“SISTEM KROMATOGRAFI”
DISUSUN OLEH :
KELAS :B
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Ainy Ramadhany
G701 19 103
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,terutama dalam
bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu analisis kimia seperti
pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang
dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran banyak
dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya,
akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi.
3. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
Metode kromatografi adalah salah satu teknik pemurnian yang banyak dilakukan dalam
proses analisa kimia dan produksi karena sifatnya yang selektif. Pada proses produksi
biasanya kromatografi digunakan untuk proses pemurnian. Pemurnian secara kromatografi
dilakukan dengan cara memanfaatkan perbedaan sifat fisika-kimia umum dari bentuk
molekul atau ion, ukuran partikel, kelarutan dan lain-lain. Kromatografi adalah proses
pemisahan zat terlarut berdasarkan perbedaan migrasi suatu sistem yang terdiri dari fasa
diam dan fasa gerak. Salah satu fase gerak yang sering dipakai adalah molekul yang
memiliki perbedaan mobilitas sehingga terjadi perbedaan dalam adsorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Perbedaan cara kerja
kromatografi itu memberikan variasi teknik seperti kromatografi penukar ion (ion
exchange chromatography), kromatografi eksklusi ukuran (size exclusion
chromatography), kromatografi fasa normal (phase normal chromatography), kromatografi
fasa terbalik (reverse phase chromatography), kromatografi afinitas (affinity
chromatography).
Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan
sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada
padatan inert seperti silika. Cara ini biasa digunakan untuk anggota ekstraksi dan
pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile). Istilah "fasa terbalik"
mempunyai latar belakang sejarah. Pada tahun 1970an, sebagian besar kromatografi cair
dilakukan menggunakan pendukung fasa diam (disebut juga dengan "kolom") berisi resin
silika atau alumina yang tidak dimodifikasi. Metode ini disebut "kromatografi fasa
normal". Pada kromatografi fasa normal, fasa diam adalah hidrofilik sehingga mempunyai
afinitas yang kuat terhadap molekul hidrofilik dalam fasa gerak. Oleh karena itu, molekul-
molekul hidrofilik dalam fasa gerak cenderung untuk terikat (atau teradsorpsi) pada kolom,
sementara molekul-molekul hidrofobik mengalir melalui kolom dan dielusi pertama kali.
Dalam kromatografi fasa normal, molekul hidrofilik dapat dielusi dari kolom dengan
menaikkan polaritas larutan dalam fasa gerak.
Teknik ini diperkenalkan menggunakan rantai alkil yang berikatan kovalen pada fasa
pendukung, menciptakan fasa diam hidrofobik yang mempunyai afinitas yang lebih kuat
terhadap senyawa-senyawa hidrofobik. Penggunaan fasa diam hidrofobik diperhitungkan
sebagai lawan atau "kebalikan" dari kromatografi fasa normal, sehingga muncullah istilah
"kromatografi fasa terbalik". Kromatografi fasa terbalik melibatkan fasa gerak polar
(aqueous). Akibatnya, molekul-molekul hidrofobik cenderung teradsorpsi pada fasa diam
hidrofobik, dan molekul-molekul hidrofilik dalam fasa gerak akan melewati kolom dan
terelusi lebih dulu. Molekul-molekul hidrofobik dapat dielusi dari kolom dengan
menurunkan polaritas fasa gerak menggunakan pelarut organik (non-polar), yang dapat
mengurangi interaksi hidrofobik. Semakin hidrofobik suatu molekul, semakin kuat terikat
pada fasa diam, dan semakin tinggi konsentrasi pelarut organik yang diperlukan untuk
mengelusi molekul tersebut. Banyak perhitungan matematis dan eksperimental yang
digunakan dalam metode kromatografi lainnya juga diterapkan pada RPC (misal, resolusi
pemisahan bergantung pada panjang kolom). Hal ini dapat digunakan untuk pemisahan
molekul-molekul dengan variasi luas. Tetapi RPC tidak dapat digunakan untuk pemisahan
protein, karena pelarut organik yang digunakan dalam RPC dapat mendenaturasi sebagian
besar protein. Berdasarkan alasan inilah, kromatografi fasa normal lebih umum digunakan
untuk pemisahan protein.
Kromatografi penukar ion (ion exchange chromatography) sering digunakan dalam proses
pemurnian yang hanya diterapkan pada senyawa ionik, metode ini banyak digunakan
dalam memisahkan molekul protein terutama enzim. Perbedaan selektif antara fase diam
(resin) dengan senyawa target serta senyawa yang tidak kita inginkan (untargeted), maka
masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom (fase diam) dengan laju alir
yang tergantung pada penyerapan karakteristik dalam kolom. Pada proses pemisahan ada
beberapa senyawa yang akan keluar dari kolom dengan interval waktu yang berbeda,
karena proses keseluruhannya adalah migrasi yang dihasilkan oleh tenaga pendorong
selektif dari fase gerak. Proses penahanan dan pelepasan senyawa kimia dalam proses
kromatografi salah satunya adalah karena bentuk dan struktur kolom terkemas (column
packing) atau resin terkemas (resin packing). Beberapa teknik pengemasan kolom
kromatografi dapat dibedakan berdasarkan parameter yang tergantung pada karakteristik
resin yang digunakan. Setiap resin memiliki liganda, basa, atau senyawa kimia yang
spesifik sebagai matriks resin. Proses pengemasan kolom akan berpengaruh terhadap
efisiensi kolom. Salah satu parameter yang berpengaruh adalah laju aliran linier (linier
flow rate). Dimana nilai laju aliran linier suatu resin memiliki batas interval dari tinggi
kolom yang digunakan.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silica atau polimer yang berpori (porus), sehingga
solut dapat melewati porus tersebut (lewat diantara partikel), atau berdifusi melalui fase
diam. Fase gerak pada kromatografi ini tidak berpengaruh, sehingga pelarut yang berlainan
yang mempunyai daya mensolvasi yang sama menghasilkan hasil yang sama. Sedikit
banyak fase gerak pada kromatografi filtrasi gel serupa dengan gas pada kromatografi gas
dalam hal fungsinya yang hanya sebagai medium netral yang memungkinkan molekul solut
memasuki fase diam. Fasa gerak dipilih untuk meminimalisir interaksi solut dengan
permukaan penyangga, memiliki kemurnian yang tinggi, tidak bereaksi dengan fase diam,
tercampurkan dengan komponen sistem, pelarutnya baik untuk cuplikan,dapat membasahi
permukaan kemasan dan viskositasnya rendah.
II.5 Jenis Affinity
Kromatografi afinitas merupakan varian dari kromatografi yang menggunakan spesifitas
biologis pada interaksi antara analit dan ligan pemisahan. Teknik yang digunakan oleh
kromatografi afinitas adalah mengadaptasi interaksi yang bersifat reversibel dan spesifik
layaknya peristiwa yang banyak terjadi pada sistem biologis seperti interaksi antigen
dengan antibodi atau enzim dengan substrat. Proses pemisahan dengan kromatografi
afinitas semakin disukai karena spesifitas biologisnya yang tinggi dan terhindarnya
komponen yang ingin dimurnikan dari kontaminasi mikroorganisme jika komponen
tersebut merupakan produk farmasi.
Sesuai dengan namanya, kromatografi afinitas menggunakan prinsip afinitas untuk
memurnikan atau memisahkan berbagai macam komponen. Afinitas merupakan gaya tarik
antar dua komponen atau zat yang besarannya sangat spesifik untuk tiap komponen. Gaya
tarik inilah yang akan membuat dua komponen berkombinasi satu sama lain. Interaksi
antara kedua komponen tesebut tidaklah terjadi karena sifat-sifat umum seperti titik
isoelektrik, hidrofobisitas, atau ukuran. Interaksi terjadi karena adanya spesifitas biologis
seperti bentuk atau konformasi yang dapat ‘mengenali’ komponen lain lalu berikatan
karena memiliki bentuk yang sesuai. Persitiwa ini terjadi pada interaksi enzim dengan
substrat atau antibodi dan antigen yang merupakan substansi biologis. Interaksi ini bersifat
sangat spesifik sehingga sangat bisa diandalkan untuk memurnikan produk dengan kualitas
tinggi.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Metode kromatografi adalah salah satu teknik pemurnian yang banyak dilakukan dalam
proses analisa kimia dan produksi karena sifatnya yang selektif. Pada proses produksi
biasanya kromatografi digunakan untuk proses pemurnian. Pemurnian secara kromatografi
dilakukan dengan cara memanfaatkan perbedaan sifat fisika-kimia umum dari bentuk
molekul atau ion, ukuran partikel, kelarutan dan lain-lain. Kromatografi adalah proses
pemisahan zat terlarut berdasarkan perbedaan migrasi suatu sistem yang terdiri dari fasa
diam dan fasa gerak. Salah satu fase gerak yang sering dipakai adalah molekul yang
memiliki perbedaan mobilitas sehingga terjadi perbedaan dalam adsorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Perbedaan cara kerja
kromatografi itu memberikan variasi teknik seperti kromatografi penukar ion (ion
exchange chromatography), kromatografi eksklusi ukuran (size exclusion
chromatography), kromatografi fasa normal (phase normal chromatography), kromatografi
fasa terbalik (reverse phase chromatography), kromatografi afinitas (affinity
chromatography).
III.2 Saran
Etik, W. Dkk. (2020). Optimasi Metode KCKT-ELSD dengan Pemisahan HILIC untuk
Penetapan Kadar Glukosamin Hidroklorida pada Suplemen Kesehatan. Jurnal Farmasi
Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 7 (2).
Hubert, C., et al. (2010). Development & Validation of a Sensitive Solid Phase Extraction/HILIC/
MS Method for the Accurate of Glucosamine in Dog Plasma. Journal of Chromatography
A; 1217; 3275- 3281.
Laksmi, N. C., et al. (2012). a Novel LC-ELSD Method for the Quantification of 2-Deoxy D-
glucose Using HILIC Chromatoghraphy. Schoolar Research Library : 591-598.
Leba, M. A. (2017). Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta : CV.Budi Utama.
Megantara, S., et al. (2016). Prediction of Log P and Spectrum Quersetin, Glucosamine and
Andrographolide and Its Corellation with Laboratory Analysis. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Science : 33-37.
Putra, E. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. Jurusan Farmasi
Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.