Anda di halaman 1dari 4

Hai!

Riri Kumpulan Dongeng dan Cerita Anak

LEGENDA MALIN KUNDANG

Kisah ini terjadi di pesisir pantai di Sumatera Barat. Di kisahkan terdapat sebuah
keluarga yang hidup dalam kemiskinan, untuk mengubah nasib sang ayah pergi merantau
meninggalkan istri dan anaknya yang bernama Malin Kundang.

Ibu Malin Kundang : “Kenapa suamiku lama sekali?”

Malin Kundang : “Selamat pagi, Ibu”

Ibu Malin Kundang : “Selamat pagi, Malin”

Malin Kundang : “Aku hendak memancing, dulu ya Bu?”

Ibu Malin Kundang : “Baiklah nak, hati-hati ya di jalan”

Meskipun agak nakal Malin termasuk anak yang giat

Malin Kundang : “Ha ha ha ha gemari gemar makan ikan aha ha aha ha ha ha ha ha ha ha”
(berjalan sambil bernyanyi)

Sejak kecil Ia kerap membantu ibunya mencari ikan sebagai makanan sehari-hari.

Malin Kundang : “Lihat Ibu, aku mendapatkan ikan yang besar hari ini”

Ibu Malin Kundang : “Wah Hebat, nanti Ibu masakkan tumis ikan kesukaanmu”

Seiring berjalannya waktu Malin kecil tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah. Ia
merasa kasihan terhadap ibunya yang terus bekerja membanting tulang sendirian. Ia bertekad
untuk merantau demi membantu ibunya.

Ibu Malin Kundang : “Malin apakah kamu yakin hendak merantau nak?”

Malin Kundang : “ Ya Bu, Doakan saja aku berhasil supaya bisa membantu Ibu”

Bersama nahkoda kapal yang baik Malin pun mulai berlayar untuk merantau. Sang Ibu
pun akhirnya merelakan kepergian anak semata wayangnya itu.

Nahkoda Kapal : “Hei Malin, Ayo kita berangkat sekarang”

Malin Kundang : “Ibu, Pak nahkoda telah memanggilku aku berangkat dulu Ibu

Ibu Malin Kundang : “Ahh iya nak, Jaga dirimu baik-baik ya”
Malin Kundang : “Sampai jumpa lagi, Ibu”

Ibu Malin Kundang : “Sampai jumpa Malinku”

Kapal yang mengangkut Malin pun mulai menjauh meninggalkan ibu Malin yang kini
tinggal sendiri. Sepeninggal Malin merantau tinggalah sang Ibu seorang diri di gubuknya
yang tua. Hampir setiap hari Ia memandang laut memikirkan nasib Malin yang tak kunjung
memberi kabar.

Ibu Malin Kundang : “Malin, bagaimana kabarmu nak? Ya Tuhan, lindungilah anakku,
semoga dia selalu sehat”

Waktu pun berjalan ibu Malin kian menua Ia masih hidup seorang diri, Malin juga tidak
pernah memberi kabar akan kepulangannya. Hingga suatu ketika sang ibu pulang dari pasar.

Ibu Malin Kundang : “Ahh, ikan yang segar ya pak”

Penjual : “Tentu saja, Ibu ayo silahkan dibeli ikan segar, badan bugar”

Ibu Malin Kundang : “Ahhh, ikan segar dulu Malin suka sekali makan tumis ikan buatanku.
Aku sangat merindukan dia”

Dalam perjalanan pulang dari pasar sang Ibu melihat nahkoda yang dulu membawa
Malin.

Ibu Malin Kundang : “Ha? Itukan pak nahkoda? Pak, Pak nahkoda”

Nahkoda kapal : “Oh, Ibunya Malin rupanya. Bagaimana kabar anakku, Pak?

Sang nahkoda pun menceritakan semuanya tentang Malin kepada ibunya.

Nahkoda kapal : “Malin kini telah berhasil Bu. Ia kini menjadi seorang saudagar yang kaya,
Ia juga telah memiliki seorang istri. Aku dengar ia akan berlabuh ke sini esok hari.

Ibu Malin Kundang : “Oh Benarkah itu? Malin Oh Malin”

Ibunya terlihat sangat bahagia mendengar berita dari nahkoda tersebut. Malamnya sang
ibu segera kedapur untuk memasak , rasa lelah ia tidak hiraukan demi menyambut Malin.
Akan ku masakkan tumis ikan kesukaan Malin kubuatkan yang banyak untuk istrinya juga.
Akhirnya sang fajar pun menyingsing. Hari dimana Malin akan tiba di kampung halamannya.
Sang Ibu bergegas berlari menuju pantai.

Ibu Malin Kundang : “Malin, ah, untung masih sempat”


Sesampainya di tepian pantai beberapa orang telah berkumpul menyambut kapal Malin.
Kapal Malin terlihat besar dan megah, Ibunya terharu saat melihat kedatangan kapal tersebut.
Ia sudah tidak sabar melihat anaknya yang telah lama pergi tersebut. Malin pun akhirnya
menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya. Ia dan istrinya yang cantik terlihat turun
dari kapalnya yang mewah. Tiba-tiba dari kejauhan sang ibu berteriak kencang.

Ibu Malin Kundang : “Malin, Malin anakku Kau sudah tumbuh dewasa rupanya”

Malin Kundang : “Ha?”

Sang istri Malin bertanya keheranan

Istri Malin Kundang : “ Siapa kau wanita renta lusuh itu suamiku? Ia bukan Ibumu kan?
Kamu bilang orang tuamu kaya raya”

Malin Kundang : “Ah Yah Dia bukan siapa-siapa, bahkan aku tidak kenal dengannya”

Tak disangka Malin mendorong ibunya itu hingga jatuh tersungkur

Ibu Malin Kundang : “Aduh”

Malin Kundang : “Aku tak punya ibu sedengkil kamu”

Ibu Malin Kundang : “Tapi Malin anakku”

Malin Kundang : “Sudah istriku ayo kita pulang, rupanya kita telah berlabuh di pulau yang
salah”

Malin pun pergi meninggalkan ibunya yang terus berlinang air mata. Sang ibu tidak
menyangka anaknya yang dulu dirawatnya berubah menjadi anak yang durhaka. Sang ibu
seraya berdoa memohon kepada yang Kuasa.

Ibu Malin Kundang : “ Ya Tuhan, apabila dia bukan anakku, aku akan memaafkan
perbuatannya. Namun, apabila dia memang benar anakku, aku mohon keadilanmu”

Seketika, langit yang begitu cerah berubah menjadi gelap gulita, sepertinya Tuhan
menjawab doa sang Ibu. Hujan badai yang dasyat menghadang kapal Malin Kundang,
Kapalnya mulai hancur akibat tersambar petir yang besar. Seluruh awak kapal terlihat panik,
sang Istripun meninggal tertimpa oleh tiyang kapal. Kapal terus terombang-ambing di lautan
lepas hingga menepi di sebuah pulau, hingga secara perlahan-lahan kapalnya karam. Malin
pun terdampar di sebuah pulau tersebut. Ia terlihat begitu lusuh tak berdaya.
Malin Kundang : “Akh!!! apa ini? kenapa tanganku membatu?”

Ia bersimpuh memohon ampun namun terlambat.

Malin Kundang : “Maafkan anakmu ini bu, Akh!!!”

Seketika sekujur tubuh Malin berubah menjadi batu. Itu adalah hukuman yang harus
diterimanya karena durhaka kepada ibu.

Nasihat atau pesan moral dari cerita ini adalah Ibu adalah wanita mulia yang telah
melahirkan kita. Sayangi dan hormatilah Ibu.

Yuk dukung Riri dengan menekan tombol subscribe!

Anda mungkin juga menyukai