Anda di halaman 1dari 34

i

APLIKASI BIOTEKNOLOGI DI BIDANG ENERGI

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi
yang dibimbing oleh Arif Mustaqim, M.Si

Oleh
Kelompok 5

Ula Uyun Fuaza (17208153042)


Mayudha Prayuga (17208153060)
Beta Larasati (17208153070)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Oktober 2017
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabil’aalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabi’in dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafa’atnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul “Aplikasi Bioteknologi Dibidang Energi”. Sebelumnya kami
mengucapkan terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Bioteknologi Arif Mustaqim, M.Si yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, Oktober 2017

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Bioteknologi dan Bioenergi 3
B. Macam-macam Energi 4
C. Manfaat bioteknologi dalam Bidang Energi 13
D. Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Energi 13
BAB III : PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab I ini diuraikan 1) latar belakang, 2) rumusan masalah, dan 3)
tujuan penulisan yang dipaparkan dibawah ini.

A. Latar Belakang
Secara terus menerus, kebutuhan akan penggunaan energi terus
meningkat karena adanya kenaikan industrialisasi dan populasi. Sumber dasar
energi ini adalah minyak bumi, gas alam, batubara, tenaga air dan nuklir.
Penggunaan energi dengan menggunakan minyak bumi berdasarkan bahan
bakar berdampak pada lingkungan seperti polusi udara yang diciptakan oleh
penggunaan dari minyak solar. pembakaran minyak bumi diesel yang
merupakan sumber utama gas rumah kaca (GRK).
Selain emisi ini, minyak solar juga sumber utama kontaminan udara
lainnya termasuk NOx, SOx, CO, partikulat dan senyawa organik yang mudah
menguap yang berdampak pad iklim sehingga dibutuhkan analisis organisme
yang berpotensi dalam menghasilkan bioenergi. Hal ini mendukung
perkembangan energi alternatif dan sumber energi terbaharukan. Sampai saat
ini, dunia mengkonsumsi energi sekitar 15 TW (terawatt) per tahun dan hanya
7,8% nya didapatkan dari sumber energi terbaharukan. Padahal, daya total
sinar matahari pada permukaan bumi setiap tahunnya sekitar 85.000.
Pengantian bahan bakar fosil dengan sumber energi terbaharukan diturunkan
dari matahari seperti energi angin, sinar matahari, air, atau biomassa.
Sumber energi ini memiliki energi yang lebih rendah, tidak dapat
dikontrol dengan “menghidupkan dan mematikan saklar”, dan sebagian besar
jauh lebih mahal dari bahan bakar fosil1. Kepadatan energi yang tinggi,
kemudahan bertransportasi, dan penyimpanan transportasi bahan bakar
minyak cair menjadikan pengelola kesulitan untuk menggantikannya dengan
sumber energi terbaharukan secara komersial.

1
Anonimous, Statistical Review of World Energy June. 2011
Bioteknologi adalah aplikasi dari metode scientific untuk
memanipulasi sel atau organisme hidup untuk tujuan praktis. Selain itu,
substansinya untuk membuat, memodifikasi, memperbaiki atau
mengembangkan sesuatu untuk tujuan tertentu. Terkadang, melibatkan
pengenalan gen baru yang menghasilkan kombinasi gen baru. Bioteknologi
merupakan kumpulan peralatan yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti peningkatan genetik varietas tanaman dan populasi hewan
terhadap kenaikan yield nya atau karakteristik genetik dan konservasi sumber
daya genetik. Saat ini kontribusi dan aplikasi bioteknologi telah dapat
diterapkan pada produksi bioenergi seperti produksi biomassa dan konversi
dari biomassa untuk generasi pertama atau biofuel cair pada generasi kedua,
selain produksi biodiesel dari mikroalga dan produksi biogas

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Bioteknologi dan Bioenergi?
2. Apa Saja Macam-macam Energi?
3. Bagaimana Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Energi?
4. Apa Saja Manfaat bioteknologi dalam Bidang Energi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bioteknologi dan Bioenergi
2. Mengetahui Macam-macam Energi
3. Mengetahui Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Energi
4. Mengetahui Manfaat bioteknologi dalam Bidang Energi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bioteknologi dan Bioenergi
Secara umum, bioteknologi adalah bidang yang melibatkan
penggunaan sistem biologi atau organisme hidup untuk menghasilkan produk
atau proses pengembangan yang pada akhirnya dapat menguntungkan
manusia.2 Berikut ini adalah beberapa definisi yang paling umum digunakan
dari bioteknologi:
- Penggunaan organisme hidup (khususnya mikroorganisme) dalam
industri, pertanian, medis dan aplikasi bioteknologi lainnya
- Aplikasi dasar dan praktek dari teknik dan teknologi untuk sains
kehidupan
- Penggunaan proses biologi untuk menghasilkan produk
- Produksi dari rekayasa genetika organisme atau pembuatan produk dari
rekayasa genetika suatu organisme
- Penggunaan organisme hidup atau produk yang dihasilkan oleh
organisme tersebut untuk membuat atau memodifikasi substansi.
Bioteknologi mencakup teknik DNA rekombinan (teknik genetika) dan
teknologi hibridoma.
- Seperangkat teknikbiologi yang dikembangkanmelalui penelitiandasar
dan terapanuntukpenelitian dan pengembangan produk
- Penggunaan dari proses selular dan biomolekuler untuk memecahkan
masalah dan membuat produk yang berguna
- Proses industrial yang mencakup penggunaan sistem biologi untuk
membuat antibodi monoklonal rekayasa genetikaproteinrekombinan
Bioteknologi merupakan kumpulan peralatan yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan seperti peningkatan genetik varietas tanaman dan
populasi hewan terhadap kenaikan yield nya atau karakteristik genetik dan
konservasi sumber daya genetik. Saat ini kontribusi dan aplikasi bioteknologi
telah dapat diterapkan pada produksi bioenergi seperti produksi biomassadan

Khan, I. et.al. Impact Of Brand Related Attributes On Purchase Intentions Of Customer.


2

A Study About Costumer,2012

3
konversi dari biomassa untuk generasi pertama atau biofuel cair pada generasi
kedua, selain produksi biodiesel dari mikroalga dan produksi biogas3.
Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari biomassa sebagai fraksi
produk biodegradasi, limbah, dan residu dari pertanian (berasal dari nabati dan
hewani), industri kehutanan dan terkait, dan sebagian kecil biodegradasi dari
limbah industri dan kota (FAO). Bioenergi berperan penting pada pencapaian
target dalam menggantikan petroleum didasarkan pada bahan bakar
transportasi dengan bahan bakar alternatif dan pereduksian emisi
karbondioksida dalam jangka panjang.
Berbagai sumber biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan
bioenergi berbagai bentuk. Contohnya, makanan, serat dan kayu sebagai
residu dari sektor industri, energi dan rotasi pendek tanaman dan limbah
pertanian, dan hutan dan hutan pertanian (agroforestry) sebagai residu dari
sektor kehutanan dimana seluruhnya dapat digunakan untuk menghasilkan
listrik, panas, gabungan panas dan tenaga, dan bentuk-bentuk bioenergi.
Bioenergi modern bergantung pada konversi teknologi yang efisien untuk
aplikasi skala rumah tangga, usaha kecil, dan industri. Input biomassa padat
atau cair dapat diproses untuk menjadi energi yang lebih nyaman. Ini termasuk
biofuel yang solid (misalnya kayu bakar, serpihan kayu, pellet, arang, dan
briket), biofuel gas (biogas, Gas sintesis, hidrogen), dan biofuel cair (misalnya
bioetanol, biodiesel).

B. Macam-macam Energi
Menurut Campbell, Reece, dan Mitchell, energi adalah kemampuan
untuk mengatur ulang materi. Energi secara singkat adalah kapasitas atau
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan.
Macam-macam Energi diantaranya adalah:
a) Energi Angin
Energi angin adalah energi yang dihasilkan oleh udara yang
berhembus di permukaan bumi. Energi angin dapat diubah menjadi energi
mekanik untuk menghasilkan usaha. Karena angin tidak menimbulkan polusi,
3
Ruane, et.al, Bioenergy And The Potential Contribution Of Agricultural Biotechnologies In
Developing Countries Science Direct Biomas & Bioenergy. 2010

4
maka banyak negara-negara membangun turbin angin sebagai sumber tenaga
listrik tambahan.
Salah satu pemanfaatan energi angin ini dapat Anda lihat pada kincir
angin. Namun, contoh pada kincir angin ini cukup klasik karena sudah
dilakukan sejak awal penggunaan energi angin. Untuk contoh modernnya
yaitu dapat Anda lihat pada pembangkit listrik tenaga angin dan juga air
pompa.

Gambar 1.1 Kincir angin pembangkit listrik

Generator turbin angin, turbin angin ataupun pompa angin merupakan


mesin energi angin yang saat ini dapat Anda ketahui. Membahas mengenai
pengertian energi angin dan juga contoh-contohnya dalam kehidupan nyata
memang sangat menarik. Dengan ini Anda dapat mengetahui betapa berharga
dan bermanfaatnya angin yang biasa Anda temui.
Pemanfaatan energi angin tidak hanya diterapkan pada masa-masa
modern saja, tetapi sudah dimanfaatkan sejak jaman dahulu. Kincir angin
bahkan dapat memompa air, menggiling gandum dan juga menghasilkan
listrik sejak jaman dahulu. Bahkan energi angin ini ditemukan dapat
menghasilkan listrik yaitu pada awal abad yang ke-20.
Kincir angin tersebut digunakan untuk memompa air lalu terciptalah
listrik yang siap untuk dimanfaatkan. Hingga akhirnya metode kincir angin
penghasil listrik ini diterapkan di seluruh dunia. Kincir angin dulunya juga

5
dimanfaatkan untuk memompa air yang digunakan untuk mengairi pertanian
dan juga peternakan.

Gambar. 1.2 Kincir Air Pembangkit Listrik

Popularitas pemanfaatan energi angin semakin hari semakin


meningkat, bahkan sampai saat ini. Pemanfaatan energi angin ini tidak
selamanya meningkat sejak awal kemunculannya, bahkan sempat mengalami
naik turun. Ketika harga BBM naik maka energi angin ini banyak
dimanfaatkan, begitu juga sebaliknya. Jika harga BBM turun maka
pemanfaatan turbin tersebut berkurang atau menurun. Energi angin sendiri
memiliki energi kinetik, di mana energi kinetik tersebut ada pada udara yang
bergerak. Itulah definisi atau pengertian energi angin serta beberapa contoh
mulai dari awal pemanfaatan hingga saat ini.
b) Biofuel
Biofuel adalah sebutan untuk bioetnol saat ini. Bio-etanol adalah bahan
bakar berbasis alkohol yang terbuat dari gula dan pati ditemukan dalam
jagung, sorgum biji-bijian dan gandum oleh fermentasi dan proses
penyulingan. Bioetanol dapat dihasilkan dari ubi kayu dan ubi jalar serta tebu,
dimana tanaman tersebut merupakan salah satu komoditi unggulan dari
provinsi Lampung. Namun permasalahan yang sama untuk pemanfaatannya
menjadi bioetanol, yaitu penggunaan bahan dasar yang masih menjadi bahan
baku untuk keperluan produk sektor non energi, seperti ubi kayu untuk
pembuatan tepung tapioka dan tebu sebagai bahan dasar pembuatan gula
putih.

6
Gambar 1.3 Penggunaan Biofuel pada bahan bakar mesin pesawat

c) Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Selain digunakan untuk
tujuan primer yaitu serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan
bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi
(bahan bakar). Pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar adalah
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah
diambil produk primernya.

Gambar 1.4. Biomassa sumber energi

7
d) Geothermal
Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya
akan sumber energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di
Indonesia dari ujung Pulau Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT,
NTB menuju Kepulauan Banda, Halmahera, dan Pulau Sulawesi. Panjang
jalur itu lebih dari 7.500 km dengan lebar berkisar 50-200 km dengan
jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang sudah tidak aktif berjumlah
150 buah.

Gambar 1.5 Energi Panas Bumi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sepanjang jalur itu,


terdapat 217 daerah prospek panas bumi.
Potensi energi panas bumi total adalah 19.658 MW dengan rincian di
Pulau Jawa 8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885 MW, dan sisanya tersebar di
Pulau Sulawesi dan kepulauan lainnya. Sumber panas bumi yang sudah
dimanfaatkan saat ini adalah 803 MW. Biasanya data energi panas bumi dapat
dikelompokkan ke dalam data energi cadangan dan energi sumber. Energi
geothermal berasal dari penguraian radioaktif di pusat Bumi, yang membuat
Bumi panas dari dalam, dan dari matahari, yang membuat panas permukaan
bumi.
e) Energy solar
Sumber energi yang paling banyak di bumi adalah matahari. Matahari
adalah The Great Mother”. Semua kehidupan di bumi mungkin dianggap
sebagai perwujudan sementara dari aliran atau pancaran yang ia menuangkan

8
pada permukaan planet. Hal ini memungkinkan tanaman hijau untuk
mensintesis gula dan pati dari air di dalam tanah dan dari gas karbon dioksida
di atmosfer. Sehingga membuat kemungkinan munculnya semua bentuk lain
dari kehidupan di bumi dengan memproduksi makanan penting. Kami makan
sinar matahari gula, roti dan daging, membakar sinar matahari juta tahun yang
lalu di batubara dan minyak, memakai sinar matahari di wol dan katun. Sinar
matahari membuat angin dan hujan, musim panas dan musim dingin tahun dan
ges. Erat terjalin adalah benang kehidupan dan cahaya.
f) Energy Panas
Energi panas adalah bentuk energi yang diubah menjadi panas. Energi
panas dapat timbul karena perubahan bentuk energi sebagai energi kimia
dalam reaksi matahari mengakibatkan munculnya api dan radiasi panas
bermigrasi. Namun yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan
langsung dari cahaya matahari.

Gambar 1.6 Energi panas matahari

Tenaga surya dapat digunakan untuk:


- Menghasilkan listrik menggunakan sel surya
- Menghasilkan listrik menggunakan pembangkit tenaga panas surya
- Memanaskan gedung, secara langsung
- Memanaskan gedung, melalui pompa panas
- Memanaskan makanan, menggunakan oven surya.

9
g) Energi Gelombang
Ombak atau gelombang laut, digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik. Energi gelombang adalah dengan menggunakan besar ketinggian
gelombang dan panjang gelombang.
h) Energi Air (Hydropower)
Energi dapat digunakan dalam bentuk gerak atau perbedaan suhu.
Karena air ribuan kali lebih berat dari udara, maka aliran air yang pelan
pun dapat menghasilkan sejumlah energi yang besar. Air merupakan
sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air
tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air
mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air
yang mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan
dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air
banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang
memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai.

Gamb
ar 1.7 Pemanfaatan gelombang laut menjadi energi

Gambar 1.8 Pemanfaatan pasang air pendungan sebagai pembangkit energi listrik

10
Organisme yang berperan dalam Bioteknologi
Bioteknologi di bidang energy ini memanfaatkan bagian-bagian dari
organisme hidup. Organisme-organisme yang dapat digunakan ada
bermacam-macam, sebagai contohnya adalah pemanfaatan mikroalga
sebagai biofuel maupun biodiesel sebagai energy terbarukan yang akan
menggantikan peranan dari bahan bakar minyak yang selama ini berasal
dari fosil. Contoh dari aplikasi bioteknologi di bidang energy adalah
pemanfaatan beberapa species microalga dan bakteri yang mampu
menghasilkan miyak sebagai bahan bakar terbarukan atau biodiesel.
Beberapa organisme yag telah diteliti dan dapat menghasilkan minyak
adalah Chlorella protothecoides, Mycrocytis aeruginosa, dan beberapa
jenis yeast.

C. Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Energi


Aplikasi dari Bioteknologi dalam bidang Energi (Bio Energi):
a) Biomassa/Biogas
Biogas adalah campuran beberapa gas hasil fermentasi atau
dekomposisi bahan organik dalam kondisi anaerob. Gas yang dominan
dihasilkan adalah metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Dalam
Wikipedia.org disebutkan bahwa, “Biogas merupakan gas yang dihasilkan
oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di
antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga),
sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik.”
Instalasi Biogas
a) Prinsip Teknologi Biogas
Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang
memanfaatkan fermentasi bahan organik oleh bakteri anaerob yang
menghasilkan gas metana. Gas metana adalah gas yang mengandung satu
atom C dan empat atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metana
yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga panaspun dapat dihasilkan.
Sifat gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Menurut

11
Direktorat Jenderal PPHP-Departemen Pertanian (2006), 1 m3 biogas setara
dengan:
 LPG: 0,46 Kg
 Minyak Tanah: 0,62 Ltr
 Minyak solar: 0,52 Ltr
 Bensin: 0,80 Ltr
 Kayu bakar: 3,50 Kg
b) Jenis Pabrik
Biogas Jenis Pabrik biogas dapat dilihat dari konstruksi dan bahan baku.
Dalam hal konstruksi, secara umum, pabrik biogas diklasifikasikan menjadi dua
jenis:
- Kubah tetap : Kubah tetap merupakan konstruksi yang memiliki volume
tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan generator tekanan.
- Drum mengambang : Drum mengambang berarti ada bagian pada pabrik
yang dapat dipindahkan untuk menyesuaikan diri dengan peningkatan
pembangkit tekanan.
c) Proses Pembuatan Biogas
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester, yang berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri.
Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding
dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Lokasi
yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak
dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun
juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat
dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

12
Berikut adalah cara pembuatan biogas dari kotoran ternak.
1) Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara.
2) Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam
jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3) Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter
dan isi rumen segar (bagian usus) dari rumah potong hewan (RPH)
sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2 . Setelah digester
penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4) Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai
hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada
komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5) Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api
pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah
bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan.

b) Bioetanol
Bioetanol (bioethanol) merupakan etanol (etil alkohol) yang proses
produksinya menggunakan bahan baku alami dan proses biologis, berbeda
dengan etanol sintetik yang diperoleh dari sintesis kimiawi senyawa

13
hidrokarbon. Etanol yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan memiliki
struktur kimia yang persis sama dengan etanol yang ditemukan pada minuman
keras. Etanol yang digunakan untuk bahan bakar disebut dengan Fuel Grade
Ethanol (FGE) dengan tingkat kemurnian 99.5%
Bahan baku yang digunakan untuk produksi bioetanol terbagi menjadi :
1) Gula (glucose)
Gula (glukosa) merupakan bentuk bahan baku yang paling sederhana
dengan rumus kimia C6H12O6, berbeda dengan pengertian gula sehari-hari
yang mengandung sukrosa, laktosa dan fruktosa.
Gula dapat diperoleh dari tebu (sugarcane) melalui hasil sampingan
produksinya berupa tetes (molases). Sebagai bahan baku bioetanol, glukosa
dapat langsung digunakan dalam proses peragian.
2) Pati (starch)
Pati banyak ditemukan pada jagung, singkong, sagu dan beragam makanan
pokok manusia yang mengandung karbohidrat. Rumus kimia dari pati adalah
(C6H10O5)n dengan jumlah n antara 40 – 3.000. Sebagai bahan baku bioetanol,
pati membutuhkan proses untuk memecah ikatan kimianya menjadi glukosa.
Proses yang umum dilakukan adalah dengan penambahan
enzim amylase untuk menghidrolisis menjadi glukosa. Penggunaan bahan pati
sebagai bahan baku bioetanol secara umum akan bersaing dengan cadangan
pangan bagi manusia, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga bahan
pangan.

14
3) Selulosa (cellulose)
Selulosa merupakan polisakarida dengan rumus kimia
(C6H10O5)n  ,dengan jumlah n ribuan hingga lebih dari puluhan ribu, yang
membentuk dinding tanaman dan kayu. Selulosa merupakan senyawa organik
yang paling banyak jumlahnya di muka bumi. Sekitar 1/3 komposisi tanaman
adalah selulosa yang tidak tercerna oleh manusia. Karena tidak bersaing
dengan bahan pangan, maka selulosa diperkirakan akan mendominasi bahan
baku bioetanol di masa mendatang. Sebagai bahan baku bioetanol, selulosa
membutuhkan pengolahan awal yang lebih intensif dibandingkan dengan
bahan baku lain.
Untuk melakukan proses hydrolysis (merubah struktur selulosa menjadi
glukosa) dapat ditempuh menggunakan penambahan asam yang dilarutkan
pada suhu dan tekanan tinggi. Proses tersebut membutuhkan energi yang
cukup besar sehingga net energy gain yang dihasilkan menurun. Selain itu
kondisi yang asam akan menggangu proses fermentasi lanjutan, sehingga
dibutuhkan proses perantara untuk menetralkan keasaman.
Proses Produksi
Bahan baku harus melalui proses pre-treatment dengan tujuan untuk
meningkatkan kandungan glukosa bahan semaksimal mungkin sebelum
memasuki tahap fermentasi. Kandungan glukosa ditingkatkan dengan
merubah bentuk gula kompleks (polisakarida) menjadi gula sederhana.
Proses pre-treatment sangat bergantung dari tipe bahan baku yang digunakan.
Proses produksi bioetanol dilakukan melalui proses fermentasi yang
menghasilkan alkohol dengan kadar rendah. Proses fermentasi merubah bahan
baku glukosa menjadi alkohol dan residu karbon dioksida. Pada proses
tersebut dibutuhkan bantuan ragi saccharomyces cerevisae dengan persamaan
kimia sebagai berikut:
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2
Proses fermentasi menghasilkan alkohol dengan kadar maksimal hanya 7 –9%
(15% jika menggunakan strain ragi yang paling tahan alkohol). Untuk
meningkatkan kadar etanol hingga mencapai Fuel Grade Ethanol (FGE)
99.5% dibutuhkan proses penyulingan (distillation) dan dehidrasi

15
(dehydration). Proses penyulingan akan menghasilkan etanol dengan kadar
maksimum 95.6% dan tidak bisa ditingkatkan lagi karena
sifat azeotrope larutan etanol-air.
Untuk meningkatkan konsentrasi etanol hingga mencapai FGE dilakukan
proses dehidrasi dengan beberapa metode antara lain:
1) Azeotropic Distillation
Penambahan benzene pada larutan alkohol-air untuk menghilangkan sifat
larutan azeotrope. Dibutuhkan proses tambahan untuk memisahkan
benzene dari larutan alkohol.
2) Molecular Sieve
Penambahan zat adsorbent untuk memerangkap air dari larutan etanol-air.
Zat adsorbent yang jamak digunakan antara lain zeolite. Dalam proses
yang lebih sederhana dapat digunakan kapur gamping (CaO) bubuk yang
dilarutkan dalam larutan etanol-air.
3) Membrane Pervaporation
Proses pervaporation menggunakan membran porous atau non-
porous untuk memfilter fase gas dari larutan azeotrope alkohol-air. Proses
ini diklaim mengonsumsi energi relatif rendah karena memanfaatkan
tekanan dan suhu rendah.
Produsen
Hingga tahun 2009, Amerika Serikat merupakan negara produsen
biofuel terbesar di dunia, yang diikuti oleh Brazil di posisi kedua. Produksi
bioetanol di Amerika Serikat didominasi oleh bahan baku jagung dan kedelai,
sedangkan proses produksi bioetanol di Brazil didominasi oleh bahan baku
tebu (sugarcane), mengingat Brazil merupakan produsen tebu nomor 1 di
dunia.
Dari data produksi bioetanol 2007 – 2009, Brazil menunjukkan efisiensi
tertinggi dalam pemanfaatan lahan untuk bahan baku bioetanol. Yang berarti
dibutuhkan lebih sedikit lahan untuk menghasilkan sejumlah volume
bioetanol.

16
Penggunaan
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
bervariasi antara blend hingga bioetanol murni. Bioetanol sering disebut
dengan notasi “Ex”, dimana x adalah persentase kandungan bioetanol dalam
bahan bakar. Beberapa contoh penggunaan notasi “Ex” antara lain:
 E100, bioetanol 100% atau tanpa campuran
 E85, campuran 85% bioetanol dan bensin 15%
 E5, campuran 5% bioetanol dan bensin 95%
Pertamina telah menjual biopremium (E5) yang mengandung bioetanol 5%
dan premium 95%. Bahan bakar E5 dapat digunakan pada kendaraan yang
menggunakan bensin (gasoline) standar, tanpa modifikasi apapun. Namun,
bahan bakar E15 ke atas atau persentase bioetanol lebih dari 15% harus
memanfaatkan kendaraan dengan tipe Flexible-Fuel Vehicle. Brazil sebagai
salah satu negara yang menggunakan bioetanol terbesar di dunia, telah
mengadopsi bahan bakar E100, dimana kandungan bioetanol 100%.
Bioetanol dengan kandungan 100% memiliki nilai oktan (octane) RON 116 –
129, yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan bakar premium dengan nilai
oktan RON 88. Karena nilai oktan yang tinggi, bioetanol dapat digunakan
sebagai pendongkrak oktan (octane booster) untuk bahan bakar beroktan
rendah. Nilai oktan yang lebih tinggi pada bioetanol juga berpengaruh positif
terhadap efisiensi dan daya mesin.
Penggunaan bahan bakar E10 dan E20 memiliki performa (power dan force)
yang lebih baik untuk mesin, seperti tercantum dalam tabel pengujian berikut:

17
Sayangnya untuk menghasilkan power dan force yang lebih tinggi,
dibutuhkan bahan bakar E20 dalam jumlah lebih banyak per jam relatif
terhadap Pertamax. Untuk nilai fuel consumption / powerbahan bakar
pertamax memberikan hasil yang terbaik diikuti oleh E20 dan E10. Secara
umum, pencampuran premium dengan bioetanol memberikan dampak yang
baik bagi performa mesin.
Emisi
Penggunaan bioetanol juga mampu mengurangi emisi gas beracun (CO
dan HC) yang umum ditemukan pada pembakaran bensin. Hal tersebut
disebabkan oleh air-fuel ratio yang lebih baik pada bioetanol sehingga
menyebabkan pembakaran bahan bakar yang lebih sempurna. Namun
sayangnya justru emisi NOx lebih tinggi dibandingkan pembakaran bahan
bakar premium.

Selain emisi gas beracun, emisi karbon dioksida (greenhouse gas) juga
menjadi perhatian utama dalam pemilihan bahan bakar yang ramah
lingkungan. Pembakaran bioetanol E100 akan menghasilkan sekitar 1.5 kg gas
rumah kaca, sedangkan pembakaran 100% oktana (octane) menghasilkan
sekitar 2.1 kg gas rumah kaca. Menurut data EPA (Environmental Protection
Agency) pembakaran 1 Liter bensin akan menghasilkan sekitar 2.3 kg gas
karbon dioksida.
Daftar emisi karbon dioksida pada pembakaran bahan bakar secara sempurna
diringkas sebagai berikut:

18
Dalam bentuk persentase, pembakaran bioetanol (E100) mengurangi
sekitar 45% emisi karbon dioksida dibandingkan pembakaran oktana. Namun
perbandingan emisi pembakaran E10 terhadap oktana hanya menghasilkan
penghematan sekitar 4%, angka yang kurang signifikan untuk mengurangi
efek gas rumah kaca.
Dalam proses produksi bietanol dari awal hingga akhir terdapat beberapa
tahapan umum yang selalu dilalui yaitu proses produksi bahan baku dan
proses produksi bioetanol dari bahan baku. Dalam seluruh rangkaian proses
tersebut terdapat siklus energi dan karbon dioksida (juga biaya) yang terlibat

19
c) Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif sebagai pengganti solar yang
memiliki prospek di masa yang akan datang. Biodiesel ini nama lain dari fatty
acid methyl ester (FAME) yang berasal dari minyak nabati yang dapat
diperbaharui dan mudah diperoleh Keunggulan biodiesel ini antara lain lebih
ramah lingkungan karena bersifat biodegradable, emisi polutan hidrokarbon
yang tidak terbakar hasil pembakaran lebih rendah daripada solar dan memiliki
angka cetane yang lebih tinggi daripada solar. Angka cetane ini menunjukkan
seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar bisa
terbakar secara spontan setelah bercampur dengan udara. Bahan bakar dengan
angka cetane yang tinggi akan semakin baik.
Dengan kesadaran adanya krisis energi, maka pencarian energi alternatif
selain bahan bakar dari minyak bumi semakin gencar dilakukan. Berbagai riset
mengenai energi alternatif ini banyak dikembangkan. Sebagai bahan baku untuk
minyak nabati sebagai sumber biodiesel ini misalnya minyak kelapa, CPO,
minyak kelapa sawit, minyak kacang tanah, dan minyak biji bunga matahari.
Namun bahan baku tersebut adalah bahan pangan, sehingga perlu dicari
alternatif lain dari minyak non pangan. Adapun sebagai sumber minyak non
pangan yang potensial misalnya adalah minyak jarak pagar dan minyak kapuk.
Membaca harian Kompas hari ini (Jumat, tanggal 19 April 2013) dalam
rubrik IPTEK, yang memaparkan tentang potensi minyak dari biji Genderuwo
atau sebenarnya lebih familiar disebut dengan minyak biji kepuh sebagai bahan
baku untuk biodiesel. Dijelaskan bahwa rendemen minyak biji genderuwo ini
lebih tinggi dari biji jarak pagar. Sehingga dalam hal ini lebih menguntungkan
dibanding dengan minyak jarak pagar.

20
Menurut sumber lain yang saya baca, sebenarnya asam sterkulat yang
terkandung dalam biji kepuh ini bersifat unik karena rantai karbonnya memiliki
gugus siklopropenoid, sama halnya dengan minyak dari biji kapuk. Oleh karena
itu perlu tahapan proses untuk membuka cincin siklopropenoid ini dengan
mengkonversinya menjadi asam-asam lemak bercabang melalui proses
hidrogenasi. Jadi meskipun potensial sebagai bahan baku biodiesel, namun biji
genderuwo dan biji kapuk ini memiliki kandungan yang berbeda dengan bahan
baku lainnya seperti minyak dari biji jarak.
Jika minyak yang terkandung dalam biji jarak pagar, memiliki
kandungan asam oleat dan asam linoleat yang hampir mencapai 90%, dan
komposisi ini mirip dengan CPO.Dalam proses pembuatan biodiesel dari
minyak jarak pagar ataupun CPO tidak diperlukan tahapan proses hidrogenasi
atau proses yang bertujuan untuk penyusunan ulang dari gugus siklopropenoid
dalam asam sterkulatnya, agar dapat memenuhi syarat mutu biodiesel. Jadi pada
akhirnya, perlu dievaluasi lagi, sekalipun rendemen minyak biji kepuh
(genderuwo) lebih tinggi dibanding dengan minyak biji jarak, namun toh
kandungan minyaknya yaitu asam sterkulat memiliki sifat yang unik, yang
memerlukan tahapan proses lagi untuk dapat memenuhi syarat mutu biodiesel.

Proses Produksi Biodiesel


Secara umum proses pembuatan biodiesel ini memerlukan 3 tahapan
proses yaitu tahap persiapan (pretreatment), tahap reaksi transesterifikasi, dan
tahap pemurnian. Dalam tahap persiapan perlu dilakukan tergantung dari
kualitas bahan baku. Proses degummingperlu dilakukan untukpretreatment pada
pemurnian minyak. Minyak kasar biasanya masih mengandung kotoran-kotoran
(misalnya fosfatida, wax, pengotor lainnya) baik yang tidak larut maupun yang
larut dalam minyak.
Sedangkan pada tahapan reaksi transesterifikasi, minyak ini direaksikan
dengan alkohol berupa metanol atau etanol, karena itu disebut dengan
metanolisis atau etanolisis. Reaksi tersebut sangat lambat sehingga perlu katalis
yang berupa asam, basa atau enzim. Katalis basa adalah katalis yang paling baik
sehingga banyak menggunakan katalis ini seperti natrium hidroksida, kalium
hidroksida, natrium metilat dan kalium metilat.

21
Reaksi yang terjadi adalah antara trigliserida dan alkohol membentuk
gliserol (sebagai produk samping) dan ester (biodiesel). Jadi biodiesel ini adalah
metil ester (alkohol yang digunakan metanol) atau etil ester (alkohol yang
digunakan adalah etanol).
Dalam tahap pemurnian, adalah pemisahan hasil reaksi. Biodiesel
dipisahkan dari gliserol, sisa alkohol dan katalis. Selanjutnya dilakukan penetralan
katalis basa dengan asam, pencucian dan pemurnian hasil ester (biodiesel) dari air.
Inovasi Proses Produksi Biodiesel
Untuk mendapatkan proses yang paling menguntungkan untuk produksi
biodiesel perlu dikembangkan inovasi proses teknologi dengan melakukan
berbagai kemungkinan. Tentunya hal ini memerlukan riset dan kajian dari
berbagai hal. Jika digunakan bahan baku tertentu maka kontinyuitas dari bahan
baku itu harus diperhatikan. Dan dalam memproduksi suatu produk perlu
dilakukan evaluasi ekonomi yang akan menjadi dasar untuk tahap pengembangan
selanjutnya.
Metode Transesterifikasi In Situ
Dalam proses produksi biodiesel, selama ini menggunakan metode
transesterifikasi konvensional. Pada metode ini, bahan baku lebih dahulu diambil
minyaknya lalu minyak tersebut daru dikonversi menjadi biodiesel. Namun untuk
minyak non pangan, dengan asumsi bahwa minyak tersebut memang
diperuntukkan untuk bahan baku biodiesel, maka dapat dilakukan metode
transesterifikasi secara langsung (in situ), dari biji bahan tersebut. Pada tahap ini
proses ekstraksi (pengambilan minyak) dan proses reaksi atau konversi minyak
menjadi biodiesel dijadikan satu. Dengan harapan penghilangan satu proses yaitu
proses pengambilan minyak dihilangkan maka produk biodiesel yang dihasilkan
akan lebih murah.
Proses Produksi Biodiesel Secara Kontinyu dengan Distilasi Reaktif
Proses produksi biodiesel masih banyak dilakukan secara batch. Ini hanya
akan menguntungkan jika untuk produksi skala kecil, namun untuk skala besar
akan lebih ekonomis jika proses dilakukan secara kontinyu. Dan agar proses
produksi biodiesel lebih efisien, perlu dilakukan usaha untuk mengintegrasikan
antara unit reaksi dan unit pemisahan pada satu unit reaksi.

22
Ini dapat dilakukan dengan menggunakan distilasi reaktif (reactive
distillation), merupakan alat yang mengkombinasikan antara distilasi dan reaksi
dalam satu unit kolom. Reaktan diubah menjadi produk pada zona reaksi dan
secara simultan dilakukan pemisahan produk, serta pengembalian (recycle) sisa
reaktan ke zona tersebut. Dengan proses ini diharapkan akan lebih
menguntungkan, karena dua unit proses hanya menjadi satu proses saja, produk
hasil bisa lebih murni dan konversi lebih tinggi.

d) Bio Oil
Konsumsi minyak bumi semakin meningkat, tetapi potensinya semakin
menurun. Hal ini telah mendorong banyak negara di dunia mulai
mengembangkan berbagai alternatif bahan bakar nabati (BBN) salah satunya
adalah bio-oil. Bio-oil atau pyrolysis oil adalah sejenis minyak bakar yang
memiliki berat jenis tinggi, dibuat dari bahan nabati khususnya dari bahan
berlignoselulosa, seperti biomassa limbah kehutanan, industri hasil hutan, dan
pertanian. Bio-oil terbuat dari berbagai senyawa oksigenat organik yang
berbeda-beda dan tidak bercampur dengan bahan bakar minyak pada
umumnya. Hal ini karena tingginya kadar air, yakni sekitar 15–20% yang
berfungsi juga sebagai pengikat ratusan molekul yang berbeda sehingga
disebut sebagai emulsi mikro. Crude bio-oil dapat digunakan untuk pemanas
rumah tangga, bahan bakar untuk boiler, atau bahan bakar langsung untuk
tujuan pengeringan seperti halnya minyak residu dan bila dimurnikan atau di
upgrading akan menjadi bahan bakar yang lebih murni dan tinggi kalorinya,
serta bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan dalam industri kimia, seperti
halnya petroleum fuel. Bio-oil dapat dimurnikan (refined oil) untuk bahan
bakar dan bila diolah lanjut dapat digunakan sebagai bahan kimia (oleo-
kimia). Bio-oil dihasilkan melalui proses pirolisis lambat (slow pyrolysis)
ataupun pirolisis cepat (fast pyrolysis). Pada pirolisis lambat, produk utama
yang dihasilkan adalah arang, selain itu dihasilkan destilat yang mengandung
bio-oil. Pirolisis cepat (fast pyrolisis), yaitu biomassa dipanaskan secara cepat
(waktu tinggal biomassa di dalam reaktor cepat, yakni sekitar 1–2 detik) pada
suhu sekitar 450–600oC tanpa keberadaan oksigen. Produk utama pirolisis
cepat adalah crude bio-oil, arang, dan gas. Beberapa jenis teknologi fast

23
pyrolysis antara lain bubbling fluidized bed, circulating fluidized beds/trasport
reactor, rotating cone pyrolyzer, ablative pyrolysis, vacum pyrolysis, auger
reactor, dan free fall reactor.
Secara umum bahan baku berlignoselulosa atau biomassa dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bio-oil. Bahan baku yang
digunakan adalah biomassa yang berasal dari kehutanan dan pertanian atau
limbah industri kehutanan dan pertanian. Sementara peralatan yang
dibutuhkan dalam pembuatan bio-oil adalah alat pembuat serbuk, saringan,
alat pirolisis free fall reactor, timbangan, dan peralatan pendukung lainnya.
Pembuatan bio-oil dilakukan dengan teknik pirolisis cepat menggunakan free
fall reactor. Alat free fall reaktor memanfaatkan gaya gravitasi, yakni bahan
akan jatuh dari feeder menuju penampung arang, sehingga tidak memerlukan
atau hanya memerlukan sedikit gas nitrogen sebagai pendorong (bila
diperlukan). Berbeda halnya bila menggunakan alat bubling fluidized bed
karena bahan baku akan didorong ke atas menuju reaktor panas sehingga
memerlukan gas nitrogen dalam jumlah banyak. Bahan baku berupa serbuk
dimasukkan dari bagian atas reaktor pada saat suhu perlakuan telah tercapai
dan kontak bahan dengan panas hanya berlangsung dalam hitungan detik.
Adapun proses pembuatan bio-oil, meliputi persiapan bahan berupa
pengecilan ukuran bahan baku (pembuatan serbuk), penyaringan atau
pengayakan, pengeringan dan pembuatan bio-oil yaitu pengumpanan bahan ke
dalam alat free fall reactor.
1. Persiapan bahan
Bahan baku biomassa yang berukuran besar harus dikecilkan
terlebih dahulu menggunakan mesin pembuat chip kayu atau mesin
pencacah bila bahan baku berupa rumput-rumputan, seperti rumput gajah
atau rumput gelagah. Bahan baku kemudian dikeringkan dengan panas
matahari selama 4–5 hari bergantung cuaca atau dapat menggunakan
oven dengan suhu 80oC sampai kering. Selanjutnya, dihancurkan
menjadi serbuk dan diseragamkan ukurannya yaitu lolos ayakan 40
tertahan di ayakan 60 mesh (selanjutnya ditulis 40–60 mesh
2. Pembuatan bio-oil

24
Pembuatan bio-oil menggunakan alat pirolisis free fall reactor.
Alat dipanaskan sampai suhu mencapai 550oC, setelah suhu tercapai
ditunggu sekitar 30 menit agar panas di dalam reaktor konstan dan
merata. Selanjutnya, bahan baku dengan ukuran serbuk 40–60 mesh
dimasukkan ke dalam penampung bahan di screw feeder dan wadah
bahan ditutup rapat untuk mencegah masuknya udara atau keluarnya
asap melalui wadah penampung bahan.
Selanjutnya, screw feeder dihidupkan dengan putaran rendah
atau perlahan sehingga bahan baku akan terdorong dan jatuh ke dalam
reaktor. Reaktor yang sudah panas, seketika akan membakar bahan baku,
dan akan menghasilkan asap, arang, dan gas. Kemudian, asap yang
dihasilkan dari reaktor akan menuju kondenser (pendingin) dan
menghasilkan kondensat/ liquid. Sementara itu, arang yang terbentuk
akan masuk dalam penampungan arang di bagian bawah reaktor.
Biomassa yang digunakan dalam pembuatan biooil dengan alat
free fall reaktor harus melalui proses pengecilan ukuran menjadi serbuk
(sekitar 40–60 mesh). Dari penelitian pendahuluan, diketahui bahwa
ukuran serbuk yang terlalu besar (20 mesh atau lebih besar lagi) akan
menyebabkan bahan baku tidak terbakar sempurna dengan panas reaktor
pada saat bahan dimasukkan (warna arang yang dihasilkan tidak
seluruhnya berwarna hitam). Hal ini karena waktu kontak bahan dengan
panas sangat cepat hanya berlangsung sekitar 2–4 detik, yaitu saat bahan
memasuki reaktor sampai tiba di wadah penampung arang. Sementara
pada ukuran yang lebih halus (80 mesh atau lebih halus) akan
menyebabkan terjadi sumbatan di screw feeder atau menempel pada
dinding reaktor bagian atas.
Kinerja pembuatan bio-oil menggunakan teknik free faal reactor
sebagai berikut:
1) Pembuatan bio-oil tahun 2013 menggunakan limbah biomassa industri
hasil hutan berupa serbuk gergajian kayu mahoni, kulit kayu mahoni, dan
sludge kertas pada suhu reaksi 550oC. Diperoleh rendemen kondensat bio-
oil masing-masing 25%, 16,1%, dan 7,33%, rendemen arang sebanyak

25
32,67%, 34%, dan 50%; kadar pH 2,98; 3,19; dan 3,31; bobot jenis 1,092;
1,088; dan 1,089; nilai kalor hanya serbuk kayu mahoni yang terdekteksi
yaitu 9,28 MJ/ kg, daya nyala serbuk kayu mahoni termasuk katagori
sedang (menyala setelah 3–5 detik). Sementara kulit kayu mahoni dan
sludge kertas mempunyai daya nyala lambat (menyala setelah >6 detik).
Bio-oil yang dihasilkan didominasi oleh asamasam, terutama asam asetat
dan fenol, serta terdapat beberapa komponen zat yang mudah terbakar
yaitu aseton, benzene, dan furfuril alkohol.
2) Pembuatan bio-oil tahun 2014 menggunakan biomassa rumput gelagah
(Saccharum spontaneum). Pada bahan baku dengan ukuran lolos ayakan
40–60 mesh pada suhu 550oC, dihasilkan rendemen kondensat bio-oil
30,88%, pH 2,62, bobot jenis 1,1108 g/cm3, nilai kalor 25,29 MJ/kg, serta
daya nyala di atas 6 detik (lambat). Biooil yang dihasilkan didominasi oleh
asam-asam, terutama asam asetat dan fenol, serta terdapat beberapa
komponen zat yang mudah terbakar yaitu aseton, benzene, dan toluen.
Pembuatan bio-oil dari biomassa yang dilakukan dengan teknik
pirolisis free fall pyrolysis akan diperoleh rendemen liquid berkisar antara 10–
40% bergantung bahan baku yang digunakan. Proses yang direkomendasikan
adalah bahan baku sebaiknya mempunyai ukuran seragam 40–60 mesh dengan
suhu 550oC. Liquid atau cairan hasil pirolisis merupakan gabungan antara
produk cair (terdiri atas asam pyrolignic atau cuka kayu) dan fase minyak (tar
kayu atau pyrolitic oil). Untuk dapat menggunakan cairan pirolisis secara
langsung (dibakar langsung), harus dipisahkan antara cuka kayu dan fase
minyaknya. Meskipun sudah dipisahkan dengan cuka kayu, bio-oil masih
mengandung air sekitar 15– 20% yang berikatan dengan senyawa kimia
lainnya Hal inilah yang menyebabkan daya nyala (kemampuan terbakar) bio-
oil termasuk katagori lambat terbakar jika dibandingkan dengan bahan bakar
bensin. Untuk dapat memperbaiki daya nyala bio-oil, dapat dilakukan dengan
mencampurkan bahan aditif polar seperti etanol. Setelah bio-oil dipisahkan
dengan bagian airnya (cuka kayu), lalu dicampurkan etanol 96% antara 20–
50%. Adanya penambahan polar aditif seperti etanol tersebut dapat
menurunkan kekentalan dan mempebaiki atomisasi yang lemah, serta

26
meningkatkan nilai kalor yang rendah dari bio-oil. Meskipun demikian,
produk crude bio-oil penggunaannya masih terbatas pada penggunaan untuk
bahan bakar combuster untuk pemanas dan belum dapat digunakan secara
langsung sebagai bahan bakar mesin kinerja tinggi karena nilai asamnya
cukup tinggi yaitu pH berkisar antara 2–3. Untuk meningkatkan mutunya
(upgrading), bio-oil harus melalui proses cracking. Proses cracking diperlukan
untuk pemecahan senyawa organik rantai panjang menjadi dua atau lebih
senyawa organik rantai lebih pendek. Hasil samping pengolahan biooil dari
biomassa adalah arang dengan rendemen berkisar antara 20–40% yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif arang briket dan pelet, serta arang aktif
yang berpotensi meningkatkan nilai tambah.

D. Manfaat bioteknologi dalam Bidang Energi


Bioteknologi dalam bidang energi dapat mempunyai manfaat sebagai berikut
1) Sebagai sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi energi dan
digunakan sebagai alternatif minyak bumi. Dalam hal ini adalah
pembuatan biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang terbuat dari
tumbuhan atau hewan dan berasal dari residu pertanian dan kehutanan,
kota dan limbah industri dan perairan darat dan tumbuh tanaman khusus
untuk keperluan energi. Penggunaan biomasa di bidang bioteknologi
energi alternatif menggunakan teknologi ramah lingkungan.
2) Meningkatkan tingkat oktan dan mengurangi polusi. Contohnya adalah
etanol dan biodiesel. Etanol dan biodiesel dapat digunakan sebagai bahan
bakar transportasi, dan etanol juga produk mentah penting alam industri
kimia. Produksi etanol berperan penting dalam transformasi petroleum
terhadap biomassa berdasarkan ekonomi, ketahanan pangan, dan
lingkungan. Etanol dan biodiesel berasal dari tanaman pertanian seperti
kelapa sawit, jagung dan kedelai dan sedang meningkat digunakan dengan
cara biokonversi.4

4
Joko Hardiyanto, Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah Metode SRI Studi Kasus Desa
Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul, Tesis tidak dipublikasikan Universitas Gadjahmada,
Yogyakarta

27
3) Sebagai alternatif sebagai bahan bakar diesel, biodiesel sudah memiliki
bagian dalam transportasi saat ini.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bioteknologi adalah bidang yang melibatkan penggunaan sistem biologi
atau organisme hidup untuk menghasilkan produk atau proses pengembangan
yang pada akhirnya dapat menguntungkan manusia. Bioenergi adalah energi
yang diperoleh dari biomassa sebagai fraksi produk biodegradasi, limbah, dan
residu dari pertanian (berasal dari nabati dan hewani), industri kehutanan dan
terkait, dan sebagian kecil biodegradasi dari limbah industri dan kota (FAO).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi bioenergi merupakan berbagai
alat termasuk mikroorganisme yang digunakan dalam proses pembuatan energi
dari biomassa.
Berbagai jenis sumber energi yang tersedia di bumi dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk keperluan kehidupan setiap harinya. Banyak sekali yang
perlu dimanfaatkan untuk kehidupan, contohnya seperti energi yang dihasilkan
dari angin, cahaya matahari yang tersebar luas hampir di seluruh permukaan
bumi. Selain itu masih banyak lagi sumber energi yang harus digunakan
dengan sebaik-baiknya. Jadi alangkah banyaknya sumber energi yang dapat
ditemukan jika mengetahui potensi yang tersembunyi untuk dikembangkan dan
digunakan sebagai energi yang mencukupi kehidupan.
Bioenergi ini diproduksi karena memiliki manfaat lebih diantaranya yaitu,
a) bahan bakunya dapat berupa biomassa ataupun limbah perkotaan, sehingga
dapat mengurangi pencemaran lingkungan perkotaanselain dapat mengurangi
jumlah limbah hasil utama pengolahan bioenergi ini adalah produk berupa
energi yang dapat digunakan; b) Meningkatkan tingkat oktan dan mengurangi
polusi. Contohnya adalah etanol dan biodiesel. Etanol dan biodiesel dapat
digunakan sebagai bahan bakar transportasi, dan etanol juga produk mentah
penting alam industri kimia. Produksi etanol berperan penting dalam
transformasi petroleum terhadap biomassa berdasarkan ekonomi, ketahanan
pangan, dan lingkungan.

29
B. Saran
Dalam pembahasan kali ini penulis menyarankan kepada semua
mahasiswa/mahasiswi yang membaca makalah ini untuk bisa memahami apa
itu “Bioteknologi di Bidang Energi“. Mahasiswa juga diharapkan bisa
berperan aktif dalam melakukan pembahasan masalah/tugas yang
dihadapinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanto, Joko. 2009. Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah Metode SRI
Studi Kasus Desa Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul. Tesis tidak
dipublikasikan Universitas Gadjahmada. Yogyakarta.

Soerawidjaja, T. H. 2006. Minyak-lemak dan produk-produk kimia lain dari


kelapa. Handout kuliah Proses Industri Kimia, Program Studi Teknik
Kimia, Institut Teknologi Bandung

Khan, I. et.al. Impact Of Brand Related Attributes On Purchase Intentions Of


Customer. A Study About Costumer. (Online)
(http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/
4725/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf?sequence=12) Diakses pada 29
Oktober 2017.

Ruane, et.al. 2010. Bioenergy And The Potential Contribution Of Agricultural


Biotechnologies In Developing Countries Science Direct Biomas &
Bioenergy.

Anonimous. Statistical Review of World Energy June. (online.)


(2011https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwi6uv-SjJXXAhUHwI8KHWkUAOkQFgglMAA&url=https%3A
%2F%2Fwww.bp.com%2Fcontent%2Fdam%2Fbp-country%2Fde_de
%2FPDFs%2Fbrochures
%2Fstatistical_review_of_world_energy_full_report_2011.pdf&usg=AOv
Vaw2PrnPl9ncUReW5X1Vw1OSR.) Diakses pada 29 Oktober 2017.

31

Anda mungkin juga menyukai