Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

LOW BACK PAIN

OLEH :
Andi Nurfadilah Syam
(70700120030)

SUPERVISOR:
dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok., M.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Low Back Pain” dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pendidikan
Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.OK., M.KK An selaku supervisor
pembimbing.
2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya
bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati
penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari semua
pihak.

Makassar, 01 Oktober 2021

2
Andi Nurfadilah Syam

3
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul


“Low Back Pain”
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal ……………………………….

Oleh:
Supervisor Pembimbing

dr. H. Abbas Zavey Nurdin, Sp.Ok., M.KK

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin Sp,OG, M.Kes

NIP: 198409052009012011

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Definisi.....................................................................................................................6
B. Epidemiologi............................................................................................................6
C. Etiologi.....................................................................................................................7
D. Klasifikasi................................................................................................................7
E. Faktor Risiko............................................................................................................9
F. Patofisiologi...........................................................................................................13
G. Manifestasi Klinis..................................................................................................13
H. Diagnosis................................................................................................................14
I. Penatalaksanaan ....................................................................................................17
J. Pencegahan.............................................................................................................18
K. Komplikasi.............................................................................................................19
L. Prognosis................................................................................................................19
M. Integrasi Keislaman................................................................................................19
BAB III PENUTUP.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

5
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam
hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan
kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil
produksi. Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan yang
umum terjadi di dunia dan mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah LBP.1
Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu
penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang
terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah
tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan
kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis
kelamin, usia, ras, status pendidikan dan profesi. 1
Prevalensi nyeri musculoskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai sebuah
epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri punggung bawah
paling tidak sekali dalam hidupnya. Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia
berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 % dan berdasarkan
diagnosis atau gejala yaitu 24,7%.1

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan nyeri yang
dirasakan pada daerah punggung bawah di daerah diskus invertebralis lumbal
bawah L4-L5 dan L5-S, yang disertai nyeri menjalar hingga ke tumit kaki.
Kondisi ini dominan terjadi dapat dikarenakan duduk yang terlalu lama dan
posisi yang salah sehingga menyebabkan otot punggung kaku yang dapat
merusak jaringan disekitarnya.2
Nyeri yang terjadi dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke
arah tungkai dan kaki.1

B. EPIDEMIOLOGI
Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama hidupnya.
Di Negara barat misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi epidemik.
Prevalensi kejadian low back pain di dunia setiap tahunnya sangat bervariasi
dengan angka mencapai 15-45%. Menurut WHO (2013) menunjukkan bahwa
33% penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di Inggris sekitar 17,3 juta
orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari jumlah tersebut sekitar 1,1 juta
orang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh nyeri punggung. 26% orang
dewasa Amerika dilaporkan mengalami LBP setidaknya satu hari dalam durasi
tiga bulan.3
Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study (GBD 2010), dari

7
291 penyakit yang diteliti, NPB merupakan penyumbang terbesar kecacatan
global, yang diukur melalui years lived with disability (YLD), serta menduduki
peringkat yang keenam dari total beban secara keseluruhan, yang diukur dengan
the disabilityadjusted life year (DALY). Pengukuran DALY adalah metrik
standar untuk mengukur beban yang dihitung dengan menggabungkan years of
life lost (YLL) dan years lived with disability (YLD).4

C. ETIOLOGI
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada
tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain kelainan
kongenital/kelainan perkembangan terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu
regangan dan cedera whiplash, fraktur atau traumatik yaitu jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor, atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid
eksogen, herniasi diskus intervertebral, degeneratif: kompleks diskus-osteofit,
gangguan diskus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik,
gangguan sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis
reumatoid), arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun
(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma: metastasis,
hematologic, tumor tulang primer, infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral,
abses epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis, metabolik:
osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit
paget), vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral , dan lainnya
seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit
serta sindrom nyeri kronik.1

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :5

8
1. Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi
statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya
30° - 40°) dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan
sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan
menyebabkan peregangan pada ligamen dan kontraksi otot- otot yang
berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal sehingga dapat
terjadi strain atau sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung
bawah yang menimbulkan nyeri.
2. Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal
pada struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik
dan toleransi otot atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan
yang tidak mengikuti mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik,
seperti gerakan kombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama
disertai dengan beban yang berat.

Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:5


1. LBP Akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut akhir
terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba namun
dapat hilang sesaat kemudian.
2. LBP Subakut
Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu.
3. LBP Kronis
Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang berulang.

9
Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.

E. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya low back pain antara lain
faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan.1
1. Faktor Individu
a. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut
tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi
pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal
mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun.
b. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan
dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih
sering izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa
kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pada pria.
c. Indeks Massa Tubuh
Seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika

10
berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima
beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya
terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu
daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari
obesitas adalah verterbrae lumbal.
d. Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar
pula risiko untuk mengalami LBP.
e. Kebiasaan Merokok
World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian
akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun
2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan
antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya
untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada
rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.
f. Aktivitas Fisik
Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas
fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup
dan dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan
LBP. Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup,
mencegah osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakit
lainnya. Olahraga sangat menguntungkan karena risikonya minimal.
Program olahraga harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan

11
intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada otot dan
sendi.
2. Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang

diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,

sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang

menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama

periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan

yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang

besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan

menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon

dan jaringan lainnya

Posisi Kerja
b.

Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara


signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja
dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang
dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi
dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien
sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi
janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam

12
posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa
area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang
paling sering mengalami cedera.
Repetisi
c.

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang


sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue
dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan
apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot.
Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut
dilakukan dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu
yang lama. Frekuensi terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali
repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi
karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Durasi
d.

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang

yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Durasi

terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut

dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang

dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah

kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika

gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen

13
belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot
.

3. Faktor Lingkungan
a. Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang
menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja
yang memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor risiko yang
signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran dapat menyebabkan
kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya menimbulkan
rasa nyeri.
b. Kebisingan
Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi
performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan
meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa
membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

F. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang
tersusun atas banyak unit yang kaku (vertebrae), dan unit fleksibel (diskus inter-
vertebralis) yang di ikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai liga
ment, dan otot paravertebralis. Konstruksi tersebut memungkinkan fleksibilitas,
sementara sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang.6
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat
berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang.
Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
ma- salah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang akan berakibat nyeri punggung. 6

14
Sifat diskus intervertebrali adalah akan mengalami perubahan seiring
dengan pertambahan usia. Pada usia muda diskus terutama tersusun atas
vibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia, diskus akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tidak teratur. Degenerasi diskus meupakan nyeri
punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S, menderita stress
mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri menyebar sepanjang saraf
tersebut. 6

G. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari Low Back
Pain:
1. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa
perbaikan) dan keletihan.
2. Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati,skiatika) gejala ini
menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.
3. Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,kekuatan
motorik tungkai, dan persepsi sensori dapat pula terganggu.
4. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural punggung)
terjadi disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal dan kemungkinan
deformitas tulang belakang.

H. DIAGNOSIS
Anamnesis7
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali dengan
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Adanya

15
riwayat mengangkat beban yang berat dengan sikap tubuh yang salah dan
berulangkali, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak biasa. Sifat nyeri yang
tajam, menusuk dan berdenyut, seringkali bersumber dari sendi, tulang dan
ligamen. Sedangkan rasa pegal, biasanya berasal dari otot.
Nyeri yang disertai dengan penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
adanya keterlibatan radiks saraf. Sedangkan nyeri yang berpindah-pindah dan
tidak wajar, sangat mungkin merupakan nyeri psikogenik. Harus pula
diperhatikan adanya gangguan miksi dan defekasi untuk mengetahui gangguan
pada radiks saraf. Hal lain yang perlu diketahui adalah adanya demam selama
beberapa waktu terakhir untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi, misalnya
spondilitis.

Pemeriksaan Fisik Umum7


Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi
diskus.Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan
oleh spasme otot paravertebral.Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada
penderita adalah adanya keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

 Posisi Berdiri

Perhatikan cara penderita berjalan, berdiri dan sikap berdirinya. Perhatikan


bagian belakang tubuh, apakah ada deformitas, kelainan anatomik tulang
belakang, pelvis yang miring / tulang panggul yang tidak simetris, dan
adanya atrofi otot. Derajat gerakan (Range of Motion – ROM) harus
diperhatikan dan diperiksa. Palpasi dilakukan untuk mencari trigger zone,
lokasi nyeri, dan lainnya.

 Posisi Duduk

16
Harus diperhatikan cara penderita duduk, sikap duduknya, serta bagian
belakang tubuhnya.
 Posisi berbaring
Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya. Dilakukan
pengukuran panjang ekstremitas inferior.
 Ekstensi ke belakang (back extension)
Seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen
intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.
 Fleksi ke depan (forward flexion)
Secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada hernia
nucleus pulposus (HNP), karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi di atas suatu diskus protusio, sehingga meninggikan
tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
 Lokasi HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien diminta
membungkuk ke depan, ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke
suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai ipsilateral
menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
 Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, tetapi ini tidak patognomonik.
 Pemeriksaan tonus dan kekuatan otot

Pemeriksaan Fisik Khusus/Neurologis7


Pemeriksaan neurologis ini dilakukan untuk mengetahui adakah kelainan
neurologis yang berperan dalam kejadian NPB ini.

17
 Tanda rangsangan saraf Tes Laseque  (Straight Leg Raise) - Walking on
the toes - Walking on the heals – Squatting
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya
ketegangan pada saraf spinal khususnya LVatau SI. Adanya tanda Laseque
lebih menandakan adanya lesi pada LIV-V atau LV-SI daripada herniasi lain
yang lebih tinggi (LI-IV), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.
 Pemeriksaan motorik dan sensorik
Pemeriksaan motorik harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang
seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tetapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai
dengan dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam
menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
 Pemeriksaan refleks
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi
level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati
yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
LIV dan kurang dari LII dan LIII. Refleks tumit predominan dari SI. Harus
dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia
yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).

Pemeriksaan Penunjang7

Pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosis kasus NPB biasanya


tidak spesifik. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau

18
kadang- kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Pemeriksaan sinar X, magnetic
resonance imaging (MRI) atau computerized tomography scan (CT- Scan), dual
energy x-ray absorbtiometry (DEXA) atau myelography dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi. Namun, pemeriksaan ini tidak menunjukkan adanya korelasi
dengan gejala LBP pada pasien, kecuali pada kondisi tertentu seperti gangguan
pada diskus, kelainan pada tulang belakang, maupun adanya keganasan.

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan kasus LBP adalah untuk
menghilangkan nyeri, mempertahankan dan meningkatkan mobilitas,
menghambat progresivitas penyakit, dan mengurangi kecacatan. Penatalaksanaan
untuk LBP (termasuk NPB yang diakibatkan oleh HNP) yaitu: 7
 Terapi konservatif : tirah baring disertai obat analgetik dan obat pelemas
otot. Terapi non- medikamentosa berupa fisioterapi, diatermi/kompres
panas/dingin, korset lumbal maupun traksi pelvis.
 Salah satu pilar penanganan LBP adalah dengan exercise atau latihan untuk
otot perut dan punggung. Penatalaksanaan yang belum benar terbukti
memberikan hasil karena kurangnya evidence adalah exercise untuk otot
punggung, aerobic conditioning, injeksi steroid secara epidural, korset, agen
fisik dan modalitas lainnya seperti es, panas, diatermi gelombang pendek,
dan ultrasound.
 Operasi bertujuan untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Harus dilakukan terutama
jika sudah ada kelainan neurologik yang semakin memburuk misalnya
paresis otot tungkai bawah, gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual),
paresis otot tungkai bawah, dan bila terapi konservatif gagal.

J. PENCEGAHAN

19
Biasakan mengangkat barang dengan cara yang benar, jaga postur yang
benar saat duduk, berdiri dan tidur, olahraga secara rutin (lakukan pergerakan
otot sebelumnya), hindari merokok, jaga berat badan yang sehat, kurangi stress
emosional.8
Langkah pencegahan Low Back Pain yang perlu dilakukan yaitu:8
1. Ubahlah posisi secara berkala apabila anda harus duduk, berdiri atau mem-
bungkuk terlalu lama. Bangun dan lakukan gerakan seperti memutar leher
pelan-pelan atau membungkuk ke depan dan ke belakang.
2. Apabila harus berdiri lama, naikkan satu kaki pada bangku rendah.
3. Biasakan selalu dalam posisi tubuh yang baik.
4. Pastikan bahwa tinggi meja untuk bekerja nyaman dan sesuai keadaan anda.
5. Pilihlah kursi dengan sandaran punggung yang baik.
6. Istirahatlah dengan berbaring untuk menyembuhkan otot yang cedera.
Dengan menggunakan kasur yang keras untuk menopang punggung.
7. Usahakan untuk tidak tidur dalam posisi telungkup.
8. Bila mengangkat barang dengan posisi jongkok, usahakan agar punggung
selalu dalam keadaan lurus.

K. KOMPLIKASI
Nyeri punggung bawah kronis sudah merupakan salah satu komplikasi dari
berbagai etiologi. Berbagai etiologi ini juga memiliki komplikasi lain. Contoh:
bila penyebab nyeri adalah fraktur di sendi sakroiliak, dapat berlanjut ke fraktur
komplit di panggul. Terdapat juga beberapa komplikasi akibat tata laksana nyeri
punggung bawah kronis. Penggunaan obat-obatan seperti opioid dapat
menyebabkan kecanduan. NSAIDs dapat menyebabkan gangguan saluran cerna.
Prosedur intervensi seperti injeksi anastesi atau kortikosteroid dapat
menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah, insomnia, nyeri kepala, gangguan
elektrolit.9

20
L. PROGNOSIS
Sekitar 90% NPB akut adalah benigna, sembuh spontan dalam 4-6 minggu
tetapi cenderung berulang. NPB dengan sindrom radikular sembuh spontan
dalam 2 minggu, sebagian kecil dalam 6-12 minggu, dan yang membutuhkan
tindakan bedah hanya 1-2%.9

M. INTEGRASI KEISLAMAN
Semua penyakit pada dasarnya dapat dicegah dan dapat diobati walaupun
terkadang faktor penyebabnya tidak bisa kita kendalikan.
Dalam Q.S. An-Nabiya (21) ayat 83 Allah SWT telah berfirman bahwasanya

Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: ‘(Ya


Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang
Maha-penyayang di antara semua penyayang.”

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(Q.S. Al-Baqarah: 195)

Ayat di atas bermakna bahwa jangan tidak menafkahkan harta kalian di


jalan Allah karena, jika demikian, kalian menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan.
Betapa tidak, harta yang berada di tangan, tanpa dinafkahkan di jalan Allah,

21
maka bukan saja akan habis tetapi juga membinasakan pemiliknya. Berhubungan
dengan kasus di atas, orang yang merokok menghamburkan hartan- ya dengan
sia-sia, bahkan mereka rela membeli rokok padahal ada kebutuhan yang lebih
penting dan bermanfaat. Selain itu, para ahli kesehatan telah sepakat bahwa
merokok membahayakan kesehatan (membawa kebinasaan).10

BAB III

KESIMPULAN

Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal, nyeri radikuler, maupun keduanya. LBP
merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung merupakan kelainan
dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi
medik. Diagnosis klinis LBP meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis, serta pemeriksaan penunjang. Kejadian timbulnya LBP pada pekerja erat
hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu diperlukan tindakan
yang tepat untuk pencegahan yang meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Tujuan akhir dari program pencegahan ini meliputi penurunan insidens dan
prevalensi LBP, penurunan angka disabilitas dan perbaikan fungsi, menjaga pekerja

22
tetap dapat bekerja sehingga meningkatkan produktivitas, dan mengurangi dampak
sosioekonomi dari kejadian timbulnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andini, F. (2015) ‘Risk Factors of Low Back Pain in Workers’, Workers J


MAJORITY, 4, p. 12.
2. Simanjuntak, E. Y. B., Silitonga, E. and Aryani, N. Latihan Fisik dalam
Upaya Pencegahan Low Back Pain (LBP), Jurnal Abdidas, 1(3), pp. 119–124.
2020.
3. Kunci, K. ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengana Keluhan Low Back
Pain ( LBP ) Pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Di Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan, Vol 7 No. 2. 2018.
4. Patrianingrum, M., Oktaliansah, E. and Surahman, E. Prevalensi dan Faktor
Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah

23
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(1), pp. 47–
56. 2015.

5. Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, Et Al.


Health Care Guideline Adult Acute And Subacute Low Back Pain. Inst Clin
Syst Improv. 2012;15(November).

6. Lukman dan Nurma Ningsih. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika, 2012.
7. Susanty, D. W. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari
Sudut Pandang Okupasi, Journal Kedokteran Meditek, 20(54), pp. 20–27.
2014.
8. S, Adellia. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta:
Brilliant Books, 2011.
9. Carragee, E. J. and Hannibal, M. Diagnostic evaluation of low back pain,
Orthopedic Clinics of North America, 35(1), pp. 7–16. 2004.
10. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran
Vol. 5 Jakarta: Lentera Hati. 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai