemu selama beberapa jam setiap minggu
untukmendiskusikan berbagai cara peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Dalam tim penyelesaian masalah, para anggota berbagai ide atau memberikan saran
mengenai bagaimana proses dan metode kerja bisa ditingkatkan; meskipun mereka jarang
sekali memiliki wewenang untuk mengimplementasikan berbagai tindakan yang mereka
usulkan secara unilateral.
2. Tim Kerja yang Mengolah diri sendiri

Tim kerja yang mengelola diri sendiri (self-managed work item) adalah kelompok
karyawan (biasanya 10 sampai 15 anggota) yang melakukan pekerjaan yang sangat
berhubungan atau salaing bergantung dan memikul tanggung jawab yang banyak dari para
pengawas mereka sebelumnya.
Biasanya tanggung jawabnya mencakup perencanaan dan pengaturan pekerjaan,
pemberian tugas kepada para anggota, pengendali kolektif atas langkah kerja, pembuatan

13
berbagai keputusan pengoperasian, pengambilan tindakan untuk berbagai masalah, serta
kerja sama dengan para pemasok dan pelanggan.

3. Tim Lintas Fungsional


Tim lintas fungsional , yaitu para karawan yang berasal dari tingkat hierarkis yang
kurang lebih sama, tetapi dai berbagai bidang pekerjaan yang berbeda, yang berkumpul
untuk menyelesaikan sebuah tugas.
Tim lintas fungsional merupakan cara efektif yang memungkinkan orang-orang dari
berbagai area yang berbeda di dalam sebuah organisasi (atau bahkan di antara organisasi-
organisasi) untuk bertukar informasi, mengembangan ide-ide baru dan menyelesaikan
banyakmasalah, dan mengoordanisasi berbagai proyek yang rumit.

4. Tim Virtual
Tim virtual , yaitu tim yang menggunakan teknologi komputer untuk menyatukan
anggota-anggota yang terpisah secara fisik guna mencapai tujuan bersama. Tim virtual bisa
melakukan semua hal yang dilakukan oleh tim yang lain berbagai informasi, menmbuat
berbagai keputusan, dan menyelesaikan. Tiga faktor utama yang membedakan ytim virtual
dari tim yang bertemu muka secara langsung: (1) ketiadaan isyarat-isyarat paraverbal dan
nonverbal; (2) konteks sosial yang terbatas; (3) kemampuan untuk mengatasi keterbatasan
waktu dan ruang.

D. Menciptakan Tim yang Kreatif


Dalam mempertimbnakan model efektifitas tim, ada 2 point penting. Pertama, tim-tim
berbeda dalam bentuk dan struktur. Model berupaya untuk menggeneralisasikan seluruh
varietas tim, tetapi menghindari dengan ketat dalam menerapkan prediksinya pada seluruh tim.
Kedua, model mengasumsikan kerja tim lebih disukai daripada kerja individu. Menciptakan
tim yang efektif ketika para individu dapat melakukan pekerjaan lebih baik seperti
memecahkan permasalahan yang salah dengan sempurna.
Atur kompenen utama dari tim yang efektif kedalam tiga kategori umum. Pertama
adalah sumber daya dan pengaruh kontekstual lainnya yang membawa tim menjadi efektif.
Kedua, terkait dengan komposisi dari tim. Ketiga, variable proses adalah peristiwa didalam
tim yang memengaruhi efetivitas (ukuran objektif dari produktivitas tim, perinkat dari para
manajer ataskinerja tim, dan ukuran kepuasan anggota secara menyeluruh).

14
1. Faktor Faktor yang Menentukan Apakah Tim dapat Berhasil atau Tidak
a. Sumber yang memadai.

Tim adalah bagian dari sebuah sistem organisasi yang lebih besar. Kekurangan
sumber daya ini secara langsung juga mengurangi kemampuan tim untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan efektif.

b. Kepemimpinan dan Struktur

Bukti menunjukkan bahwa tim kerja yang mengelola diri sendri sering kali bekerja
dengan lebih baik dari pada tim yang mempunyai pemimpin yang ditunjuk secara
formal. Para pemimpin juga bisa menghalangi kinerja yang tinggi ketika mereka turut
campur dalam tim-tim yang mengelola diri sendiri.

c. Suasana Kepercayaan

Para anggota dari tim yang efektif saling memercayai. Kepercayaan antarpersonal di
antara para anggota tim memudahkan kerja sama, mengurangi kebutuhan untuk
mengawasi perilaku satu sama lain, dan membatasi anggota-anggota di sekeliling
kepercayaan bahwa orang lain dalam tim tidak akan memanfaatkan mereka.

d. Evaluasi Kinerja dan Sistem Penghargaan

Evaluasi kinerja individual, upah per jam yang tetap, insentif individual, dan lain
sebagainya tidak konsisten dengan perkembangan tim berkinerja tinggi. Jadi, selain
mengevaluasi dan memberi penghargaan untuk para karyawanatas kontribusi
individual mereka, manajemen harus mempertimbangkan penilaian berbasis
kelompok, pembagian laba, pembagian pendapatan, insentif kelompok kecil, dan
modifikasi sistem lain yang akan menguatkan usaha dan komitmen tim.

2. Komposisi Tim
a. Kemampuan dari Para Anggota
Untuk bekerja secara efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis keterampilan yang
berbeda. Pertama, tim memebutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian teknis.
Kedua, tim membutuhkan orang-orang yang mempunyai keterampilan
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan agar bisa mengidentifikasikan
berbagai masalah, membuat serta mengevaluasi berbagai alternatif dan membuat
pilihan-pilihan yang kompeten. Terakhir, tim membutuhkan orang-orang ynag
15
memiliki keterampilan mendengarkan, memberikan umpan balik, resolusi konflik,
dan keterampilan antarpersonal lainnya.
b. Kepribadian Para Anggota
Komposisi kepribadian adalah penting untuk keberhasilan tim. Komposisi
kepribadian sangat baik untuk menyusun tim dengan orang-orang yang ekstraver,
patuh, berhati-hati, stabil secara emosional, dan terbuka. Manajemen juga harus
meminimalkan keridaktetapan di dalam tim mengenai berbagai sifat ini.
c. Mengalokasikan Peran
Tim memiliki kebutuhan yang berbeda, dan orang-orang harus dipilih untuk sebuah
tim untuk memastikan bahwa sebuah peran terisi. Kita bisa mengidentifikasi
sembilanperan tim yang potensial, yaitu:
1. Pencipta, mengajukan ide-ide kreatif.
2. Promotor, memperjuangkan ide-eide setelah diajukan.
3. Penilai, menawarkan berbagai pilihan analisis yang berwawasan.
4. Organisator, memberikan struktur-struktur.
5. Produser, memberikan pengarahan dan tindakan lanjutan.
6. Pengontrol, memeriksa detail-detail dan menjalankan peraturan.
7. Pemeliharaan, memerangi berbagai perlawanan eksternal.
8. Penasehat, mendorong pencarian informasi yang lebih banyak.
9. Penghubung, mengoordinasi dan mengintegrasi.

d. Keragaman Para Anggota

Ketika sebuah tim memiliki keberagaman dalam hal kepribadian, gender, usia,
pendidikan, spesialisasi fungsional, dan pengalaman, terdapat kemungkinan yang lebih
besar bahwa tim tersebut akan memiliki karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif. Tim tersebut mungkin mengalami
lebih banyak konflik dan kurang menguntungkan arena banyaknya posisi yang
diperkenalkan dan diterima. Namun bukti yan g ada biasanya mendukung kesimpulan
bahwa tim heterogen bekerja secara lebih efektif dibandingkan tim homogen.
e. Besaran Tim
Ketika suatu tim memiliki terlalu banyak anggota, kekohesifan dan akuntabilitas
bersama menurun, kemalasan sosial meningkat, dan semakin banyak orang yang
enggan berbicara dengan orang lain. Lagipula, tim-tim besar memiliki kesulitan untuk
16
dapat berkoordinasi, terutama ketika terdapat tekanan waktu. Dengan demikian, para
manajer harus berusaha mempertahankan jumlah anggota yang kurang dari 10 orang
dalam merancang tim yang efektif.

f. Pilihan Anggota
Tim dengan para individu yang fleksibel memiliki anggota yang mampu
menyelesaikan tugas anggota lainnya. Ini benar-benar merupakan nilai tambah untuk
sebuah tim karena tim tersebut sangat meningkatkan kemampuan adaptasinya dan
menjadikannya tidak terlalu bergantung pada satu anggota saja.

g. Preferensi Anggota
Tidak semua anggota tim adalah pemain tim. Bila diberikan pilahan, banyak
karyawan yang memilih untuk tidak terlibat dalam suatu tim. Ketika individu yang
lebih suka bekerja sendiri diminta untuk bergabug dalam sebuah tim, terdapat sebuah
ancaman langsung untuk moral tim dan kepuasan anggota.

h. Rancangan Kerja
Kategori rancangan kerja mencakup berbagai variabel seperti kebebasan dan otonomi,
peluang menggunakan berbagai keterampilan dan mbakat yang berbeda
(keanekaragaman keterampilan), kemampuan menyelesaikan seluruh tugas atau
produk yang bisa diidentifikasi (identitas tugas), dan mengerjakan suatu tugas atau
proyek yang mempunyai pengaruh yang substansial pada orang lain (arti tugas). Bukti
ini menunjukkan bahwa karakteristik-karakteristik ini meningkatkan motivasi anggota
dan efektivitas tim.

3. Proses Tim
Tim sering kali digunakan dalam laboratorium riset karena mereka dapat menggunakan
keterampilan yang bragam dari para individu yang bervariasi untuk menghasilkan riset
yang lebh bermanfaat daripada para peneliti yang dikerjakan secara independent yang
mana, mereka menghasilkan sinergi yang positif dan keuntungan dari proses mereka
melebihi kerugian dari proses mereka.

17
a. Rencana dan Tujuan Umum

Tim yang efektif mempunyai tujuan umum dan berarti yang memberikan
pengarahan, momentum, dan komitmen untuk para anggotanya. Tujuan ini adalah
sebuah visi, dan lebih luas daripada tujuan-tujuan khusus.
Para anggota dari tim yang berhasil memberikan waktu dan usaha yang luar biasa
untuk berdiskusi, membentuk dan menyetujui sebuah tim yang menjadi milik mereka,
baik secara kolektif maupun individual.
b. Tujuan yang Spesifik

Tim yang berhasil adalah tim yang mengubah tujuan umum mereka menjadi kinerja
yang realistis, bisa diukur dan khusus. Selain itu, konsistensi dengan penelitian
mengenai tujuan individual, tujuan tim harus menantang. Tujuan-tujuan yang sulit
diketahui dapat meningkatkan kinerja tim diatas kriteria-kriteria yang ditentukan.

c. Keberhasilan Tim

Tim yang efektif memilikirasa percaya diri dalam diri mereka. Mereka yakin bisa
berhasil. Kita menyebit hal ini sebagai efektivitas tim. Keberhasilan menghasilkan
keberhasilan. Tim yang berhasil saat ini memiliki keyakinan lebih bahwa esok mereka
akan lebih berhasil, sehingga memotivasi mereka untuk berusaha lebih giat. Dua
pilihan yang mungkin untuk meningkatkan efektivitas adalah membantu tim untuk
mencapai keberhasilan-keberhasilan kecil dan memberikan pelatihan keterampilan.

d. Mental Model
Tim-tim yang efektif membagi mental model secara akurat representasi mental atas
elemen utama yang terorganisasi di dalam lingkungan suatu tim yang para anggota
tim tersebut bagikan, jika para anggota tim memiliki mental model yang salah, yang
secara umum dimungkinkan dalam tim berdasarkan strs akut, maka kinerja mereka
akan menurun .
Kemiripan mental model para anggota tim merupakan persoalan juga. Jika para
anggota tim memiliki gagasan yang berbeda mengenai bagaiman melakukan
sesuatu, maka tim akan mempersempit metode dan bukannya focus pada apa yang
diperlukan.

18
e. Level Konflik
Konflik dalam sebuah tim tidak selalu buruk. Tim yang sama sekali tidak memiliki
konflik kemungkinan besar menjadi aatis dan stagnan. Konflik-konflik tigas
menstimulun diskusi, mendorong penilaian kritis untuk berbagai masalah dan pilihan,
dan bisa menghasilkan keputusan yang lebih baik. Jadi, tim-tim efektif akan
digolongkan menurut tingkat konflik yang sesuai.
f. Kemalasan Sosial
Tim yang efektif mengurangi kecenderungan dalam hal kemalasan sosial dengan
cara membuat diri mereka sendiri bertanggung jawab dalam tingkat individual dan
tingkat tim. Tim yang berhasil mampu membuat para anggota bertanggung jawab
secara individual dan secara bersama-sama atas tujuan, sasaran, dan pendekatan tim.

E. Mengubah Individu Menjadi Pemain Tim

Tantangan terbesar dalam membentuk pemain tim adalah ketika(1) kultur nasional
sangat individualistis dan (2) tim diperkenalkan ke sebuah organisasi yang kokoh dan dari
dulu menghargai pencapaian individual. Disisi lain, tantangan untuk manajemen tidaklah
terlalu besar ketika tim diperkenalkan kepada karyawan yang memiliki nilai kolektif yang
kuat-seperti di Jepang dan Meksiko-atau diorganisasi-organisasi baru yang menggunakan
tim sebagai bentuk awal mereka menyusun pekerjaan.

1. Pemilihan: Merekrut Para Pemain Tim


Ketika mempekerjakan anggota tim, selain keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
mengisi pekerjaan tersebut kita juga harus memastikan bahwa calon karyawan bisa
memenuhiperan-peran tim mereka, begitu pula dengan berbagai persyaratan teknis

2. Pelatihan: Menciptakan Para Pemain Tim


Para ahli pelatihan mengadakan berbagai pelatihan yang memungkinkan karyawan
memperoleh kepuasan yang didapat dari kerja sama tim. Mereka biasanya memberikan
lokakarya (workshop) untuk membantu karyawan meningkatkan keterampilan
menyelesaikanmasalah komunikasi, negoisasi, manajemen konflik dan pelatihan.

3. Pemberian Imbalan: Menyediakan Insentif agar menjadi Seorang Pemain Tim


yang Baik

19
Sistem penghargaan harus diolah kembali untuk mendorong usaha-usaha kooperatif
dibandingkan usaha-usaha kompetitif. Promosi, kenaikan gaji dan berbagai bentuk
penghargan lainnya harus diberikan kepada individu keefektifan mereka sebagai tim
kolaboratif.

F. Tim dan Kualitas Manajemen

Inti dari QM (Quality Management) adalah perbaikan proses, dan keterlibatan


karyawan adalah suatu hal yang sangat penting dalam perbaikan proses. Dengan perkataan
lain, QM mengharuskan manajemen untuk memberikan para karyawan dorongan berbagai ide
dan bertindakberdasarkan apa yang mereka usulkan.

Tim memberikan kendaraan alami bagi para karyawan untuk berbagai ide dan
mengimplementasikan berbagai perbaikan. Tidak semua orang harus tahu cara melakukan
sebuah rencana pengendalian yang sangat baik untuk pelacakan kinerja, tetapi semua orang
perlu tahu dimana peroses tersebut berlangsung sehingga mereka bisa menilai apakah proses
tersebut mengalami kemajuan.
G. Tim Tidak Selalu Merupakan Jawaban

Kerjasama tim membutuhkan lebih banyak waktu dan sering kali lebih banyak
sumber daripada kerja secara individual. Jadi keuntungan dari adanya tim harus melebihi
biaya yang dikeluarkan. Namun, hal ini tidak selalu demikian. Ada tiga tes yang dapat
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu tim sesuai dengan situasi yang ada. pertama,
bisakah pekerjaan yang akan dilakukan memperoleh hasil yang lebih baik bila dikerjakan
oleh lebih dari satu orang?. Kedua, apakah pekerjaan yang akan dilakukan menciptakan
maksud dan serangkaian tujuan umum yang lebih dari sejumlah tujuan individual bagi orang-
orang dalam kelompok?. Terakhir, apakah anggota kelompoknya saling bergantung?

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tim dan Kelompok adalah dua konsep berbeda, Kelompok untuk terlibat didalam kerja
kolektif yang memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggotatim. Akibatnya, kinerja mereka
sekedar kumpulan kontribusi parsial dariseluruh individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi
positif yangmenciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitasinput
yang mereka berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya
yang terkoordinasi. Upaya individual merekamenghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar
ketimbang totalitas input para individunya.
Kelompok terbentuk karena adanya dua orang atau lebih yang memiliki kontak untuk
mencapai tujuan. Kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan kelompok adalah
suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh anggota kelompok. Oleh sebab itu
masing-masing anggota melakukan berbagai tugas kelompok.

B. Saran
Sebagai makhluk sosila yang tidak bisa hidup sendiri, kita sebaiknya tetap menajlankan
aktivitas secara berkelompok. Dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, setiap orang perlu
membentiuk kelompoknya sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya.
Adapun untuk yang memiliki kesamaan dan kesesuaian dalam visi misi serta karakter,
sebaiknya bergabung dalam sebuah tim yang bisa menggabungkan dan menyatuka visi misi yang
diharapkan.
Namun demikian, baik kelompok maupun tim tidak terlepas dari seorang pimpinan. Oleh
karena itu, tetapkan lah seorang pemimpin dalam setiap kelompok maupun tim.

21

Anda mungkin juga menyukai