Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-Nya
sehingga makalah “Caries Risk Assessment” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas punishment konservasi. Saya
mengerjakan makalah ini dengan harapan makalah ini dapat berguna dalam
pembelajaran kami.

Akhir kata saya sebagai penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................3

2.1 Definisi Caries Risk Assessment.................................................................................3

2.2 Tujuan Caries Risk Assessment................................................................................... 6

2.3 Kategori Pasien Resiko Karies Tinggi.......................................................................6

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Resiko Karies Tinggi...........................................…6

2.5 Tes Aktivitas karies........................................................................................................ ..7

BAB III……………………………………………………………………………......9
Kesimpulan…………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal dan karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang
paling banyak diderita oleh masyarakat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT, 2004) prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 90,5%. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007 melaporkan skor DMF-T di Indonesia
sebesar 4,85 dimana terdapat rata-rata lima gigi yang rusak disetiap rongga mulut
masyarakat Indonesia. Plak gigi merupakan faktor utama penyebab terjadinya
penyakit periodontal maupun karies gigi. Karies merupakan hasil interaksi dari
bakteri di permukaan gigi, plak maupun biofilm serta diet (khususnya komponen
karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama
asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi.
Proses diagnosis karies melibatkan penilaian risiko dan penerapan kriteria
diagnostik untuk menentukan status penyakit dengan tujuan utama mengidentifikasi
pasien dengan lesi yang memerlukan perawatan operatif (restorasi) maupun yang
tidak memerlukan perawatan operatif, dan pasien yang berisiko tinggi mengalami
perkembangan lesi karies sehingga dapat memberikan kesempatan dalam
implementasi strategi pencegahan yang lebih spesifik terhadap terjadinya karies.
Setiap individu memiliki keadaan rongga mulut yang berbeda yang dapat
mempengaruhi terjadinya pembentukan karies. Oleh karena itu, pemeriksaan faktor
risiko karies harus dilakukan secara individual. Risiko karies adalah sebuah peluang
seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu,
dimana setiap orang berbeda, bahkan tidak tetap seumur hidup oleh karena dapat
berubah apabila pasien melakukan tindakan pencegahan karies baik oleh dirinya
sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi.

1
2

Risiko karies dapat diukur untuk mengidentifikasi faktor yang berkontribusi


pada peningkatan risiko karies gigi (Bird dan Robinson, 2012). Pengukuran risiko
karies merupakan suatu proses pengumpulan data berdasarkan beberapa faktor
seperti level bakteri dan indikator seperti pengalaman karies untuk memprediksi
aktivitas karies nantinya (Limeback, 2012). Pengelolaan risiko karies dapat
dilakukan dengan menggunakan metode penilaian risiko karies berupa Caries risk
assessment, caries-risk assessment tool, CAMBRA, kariogram dan traffic light
matrix model.
BAB II

ISI

2.1 Definisi Caries Risk Assessment

Caries risk assessment (CRA) merupakan suatu proses pengumpulan data


terkait dengan berbagai macam faktor dan indikator untuk memprediksi aktivitas
karies dalam waktu tertentu. Formulir penilaian risiko karies American Dental
Association (ADA) digunakan sebagai alat bantu dokter gigi dalam menilai risiko
individu terhadap terjadinya karies. Di dalam penggunaannya, formulir ini terbagi
menjadi dua jenis berdasarkan kategori umur pasien yaitu, formulir penilaian risiko
karies untuk usia 0-6 tahun dan formulir penilaian karies untuk usia di atas 6 tahun.
Formulir ini juga digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pasien dalam
menyoroti faktor risiko yang potensial terhadap terjadinya karies. Faktor risiko
yang dimuat dalam formulir ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pasien yang dapat membantu di dalam menurunkan risiko karies dari waktu ke
waktu.
Formulir penilaian risiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor
yang mudah diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin.
Bagian ‘Contributing Conditions’ dan ‘General Health Conditions’ dalam form ini
dapat dilengkapi oleh anggota dental team, sedangkan bagian ‘Clinical Conditions’
harus ditentukan sendiri oleh dokter gigi. Warna yang digunakan dalam formulir ini
mengindikasikan tingkat risiko, dimana hijau untuk mengindikasikan risiko dengan
tingkat rendah, kuning untuk tingkat sedang, dan merah untuk tingkat tinggi. Untuk
masing-masing faktor risiko diisi dengan cara melingkari atau memberikan tanda
checklist sesuai dengan kolom tingkat risiko. Selain itu, terdapat beberapa informasi
tambahan terkait dengan faktor risiko spesifik, diantaranya:
1. Paparan fluorida
2. Makanan dan minuman yang mengandung gula
3. Pasien dengan kebutuhan khusus

3
4

4. Medikasi yang dapat menurunkan curah saliva

Tabel 2.1. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia 0-6 Tahun
5

Tabel 2.2. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia di Atas 6 Tahun
6

2.2 Tujuan Caries Risk Assessment

Menurut Carg (2013), tujuan utama dari CRA pada bidang kedokteran gigi
adalah untuk memberikan perawatan preventif maupun restoratif secara lebih
spesifik kepada pasien.
Penilaian risiko karies pada screening atau inisiasi terapi, memungkinkan
penilaian yang lebih baik pada aktivitas karies dan rencana pengobatan dapat
ditentukan dengan baik. Misalnya anak pada risiko karies tinggi memerlukan
pencegahan yang ketat terutama untuk mencegah karies awal dan karies sekunder
untuk menghentikan perkembangan karies.

2.3 Kategori Pasien Resiko Karies Tinggi


- Satu lesi baru yang muncul pada permukaan halus selama satu tahun
terakhir
- Lesi karies baru pada permukaan akar
- Pasien yang sedang dalam pengobatan yang menyebabkan
hiposalivasi
- Gangguan sistemik
- Riwayat perawatan gigi dengan beberapa restorasi
- Paparan makanan yang mengandung gula lebih dari tiga kali sehari
- Kepikunan

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Resiko Karies Tinggi

a. Status Oral Hygiene


- Oral hygiene buruk
- Pasta gigi tidak berfluoride
- Frekuensi membersihkan gigi kurang
- Perawatan ortodontik
- Gigi tiruan sebagian
7

b. Riwayat Perawatan Gigi


- Terdapat beberapa restorasi
- Frekuensi penggantian restorasi
c. Faktor Pengobatan
- Xerostomia akibat obat-obatan
- Gastric reflux
- Obat-obatan yang mengandung gula
- Sjorgen syndrome
d. Faktor Kebiasaan
- Kebiasaan minum susu dalam botol saat malam
- Kelainan kebiasaan makan
- Frekuensi kebiasaan makan makanan ringan
- Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula
- Pasta gigi tidak berfluoride
e. Faktor Sosioekonomi
- Status pendidikan rendah
- Kemiskinan
- Tidak ada asupan fluoride

2.5 Tes Aktivitas Karies


Tes aktivitas karies dapat membantu dengan cara berikut:

 Menentukan dalam kebutuhan akan tindakan pengendalian karies;


 Menentukan dalam waktu optimal untuk restorasi;
 Menentukan dalam hasil tindakan preventif.

a. Tes aliran saliva yang tidak distimulasi

Pasien diminta duduk tegak di kursi dan meneteskan saliva ke dalam cup
selama 5 menit

 Lebih dari 0,25 - normal;


8

 0,1 sampai 0,25 - rendah;


 Kurang dari 0,1 - sangat rendah.

Hal ini juga dapat dilakukan dengan menilai produksi saliva secara visual dari
kelenjar saliva minor pada mukosa labial bawah. Untuk itu, tarik bibir bawah
pasien, blok mukosa labial dengan selembar tissue dan amati waktu yang
dibutuhkan agar tetesan saliva terkumpul.

 Kurang dari 30 detik - tinggi;


 30 sampai 60 detik - normal;
 Lebih dari 60 detik - rendah.

b. Tes Viskositas Saliva


Periksa secara visual viskositas saliva dalam keadaan istirahat. Jika berbusa
atau berbuih, itu menunjukkan kadar air rendah dalam saliva.

c. Resting pH of Unstimulated Saliva


Untuk mengukur pH saliva dalam keadaan istirahat, teteskan saliva pada pH
test strip, dan perhatikan nilainya.
 pH normal = 6,8 - 7,8;
 pH sedang/cukup asam = 6,0 - 6,6;
 pH asam = 5,0 - 5,8.

d. Tes kapasitas buffer saliva


Untuk tes ini, tambahkan saliva yang terstimulasi ke strip tes. Asam yang ada
dalam test strip akan larut dan terjadi penurunan pH. Jika saliva mempunyai
kapasitas buffer maka pH akan naik dan indikator akan menunjukkan pH akhir.

e. Tes S. mutans, Lactobacillus


Dalam uji ini, jumlah S. mutans diperkirakan. Untuk ini, putar spatula pada
lidah pasien dan masukkan ke dalam media kultur khusus. Setelah itu,
bandingkan hasilnya dengan grafik untuk memperkirakan jumlah S. mutans.
9

Anda mungkin juga menyukai