Anda di halaman 1dari 14

NILAI DAN KEGUNAAN ILMU

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Magister (S2) Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana IAIN Bone

Oleh
MAEMUNA
86108202022

PASCA SARJANA PRODI PAI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

ِ ‫ِبس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحيْم‬
‫ف االَ ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِين َسيّ ِدنَ محمد َو َعلَى‬ َّ ‫ْال َح ْم ُد هلل رّبِّ ْال َعلَ ِميْن َوال‬
ِ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى اَ ْش َر‬
‫اَلِ ِه َوصْ َحبِ ِه أَجْ َم ِعيْن‬.

Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan
mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai dan Kegunaan Ilmu”.

Shalawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai


sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman penuh
ilmu ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan dan
seorang pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah


Filsafat Ilmu. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami banyak
hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis
juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah
ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga.

Watampone, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Nilai dalam Filsafat 3
B. Konsep Nilai dalam kajian filsafat 3
C. Kegunaan Ilmu 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
Daftar Pustaka 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena

dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara

cepat dan mudah. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu

manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.1

Mengingat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan

hidup manusia, maka filosuf terdahulu telah berupaya membangun pola pikir

yang logis dan sistematis berkenaan dengan kajian terhadap ilmu

pengetahuan.2 Dan juga Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu

pengetahuan secara sungguh-sungguh, serta Allah mengangkat derajat orang

yang berilmu. Sebagaimana firman Allah surah Al-mujadalah ayat 11 yang

artinya “Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan kederajat yang tinggi”.

Kata mutiara yang disampaikan Einstein bahwa ilmu tanpa agama

adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh, memiliki makna yang

teramat mendalam bila kita renungkan dan pahami. Tanpa dilandasi dengan

agama, ilmu akan digunakan manusia untuk berbagai macam kepentingan

baik yang bersifat merusak ataupun untuk membangun dan meningkatkan

kesejahteraan kehidupan manusia. Ilmu itu sendiri bersifat netral,ilmu tidak

Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
1

h. 150.
Juhari, Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan dalam
2

Konteks Ilmu Dakwah), Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 3, Januari 2019, h. 96.

1
2

mengenal sifat baik dan buruk. Manusialah sebagai pemilik ilmu pengetahuan

harus mempunyai sikap. Untuk apa sebenarnya ilmu itu akan digunakan

manusia.3

Pembeda manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia

memiliki akal. Dengan akal itu kemudian manusia memiliki kecenderungan

untuk berfikir, dengan akal tersebut diperuntukkan untuk mencari ilmu serta

untuk apa ilmu itu digunakan. Ilmu yang diperoleh bukan hanya menjadi

komsumsi pribadi, tetapi bagaimana ilmu juga dapat bermanfaat bagi

lingkungan sekitar. Berdasarkan pemaparan diatas, akan dibahas tentang nilai

dan kegunaan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Makna nilai dalam filsafat ?

2. Bagaimana Konsep nilai dalam kajian filsafat ?

3. Bagiamana Kegunaaan ilmu ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk memaparkan tentang makna nilai dalam filsafat.

2. Untuk menjelaskan konsep nilai dalam kajian filsafat.

3. Untuk memaparkan kegunaan ilmu pengetahuan.

3
Totok Wahyu Abadi, Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika, Vol. 4, No. 2, tahun
2016, h. 189.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Nilai dalam Filsafat

Nilai dan kegunaan Ilmu dalam Filsafat dikenal dengan istilah

Aksiologi. Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “Axios”

berarti nilai, dan “Logos” yang berarti ilmu atau teori. Jadi Aksiologi artinya

teori tentang nilai.4 Sedangkan menurut, Jujun S. Suriasumantri Aksiologi

adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang

diperoleh.5

Memperbincangkan Aksiologi tentu membahas dan membedah

masalah nilai. Menurut Bertens seperti dikutip Totok Wahyu, menjelaskan

nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi seseorang, sesuatu yang

menyenangkan, sesuatu yang disukai dan menarik bagi seseorang.6 Aksiologi

merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya

disekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan.

B. Konsep tentang Nilai dalam Filsafat

Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan etika, estetika. Etika akan

berbicara mengenai nilai kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak

pantas, antara yang baik dan tidak baik. Adapun estetika akan mengupas

tentang nilai keindahan atau kejelekan. Estetika biasanya erat kaitannya

dengankaryaseni.

Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
4

h.164
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Yayasan
Obor, 2016), h. 54.
Totok Wahyu Abadi, Aksiologi: Antara Etika, Moral..., h. 191.
6

3
4

Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai etika dan

estetika, sebagaimana berikut:

1) Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “ethos” yang

berarti watak tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari

bahasa latin yakni jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.

Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak. Objek

material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, perbuatan

yang dilakukan secara sadar. Sedangkan objek formalnya adalah

kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah

laku tersebut.7

Ada yang mendefinisikan etika dan moral sebagai teori

mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk. Fungsi etika itu

ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia

(baik dan buruk) akan tetapi dalam praktiknya etika banyak sekali

mendapatkan kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk

tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidak terlepas dari

alam masing-masing.8

Nilai etika hanya diperuntukkan pada manusia saja, selain

manusia (binatang, benda, alam) tidak mengandung nilai etika, karena

itu tidak mungkin dihukum baik atau buruk, salah atau benar.

Contohnya dikatakan dia mencuri, mencuri itu nilai etikanya jahat. Dan

orang yang melakukan itu dihukum bersalah. Tetapi kalau kucing yang

mengambil ikan dalam lemari, tanpa izin tidak dihukum bersalah. Yang

7
Totok Wahyu Abadi, Aksiologi: Antara Etika, Moral..., h. 189.
8
Totok Wahyu Abadi, Aksiologi: Antara Etika, Moral..., h. 193.
5

bersalah adalah kita yang tidak hati-hati, tidak menutup atau mengunci

pintu lemari.9

2) Estetika

Estetika berasal dari kata Yunani yaitu aistheika berarti hal yang

dapat diserap dengan indera atau serapan indera. Estetika berkaitan

dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia

terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Estetika membahas

tentang indah atau tidaknya sesuatu.10

Syarat estetika tidak hanya terbatas pada lingkungannya,

disamping juga terikat dengan ukuran-ukuran etika. Etika menuntut

supaya yang bagus itu baik. Contoh, lukisan porno dapat mengandung

nilai estetika, tetapi akal sehat menolaknya, karena tidak etika. Kadang

orang mementingkan nilai panca-indra, dan mengabaikan nilai ruhani.

Orang hanya mencari nilai nikmat tanpa mempersoalkan apakah ia baik

atau buruk. Nilai estetika tanpa diikat oleh ukuran etika dapat berakibat

mudharat kepada estetika, dan dapat merusak.11

Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan sangat

bergantung pada perasaan dan intelektualitas yang hasilnya akan mengarah

pada perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Nilai akan

subjektif bila subjek sangat berperan dalam segala hal. Misalnya, seseorang

sedang melihat matahari terbenam di sore hari, akibat yang dimunculkannya

rasa senang karena melihat betapa indahnya matahari itu terbenam.

Sementara nilai objektif, tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang

Bahrum, Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, Vol. 8, No. 2, tahun 2013, h. 40.
9

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Yayasan


10

Obor, 2016), h. 54.


11
Bahrum, Ontologi, Epistemologi..., h. 42.
6

menilai. Seorang ilmuwan diharapkan tidak mempunyai kecenderungan

memiliki nilai subjektif, tetapi lebih pada nilai objektif, sebab nilai ini tidak

semata-mata bergantung pada pendapat individu, tetapi lebih pada

objektivitas fakta.

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tidak dapat dibantah lagi bahwa

ilmu itu sangat bermanfaat bagi umat manusia. Dengan ilmu seseorang dapat

mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon,

seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan

adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru

malapetaka bagi umat manusia. Kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan

oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu

karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai

kebahagiaan hidupnya. Lagi pula, ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak

mengenal baik ataupun buruk melainkan bergantung pada pemilik dalam

menggunakannya.12

C. Kegunaan Ilmu

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu

agama, tidak dapat dibantahkan lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat

bagi seluruh umat manusia. Untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu

pengetahuan ataupun untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat

memulainya dengan melihat filsafat sebagai hal, yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori yang digunakan untuk memahami dan

mereaksikan dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membantu

dunia atau hendak ikut membantu suatu ide yang membentuk suatu

dunia, atau hendak menentang suatu kebudayaan, sistem ekonomi, atau

Jujun S. Suriasumantris, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Yayasan


12

Obor, 2016), h. 97.


7

sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah

kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Dalam hal ini, semua teori ajarannya

diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan.13

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup

ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan pintu, setiap

keluar dari pintu itu kaki kita tersandung maka dapat diasumsikan bahwa

batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah itu

dapat diseleaikan.

Kajian tentang kebermanfaatan atau kegunaan ilmu pengetahuan dapat

dilihat dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pada dasarnya, suatu ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat

memberikan/mendatangkan kesejahteraan, kemaslahatan dan

kemudahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan itu, dalam

ajaran Islam disebutkan setiap upaya membangun kerangka keilmuan,

maka unsur kebermanfaatannya harus menjadi proritas utama. Dalam

sebuag hadis yang bersumber dari Abu Hurairah disebutkan bahwa

“ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah segala

amalannya, kecuali 3 (tiga) hal, yaitu sedekah yang pernah ia

dermakan, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang

mendoakannya”. 14

b. Ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan informasi tentang

kebenaran. Baik kebenaran indrawi, kebenaran ilmiah, maupun

kebenaran agama. Kebenaran indrawi adalah kebenaran yang didasari

13
Maria Sanprayogi dan Toriqul Chaer, Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan
Keilmuan, Vol. 4, No. 1 Juli 2017 ISSN 2406-775X, h. 118.
14
Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 152.
8

pada hasil pengamatan indrawi, seperti hasil observasi terhadap

fenomena yang muncul. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang

diperoleh dengan kemampuan seseorang menangkap berbagai

fenomena dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan kebenaran

agama adalah kebenaran yang didapati dari proses pemahaman terhadap

berbagai fenomena dari hasil perenungan akal dan bimbingan wahyu.

Dengan demikian dua kebenaran yang indrawi dan ilmiah bersifat

relatif, sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak.

c. Ilmu disebut bermanfaat manakala ia dapat membimbing manusia

menjadi orang yang lebih baik dan mengenal keagungan Allah serta

menyadari eksistensinya yang lemah dan terbatas. Karena itu, ketika

membahas ilmu pengetahuan, Islam selalu menghubungkan dengan tiga

pilar utama yaitu Iman, Ilmu, dan Amal. Beriman saja tidak cukup,

orang yang berilmu tapi tak beriman terkadang tidak memberikan

perlindungan terhadap sesama, melainkan menghancurkan. Begitu juga

dengan ilmu yang tidak diamalkan maka ilmu itu dipastikan tidak

memiliki nilai manfaat. Untuk itu, agar ilmu bernilai manfaat maka ia

harus diiringi oleh iman dan Amal.15

Ilmu merupakan kunci utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari,

secara sadar atau tidak sadar semua hal yag kita lakukan sehari-hari tidak

pernah terlepas dari ilmu. Dalam melakukan tindakan atau perbuatan kita

selalu membutuhkan pemahaman dalam melaksanakannya. Dengan ilmu,

seseorang mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi dirinya

sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan tidak hanya dirasakan secara

15
Juhari, Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan dalam
Konteks Ilmu Dakwah), Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 3, Januari 2019, h. 96.
9

perorangan saja, ilmu juga mampu memberi dampak positif berupa manfaat

yang besar bagi lingkungan sekitar kita bahkan masyarakat luas.

Contoh, diangkat dari kisah seorang ilmuwan besar Muslim bernama

Muhammad bin Musa Al-khawarismi terkait penemuannya dalam bidang

matematika, beliau adalah orang yang pertama menjelaskan kegunaan angka

Nol. Penemuan angka Nol adalah perkembangan matematika yang sangat

signifikan. Dimana penemuannya tersebut kini menjadi sangat penting bagi

peradaban dari setiap aspek bagi kehidupan manusia.


BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Nilai dan kegunaan Ilmu dalam Filsafat dikenal dengan istilah Aksiologi.

Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “Axios” berarti

nilai, dan “Logos” yang berarti ilmu atau teori. Jadi Aksiologi artinya

teori tentang nilai.

2. Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan etika, estetika. Etika akan

berbicara mengenai nilai kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak

pantas, antara yang baik dan tidak baik. Adapun estetika akan mengupas

tentang nilai keindahan atau kejelekan. Estetika biasanya erat kaitannya

dengan karya seni.

3. Kajian tentang kebermanfaatan atau kegunaan ilmu pengetahuan dapat

dilihat dengan kriteria sebagai berikut: Pada dasarnya, suatu ilmu

dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan/mendatangkan

kesejahteraan, kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia;

Ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan informasi tentang

kebenaran; Ilmu disebut bermanfaat manakala ia dapat membimbing

manusia menjadi orang yang lebih baik.

B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu diharapkan

kritik dan saran bagi rekan-rekan pembaca dan semoga dengan adanya

makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang nilai dan kegunaan

ilmu, pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca, terkhusus bagi penulis

sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Totok Wahyu. “Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika”. Vol. 4 No.
2, tahun 2016.
Bahrum. “Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi”. Vol. 8. No. 2. tahun 2013.
Biyanto. Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman. Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015.
Juhari. “Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan
dalam Konteks Ilmu Dakwah)”. Jurnal Manajemen dan Administrasi
Islam. Vol. 3, Januari 2019.
Maria Sanprayogi dan Toriqul Chaer. “Aksiologi Filsafat Ilmu dalam
Pengembangan Keilmuan”. Vol. 4, No. 1 Juli 2017 ISSN 2406-775X.
Surajiyo. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Yayasan Obor, 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai