Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perairan Indonesia sebagai wilayah habitat serta jalan yang dilewati penyu untuk
bermigrasi, enam dari tujuh penyu di dunia memiliki habitat di Indonesia, penyu lekang,
penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik, penyu pipih dan penyu tempayan. Sedangkan
penyu kempi hanya ditemukan di perairan Laut Florida dan Laut Meksiko. Penyu telah
mengalami penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini bahkan beberapa
spesies terancam punah. Di alam penyu-penyu yang baru menetas menghadapi ancaman
kematian dari hewan-hewan seperti kepiting, burung, dan reptilia lainnya seperti biawak.
Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia,
adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat
penyu untuk bersarang.
Penangkapan penyu untuk diambil telur, daging, kulit, dan cangkangnya telah
membuat populasi penyu berkurang. Kebanyakan orang mengambil kulit penyu untuk
dijadikan pengrajin hiasan dapat membuatnya menjadi gelang,bros,cincin, penjepit
rambut, dan sendok nasi. Pemanfaatan penyu secara terus menerus oleh penduduk
ternyata telah menyebabkan penurunan jumlah penyu yang bertelur di pantai-pantai
Indonesia. Pertumbuhan danreproduksi individu juga me ndorong demografi populasi,
yang padaakhirnya mengatur tren dan persistensi populasi.
Berdasarkan permasalahan populasi penyu yang nyaris punah, maka diperlukan
tempat konservasi yang dapat menjaga dan mengembangbiakkan penyu yaitu dengan
merancangan tempat penangkaran penyu yang dapat menjaga keberlangsungan hidup
penyu dan keturunanya serta dapat mengedukasi masyarakat dan memberdayakan
masyarakat untuk dapat turun bersama-sama dalam menjaga dan melestarikan keberadaan
penyu.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Memahami biologi, ekologi dan habitat Penyu sebagai dasar dilakukan penangkaran
terhadapnya.
2. Mendesain hatchery untuk melakukan penangkaran pada Penyu
3. Mendesain usaha pembesaran Penyu.
1.3. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami biologi, ekologi dan habitat Penyu sebagai dasar
dilakukan penangkaran terhadapnya.
2. Mahasiswa mampu endesain hatchery untuk melakukan penangkaran pada Penyu
3. Mahasiswa mampu mendesain usaha pembesaran Penyu.

2.9. Risiko Pengambilan telur


Penyu merupakan satwa langka yang bukan hanya milik negara tertentu saja, akan
tetapi menjadi milik dunia sehingga semua bangsa di dunia berkepentingan untuk menjaga
kelestariannya. Berbagai upaya telah dan akan dilakukan guna menyelamatkan hewan yang
kini mulai langka itu oleh intansi yang berwenang, diantaranya mengajak masyarakat yang
berada di sekitar habitatnya untuk ikut menjaga dan mengurangi pengembilan telur-telurnya.
Masyakarat akan sulit dilarang untuk pengambilan telur penyu karena hal itu merupakan
salah satu sumber mata pencaharianmasyarakat. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa
presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah
dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan saat kembali kelaut
untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan,
Coenobita sp.), burung dan tikus.Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar
yang ada di lingkungan perairan pantai (Juliono dan Ridhwan, 2017).

Terdapat beberapa faktor alam yang dapat mengancam telur penyu adalah
pemungutan telur dilokasi peneluran dan pemangsaan predator seperti biawak, babi hutan,
elang, ikan besar pada tingkat telur hingga anakan (tukik) Hanya 1 s/d 3% anakan yang
mampu mencapai tingkat dewasa. Ancaman lainnya dihabitat alami peneluran penyu adalah
pemangsa alami. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya
sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya
sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenang bebas untuk
tumbuh. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini
secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah dengan adanya beberapa predator-
predator lain saat mulai menetas dan saat kembali kelaut untuk berenang. Predator alami di
daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), burung dan tikus. Dilaut,
predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berupaya di lingkungan perairan
pantai (Dharmadi dan Wiadnyana, 2017).

Juliono, J., & Ridhwan, M. (2017). Penyu dan usaha pelestariannya. Serambi Saintia: Jurnal
Sains dan Aplikasi, 5(1).
Dharmadi, D., & Wiadnyana, N. N. (2017). Kondisi habitat dan kaitannya dengan jumlah
penyu hijau (Chelonia mydas) yang bersarang di Pulau Derawan, Berau-Kalimantan Timur.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 14(2), 195-204.

Anda mungkin juga menyukai