Anda di halaman 1dari 3

Mekanisme obat

Selain itu, obat-obatan,seperti penghambat renin-angiotensin-aldosteronsistem, diuretik hemat kalium,


nonsteroidalobat anti-inflamasi, suksinilkolin, dan digitalis,berhubungan dengan hiperkalemia

 ACEI
Obat kelompok ini termasuk ARB dan ACE i menyebabkan terjadinya produksi aldosteron sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan sekresi ion K+ di ginjal.

Namun beberapa klinisi terkadang memilih untuk tetap melanjutkan terapi RAAS inhibitor dengan alasan
adanya efek nefroprotektif yang dimiliki oleh obat kelompok ini. Pada pasien yang berisiko tinggi
hiperkalemia namun ingin melanjutkan terapi RAAS inhibitor maka disarankan beberapa pendekatan berikut
:

1. Tentukan perkiraan GFR pasien (≤ 30 ml / menit adalah ambang batas untuk kemungkinan
hiperkalemia).

2. Amati kadar kalium serum/plasma dengan ketat.

3. Hindari pemberian NSAID (termasuk inhibitor COX-2) dan pengobatan herbal.

4. Resepkan diet rendah kalium dan hindari pengganti garam yang mengandung potassium.

5. Resepkan tiazid atau loop diuretik (loop diuretik diindikasikan untuk GFR <30 ml/menit).

6. Koreksi asidosis metabolik yang benar dengan pemberian sodium bikarbonat.

7. Mulai pemberian inhibitor ACE atau ARB dengan dosis rendah.


8. Amati kadar kalium serum dalam satu minggu ACE atau ARB inisiasi dan peningkatan dosis untuk
menentukan titrasi dosis atau penghentian obat (hentikan jika potassium > 5,5 mmol/L tetap ada) setelah
intervensi di atas

NSAID

menghambat produksi prostaglandin dengan cara memblokir aktivitas COX. Kelompok obat ini mencakup
aspirin, penghambat COX nonselektif, dan penghambat COX selektif. Mereka memiliki kemampuan umum
sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik

Farmakokinetik NSAID NSAID yang diberikan secara peroral sangat cepat diabsorpsi, biasanya dalam 15-30
menit. Setelah diabsorpsi, 90% obat akan berikatan dengan albumin dan beredar bersamanya. Kondisi
hipoalbuminemia akan menyebabkan banyak obat tidak terikat dan efek samping yang ditimbulkan semakin
besar.6 Hati akan memetabolisme hampir semua NSAID dan ekskresinya akan melalui ginjal atau empedu.
Sirkulasi enterohepatik terjadi ketika NSAID atau metabolitnya diekskresi ke empedu dan terserap kembali
di usus.6 Penelitian menunjukkan bahwa derajat iritasi pencernaan akibat efek samping NSAID ternyata
berkorelasi positif dengan jumlah sirkulasi enterohepatik.18 Penurunan fungsi ginjal akan memperpanjang
waktu paruh obat sehingga dosis obat mungkin perlu dikurangi. Gangguan hati akan menghambat
metabolisme NSAID sehingga meningkatkan toksisitas obat

NSAID terutama bekerja dengan menghambat jalur COX. Pada jalur ini, kebanyakan NSAID bekerja secara
reversibel dengan mencegah pertemuan asam arakidonat dengan tempat aktif enzim COX sehingga
biosintesis prostaglandin dapat dihambat.6 Aspirin adalah pengecualian, karena aspirin bekerja dengan
mengasetilasi Ser-530 di COX-1 dan SER516 di COX sehingga efeknya ireversibel

NSAID penghambat COX-2 selektif (coxib) disintesis hanya beberapa tahun setelah COX-2 ditemukan.
Keuntungan NSAID jenis ini adalah NSAID ini tidak mengganggu fungsi platelet dan fungsi sistem pencernaan
pada dosis biasa dengan efektivitas yang relatif sama dengan 12 NSAID lain. Perlu diperhatikan bahwa NSAID
penghambat COX-2 selektif juga memiliki efek samping, dimana mereka mampu meningkatkan risiko
gangguan kardiovaskuler pada penggunaan jangka panjang

Pada umumnya NSAID menurunkan sensitivitas pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin,
mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, dan melawan vasodilatasi yang terjadi saat inflamasi. NSAID
bersifat analgesik, antiinflamasi, dan hampir semua menghambat agregasi platelet. Kebanyakan NSAID juga
bersifat mengiritasi lambung, nefrotoksik (karena penghambatan terhadap prostaglandin yang berperan
dalam autoregulasi aliran darah ginjal), dan hepatotoksik

Berdasarkan farmakodinamik tersebut, efek samping yang mungkin muncul dari konsumsi NSAID biasanya
berada dalam spektrum berikut:18 a. Sistem saraf pusat: sakit kepala, telinga berdenging, pusing b.
Kardiovaskuler: retensi cairan, hipertensi, edema, infark miokard, gagal jantung kongestif c. Pencernaan:
nyeri perut, displasia, mual, muntah, ulkus, perdarahan d. Hematologi: trombositopenia, neutropenia,
anemia aplastik e. Hati: fungsi hati terganggu, gagal hati f. Kulit: rash, pruritus g. Ginjal: insufisiensi ginjal,
gagal ginjal, hiperkalemia, dan proteinuria
Aspirin Aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan turunan dari asam salisilat. Aspirin sekarang jarang
digunakan sebagai antiinflamasi dan lebih sering digunakan sebagai antiplatelet. Aspirin menghambat COX
di platelet secara irreversibel sehingga lama kerja aspirin sama dengan lama hidup platelet (8-10 hari). Di
jaringan lain, COX yang dinonaktifkan oleh aspirin akan segera diganti sehingga lama kerja aspirin di jaringan
hanya 6-12 jam. Aspirin menurunkan kejadian serangan jantung iskemik dan trombosis. Di sisi lain, aspirin
dapat menimbulkan efek samping ulkus lambung dan duodenum.

Diuretik

Diuretik adalah obat yang meningkatkan laju aliran urin dan umumnya disertai dengan peningkatan laju
ekskresi NaCl (Goodman and Gilman, 2008). Diuretik merupakan terapi yang berperan penting pada
pengobatan seperti hipertensi, gagal jantung kongestif, udem, dan sirosis

loop diuretik berfungsi secara khusus untuk mengeluarkan klebihan cairan yang berasal dari dalam
tubuh melalui urine.

Spironolakton

Spironolactone termasuk ke dalam jenis obat diuretik hemat kalium. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat penyerapan garam (natrium) berlebih ke dalam tubuh dan menjaga kadar kalium dalam darah
agar tidak terlalu rendah, sehingga tekanan darah dapat diturunkan

Anda mungkin juga menyukai