Anda di halaman 1dari 2

Yogha Adriansyah – MTs YMPI Rappang

MALIN KUNDANG

Dahulu kala, di pantai utara Sumatera hiduplah seorang janda dan putra tunggalnya,
bernama Malin Kundang. Mereka hidup dalam kemiskinan. Malin Kundang tumbuh sebagai
anak muda yang terampil. Dia selalu ingin menjadi orang sukses untuk membantu ibunya.
Suatu hari, sebuah kapal besar milik seorang pedagang berlabuh di dekatnya, Malin
Kundang bertemu dengan salah satu awak kapal dan ditawari untuk bergabung dengannya.
Dia tahu itu, itu adalah kesempatan bagus untuk mewujudkan mimpinya. Jadi dia
memutuskan untuk menerima tawaran itu dan pulang ke rumah untuk memberi tahu
ibunya.

“Bu, umm.. bagaimana jika saya berlayar ke luar negeri?.”

Tanya Malin Kundang kepada ibunda tercinta.

“Wahai anakku sayang, aku tidak bisa melepaskanmu, aku kehilangan ayahmu, dia pergi
berlayar dan tidak pernah kembali, aku juga tidak ingin kehilanganmu”. Ibunya menjawab.

Malin Kundang terus berusaha meyakinkan ibunya bahwa mereka akan baik-baik saja,

“Tapi bu, jika saya tinggal di sini, saya akan selalu menjadi orang miskin. Saya ingin menjadi
orang sukses untuk membantu kita mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Aku berjanji
padamu ibu, aku berjanji, bahwa aku akan kembali untukmu.” kata Malin Kundang.

Ibu Malin menyeka air matanya sendiri “Jika kamu benar-benar ingin pergi, aku tidak bisa
menghentikanmu anakku. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk kesuksesan Anda
dalam hidup.” kata ibunya dengan bijak.

Keesokan harinya, Malin Kundang sudah siap untuk pergi.

Sudah setahun sejak Malin Kundng meninggalkan ibunya, Ibunya tidak pernah mendengar
kabar apapun dari Malin Kundang. Namun, dia terus menunggu dan berdoa agar putranya
pulang dengan selamat. Setelah beberapa tahun menunggu, dia dikejutkan dengan
kedatangan seorang saudagar kaya di dermaga kapal.

Saat kapal besar menepi, ibu Malin melihat seorang pria kaya yang sedang menuruni tangga
bersama istrinya yang cantik jelita. Pria itu ternyata adalah putra satu-satunya, ya. Malin
Kundang. Tanpa ragu-ragu, dia datang berlari untuk memeluk putranya.
Yogha Adriansyah – MTs YMPI Rappang

“Wahai anakku sayang, Malin…”, Namun Malin Kundang tidak memberikan respon apapun.
Dia terlalu malu untuk mengakui bahwa wanita tua itu adalah ibunya sendiri di depan
istrinya.

" Siapa kamu? Kamu bukan ibuku. Ibuku telah meninggal ketika aku masih kecil.” kata Malin
Kundang, ibu Malin mundur selangkah.

“Apa maksudmu, Malin? Aku ibumu!.” . Maliun Kundang kemudian memerintahkan


pengawalnya untuk mengambil wanita tua itu darinya,

“ Pengawal! Peeeeewww! Bawa wanita tua dan kotor ini keluar dari sini, Sekarang juga!.” .
Ibu Malin merasa kecewa.

“Malin.. Apa maksudmu? Aku ibumu.”

“Kenapa kamu memperlakukan ibumu seperti ini?.” Dia menangis, dia menangis dan
berteriak.

“Ya Tuhan, jika dia adalah anak kandungku, aku akan mengutuknya menjadi batu!.” Setelah
itu, di tengah laut yang tenang, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Kemudian, badai
datang, Badai itu menerjang Malin Kundang dan mengubahnya menjadi batu.

“ Ibu?... Apa yang terjadi…. Ibuuuu?.

“Ibu, maafkan aku! Ibuuuu!."

Demikianlah kisah Malin Kundang yang durhaka pada Ibunya, adapun pesan moral dari
cerita Malin Kundang adalah:

 Jangan menyakiti hati orang tua


 Jangan lupa diri karena harta
 Jangan berbohong dan berbaktilah kepada kedua orang tua

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai