Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.
Disusun Oleh:
Ni Luh Ari Maharani (1907531047 / 10)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2021 7.1 Konsep dan Tahap Industrialisasi Industrialisasi merupakan satu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan antar negara yang pada kahirnya sejalan dengan menignkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi. Dapat dikatakan bahwa kemajuan teknologi dan inovasi adalah dua factor penting yang mengubah struktur ekonomi satu negara dari sisi produksi (penawaran agregat), sedangkan peningkatan pendapatan masyarakat mengubah volume dan komposisi konsumsi mempengaruhi struktur ekonomi dari sisi permintaan. Pengalaman di hamper semua negara menunjukkan bahwa industrialisasi sangat perlu karena memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Indonesia sejak Pelita I yang dimulai pada tahun 1969 sampai berakhirnya pemerintahan Suharto pada tahun 1998 dimana pendapatan masyarakat per kapita mengalamu peningkatan yang sangat pesat setiap tahunnya sampai di atas $1000. Industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi. Tahapan industrialisasi diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sekotr industry manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi dan kesempatan kerja. Indonesia dikategorikan sebagai negara yang sudah berada pada tahap industrialisasi. Selain peningkatan peran sector industry dalam PDB, menurut jenis industrinya pola awal industrialisasi juga cenderung untuk memulai dengan industry-industri tekstil, besi, baja, dan mesin perkakas yang menggunakan besi baja. Dilanjutkan dengan industry elektronik dan mikroelektronika. Tahap taha industrialisasi menurut UNIDO adalah sebagai berikut :
Gambar
Dalam literatur dikenal ada 4 tahapan industrialisasi, yaitu :
1. Tahap awal meliputi barang konsumsi sehari-hari nilai tambah lebih rendah, teknologi sederhana. 2. Tahap madya merupakan manufacturing bahan bernilai tambah lebih tinggi ketimbang tahap awal. 3. Tahap yang meliputi industry hulu, dasar, dan bernilai tambah tinggi dengan teknologi mutakhir. 4. Tahap teknologi tinggi (high technology) meliputi industry canggih berteknologi tinggi seperti mikro elektronik, bio genetic, laser, robot, serta telekomunikasi d an informatika. Sebagaiman penjelasan tersebut diatas, Indonesia dapat dikatakan telah melalui semua tahapan industrialisasi dan sekarang berada pada industrialisasi dengan teknologi tinggi, meskipun tahapan sebelumnya masih terlihat di kehidupan sehari-hari. 7.2 Kebijakan Industrialisasi Sumitro Djojohadikusumo mengatakan bahwa ada 3 konsep pemikiran tentang industrialisasi yang dilaksanakan di Indonesia, yaitu ; 1. Industrialisasi yang didasarkan pada keunggulan komparatif. 2. Industrialisasi yang didasarkan pada keterikatan antar sector hulu hilir. 3. Industrialisasi yang didasarkan pada wahana transformasi berteknologi tinggi, seperti mikro elektronik, teknologi computer, laser, robot, tekeomunikasi dan informatika. Dewasa ini Indonesia telah memasuki industrialisasi dengan teknologi tingig, meskipun banyak cabang industry yang berkembang atas dasar keunggulan komparatif terhadap luar negeri atau terhadap daerah lainnya di Indonesia. 7.2.1 Strategi yang Protektif dan yang Mendorong Strategi yang protektif merupakan proses industrialisasi yang dijalankan melalui kebijaksanaan proteksi yang berupa tarif dan non tarif untuk membatasi impor agar industry dalam negeri yang bersaing dengan impor memperoleh perlindungan. Oleh karena itu strategi yang protektif ini juga disebut strategi substitusi impor. Pemerintah biasanya perusahaan untuk memproduksi komoditas di dalam negeri agar perusahaan tersebut dapat berkembang dengan baik. Pada prinsipnya pemerintah mengatur dengan ketat pendirian dan perkembangan terhadap industry yang dilindungi tersebut. Alasan lain untuk memilih strategi industrialisasi ini untuk menciptakan kesempatan kerja. Namun banyak ahli ekonomi yang menganggap bahwa strategi semacam ini mengandung banyak kelemahan seperti : 1. Pengawasan dan proteksi menimbulkan ketidakwajaran dalam rangsangan usaha di bidang industry dan kecenderungan kea rah investasi yang berlebihan dan kelebihan kapasitas pada sector yang diproteksi. 2. Tingkat proteksi terhadap sector sangat timpang karena sector yang dilindungi mendapat perlindungan yang berlebihan. 3. Ketimpangan pembagian pendapatan yang disebabkan barang hasil industry tidak masuk perdagangan luar negeri. 4. Daya serap tenaga kerja di sector yang tidak dilindungi berkurang dan kemampuan dari sector yang dilindungi untuk menyerap tenaga kerja baru menjadi terbatas. 5. Karen industry yang dilindungi tidak menghadapi persaingan internasional maka tingkat efisiensi menjadi lebih rendah dari tingkat efisiensi yang seharusnya dapat dicapai. 7.2.2 Perkembangan Kebijakan Industrialisasi A. Kebijaksanaan industrialisasi sebelum Pelita I. Periode ini meliputi zaman penjajahan Belanda, dimana perekonomiannya mengikuti sistem negara induk yaitu perekonomian bergerak dengan campur tangan pemerintah yang sangat minim. Ada beberapa kebijaksanaan untuk memajukan industry yaitu : 1. Kebijaksanaan mendorong ekspor hasil pertanian untuk meningkatkan penerimaan devisa. Jumlah devisa yang lebih banyak memungkinkan perkembangan industry melalui impor bahan baku dan mesin dari luar negeri. 2. Kebijaksanaan pengawasan devisa oleh pemerintah dengan kurs yang rendah. Harga devisa yang rendah ini bisa mendorong investor luar negeri untuk mengembangkan industry di Indonesia. 3. Kebijaksanaan alokasi devisa otomatis (ADO) untuk eksportir dan u ntuk pemerintah daerah bisa diartikan agar para importir dan daerah menggunakannya untuk memberli bahan baku dan mesih untuk meajukan industry dalam negeri. B. Kebijaksanaan industrialisasi setelah Pelita I. periode ini meliputi zaman pemerintahan Suharto, Habibie sampai dengan sekarang. Pada buku Repelita I tercantum bahwa pembangunan industry mengutamakan hal berikut : 1. Industry-industri yang menunjang sector pertanian dengan memproduksi sarana- sarana pertanian atau mengolah hasil-hasil pertanian 2. Industry-industri yang menghasilkan devisa atau menghemat devisa dengan jalan menghasilkan barang-barang pengganti impor 3. Industry-industri yang mengolah lebih banyak bahan-bahan dalam negeri\ 4. Industry yang menggunakan relative lebih banyak tenaga kerja daripada modal 5. Industry yang membangkitkan kegiatan pembangunan daerah. Krisis ekonmi yang terjadi di Indonesia berjalan berkepanjangan dan bersamaan dengna pergantian pemerintahan, yang menghendaki reformasi di segala bidang (politik, ekonmi dan budaya). Di antara reformasi tersebut adalah reformasi menuju pemerintahan yang bersih dan kemudian diikuti ileh pendelegasian banyak wewenang pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah. Sementara masa reformasi itu perhatian pemerintah terhadap sector industry agak terbengkalai kecuali pada Pendidikan dan pelatihan yang pada akhirnya membantu perkembangan industry. Akhirnya pada pemerintahan SBY, pemerintah memberikan lwbih banyak perhatian terhadap sector industry dengan menetapkan pedoman dalam pengembangan industry nasional dan sebagai dasar pemberian fasilitas pemerintah dengan peraturan tersebut disusun peta pengembangan klister industry berbasis agro, industry alat angkut, industry elektronik dan telematika, industry penunjang kreatif. Pemerintah dapat memberikan fasilitas berupa insentif fiscal, insentif non-fiskal, dan kemudahan lainnya yang akan ditinjau tiap 2 tahun sekali. Fasilitas yang diberikan yaitu : a. Industry prioritas tinggi b. Industry pionir c. Industry yang dibangun didaerah terpencil d. Industry penelitian, pengembangan dan inovasi e. Industry pembangunan infrastruktur f. Industry ahli teknologi g. Industry kelestarian lingkungan hidup h. Industry kemitraan umkm i. Industri barang modal mesin, peralatan diproduksi di dalam negeri j. Industry menyerap banyak tenaga kerja
7.3 Pemilihan Teknologi
7.3.1 Konsep dasar Konsep dasar pemilihan teknologi yang snagat biasa dalam literatur ekonomi memakai model insentif harga, biasnaya untuk harga modal dan harga tenaga kejra untuk mencapai biaya minimum bagi satu perusahaan untuk memproduksi sejumlah barang dan jasa tertentu. Menurut prinsip ekonomi, para pengusaha diasumsikan menghadapi seperangkat harga relative factor produksi dan menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja meminimumkan biaya dalam memproduksi jumlah output yang dikehendaki. Produsen juga diilustrasikan mampu memproduksi dengan menggunakan berbagai macam teknologi dalam proses produksinya, dari teknologi yang sangat padat karya hingga metode-metode yang sanagt padat modal. Oleh karena itu apabila harga modal sangat mahal dibanding dengan harga tenaga kerja, maka proses produksi padat karya akan dipakai jika terjadi sebaliknya maka metode produksi yang bersifat padat modal lah yang dipakai. Menurut teori neo klasik, kombinasi modal tenaga kerja yang optimum dengan teknik yang paling efisien ditentukan oleh harga relative factor produksi. 7.3.2 Distorsi Harga Faktor dan Pengangguran Secara teoritis semua perusahaan di kegiatan ekonomi meminimalkan biaya perusaahan dengan memberi tanggapan rasional terhadap struktur sinyal harga pasar yang berlaku untuk berbagai factor produksi dan hasil produksi. Saat harga pasar yang berlaku untuk berbagai factor produksi menunjukkan kelangkaan relative antar factor maka biaya produksi barang dan jasa yang dihasilkan pengusaha akan menunjukkan nilai sesungguhnya dari pengorbanan factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan maka pengusaha akan meminimalkan biaya produksi dengan memilinh Teknik produksi yang paling efisien, ditentukan oleh harga relative factor produksi. Teknik produksi yang tepat adalah Teknik yang menggunakan banyak factor produksi dengan harga relative murah dan mengkombinasikan dengan factor produksi yang jarang. Jika harga menunjukkan harg arelatif mahal maka semua factor produksi yang ada akan terserap seluruhnya dengan penggunaan penuh dan pendapatan dari pemilik factor produksi mampu untuk menyerap semua produksi barang dan jasa di pasar tanpa adanya tekanan inflasi. Namun kebijakan diatas tak pernah terjadi di kenyataan. Pemerintah setiap negara mengenakan pajak baik terhadap barang akhir maupun barang modal atau bahan baku. Di Indonesia sendiri hal tersebut akan dikenakan pungutan lainnya yang mengakibatkan harga barang dan jas adi pasar tidak menunjukkan biaya pengorbanan pemakai factor produksi untuk m enghasilkan. Keadaan tersebut dikenal dengan adanya distorsi harga barang dan jasa. 7.4 Klasifikasi dan Struktur Industri 7.4.1 Bidang Usaha Dalam pedoman pengembangan industry nasional (Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008) dinyatakan ada 6 kelompok industry rpioritas yang mencakup : 1. Basis industry manufaktur dengna 3 kelompok a. Kelompok industry material dasar b. Kelompok industry permesinan c. Kelompok industry padat tenaga kerja 2. Industry berbasis agro : industry meliputi kelapa sawit, karet, kakao cokelat dan lainnya. 3. Industry alat angkut : meliputi industry kendaraanbermotor, industry perkapalan, industry kedirgantaraan dan lainnya 4. Industry elektronik dan telematika : meliputi industry elektronik, industry perangkat keras telekomunikasi, penyiaran dan pendukungnya, computer dan peralatannya 5. Industry penunjang industry kreatif fdan industry kreatid tertentu : meliputi industry perangkat lunak, content multimedia, kreatif teknologi informasi dan komunikasi, industry kerajinan dan barang seni. 6. Industry kecil dan menengah tertentu : meliputi IKM batu mulia dan perhiasaan, garam rakyat, gerabah dan keramik hias, minyak atsiri, dan makanan ringan. 7.4.2 Ukuran Usaha Ukuran usaha dibedakan berdasarkan jumlah orang yang bekerja pada masing-masing usaha menjadi perusahaan besar yang mempekerjakan 100 orang atau lebih, perusahaan sedang yang mempekerjakan 20 orang sampai 99 orang, perusahaan kecil yang mepekerjakan 6 sampai 19 orang, dan usaha kerajinan rumah tangga mempekerjakan 3 orang termasuk tenaga tidak dibayar. Dalam laporan statistic biasanya dibedakan menjadi hanya dua kelompom usaha, yakni industry menengah dan besar dan industry kecil dan kerajinan rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA
Nehen, Ketut. 2018. Perekonomian Indonesia. Denpasar : Udayana University Press