Anda di halaman 1dari 3

ISI

Menurut Lesmana dan Wahyudin (2016), morfologi spesies kima dapat


ditentukan dari bentuk bagian luar cangkangnya. Perbedaan atau kesamaan bentuk
cangkang dapat dijadikan indikator identifikasi sampai tngkat spesies. Kima memiliki
cangkang yang terdiri dari 2 tangkup simetris yang terbuat dari zat kapur (CaCO3).
Zat kapur ini tersusun dari 3 bentuk kristal, yaitu aragonit, kalsit, dan vaerit.
Permukaan cangkang bagian luar membentuk lekukan dan tonjolan yang tersusun
dengan rapi yang mirip kipas. Bagian yang menonjol terdapat lipatan berupa
lempengan yang tersusun rapi. Bagian engsel (hinge) merupakan bagian perut
(ventral), sedangkan bagian tepi yang mengarah ke atas merupakan bagian punggung.
Bagian perut terdapat lubang tempat keluarnya alat perekat yang disebut byssal
orifice. Anggota dari famili ini terdiri atas dua genera, yaitu Tridacna dan Hippopus.
Biota laut ini cukup rentan terhadap perubahan lingkungan dan memilih habitat
dengan kondisi air yang jernih. Distribusi geografisnya terbentang dari perairan
Pasifik bagian tenggara menuju ke Afrika bagian timur dan meluas ke utara masuk ke
wilayah Laut Merah.

Menurut Rizkifar et al. (2019), kondisi terumbu karang berpengaruh terhadap


keberadaan kima di suatu wilayah perairan. Kima berperan penting dalam
membersihkan air laut dari populasi mikroorganisme yang berlebihan sehingga
keseimbangan ekosistem lebih terjaga. Penyebaran kima di alam hidup pada semua
perairan berterumbu karang, namun untuk setiap spesies mempunyai prefrensi
habitatnya. Kondisi substrat memiliki peran yang sangat penting dan memberikan
pengaruh terhadap kelangsungan hidup kima.

Menurut Lesmana dan Wahyudin (2016), Kondisi perairan yang disenangi kima
yaitu perairan yang jernih dengan salinitas yang tinggi, substrat yang cukup aman
untuk menempelkan diri. Kedalaman perairan biasanya pada kedalaman 0,5-25 meter.
Kelompok-kelompok kerang kima sangat dipengaruhi oleh substrat tempat hidup dan
suplai cahaya. Secara umum kima merupakan kelompok hewan tidak bertulang
belakang (invertebrata) dan bentuknya mudah untuk dikenali. Hewan ini merupakan
salah satu organisms laut yang hidup di ekosistem karang. Beberapa jenis kima hidup
menempel pada. karang. Kima cenderung hidup menetap (tidak berpindah tempat)
pada substrat dan ditemukan pada perairan dangkal sampai pada kedalaman 20 meter,
terutama pada ekosistem terumbu karang dengan kondisi air yang jernih, serta
perairan yang cerah. Perairan yang cerah dan jernih merupakan faktor utama dari
habitat yang sesuai untuk Kima, karena sedikit saja terdapat sedimentasi yang
menyebabkan kekeruhan, maka dapat memengaruhi pertumbuhan Kima, sampai
batas tertentu yang melewati batas toleransi maka kima akan mati, hanya
cangkangnya yang tertinggal. Selain itu, kecerahan juga berpengaruh terhadap
zooxanthella yang bersimbiosis dengan kima. Berikut tabel parameter lingkungan
yang sesuai untuk pertumbuhan kima.
Menurut Iriansyah et al. (2020), habitat kima secara vertikal sesuai dengan
kedalaman terumbu karang. Populasi kima bergantung pada kondisi habitat kima.
Secara biologis kima memiliki ciri yaitu seperti Cangkangnya memiliki celah byssus
tanpa gigi-gigi pengunci. Apabila dibentangkan sepenuhnya, mantelnya mencuat
secara lateral melewati Ujung cangkangnya. Jenis kima yang terbesar ukurannya,
yaitu T. gigas dapat mencapai ukuran lebih dari satu meter dan bobotnya sekitar 200
kg.Jenis kima lain yang berukuran besar adalah T. derasa yang panjangnya 60 cm.
Ukuran jenis-jenis lain, seperti T squamosa dan T maxima berisar 35-40 cm. Di
antara ke-5 jenis Tridacna yang terkeeil ukurannya adalah T. crocea. Ukuran ter
panjang dari jenis kima tersebut selitar 15 cm.

Menurut Triandiza dan Kusnadi (2013), alur pembudidayaan kima dijalankan


dari pembenihan hingga ukuran siap tebar, induk kima didapatkan dari hasil
tangkapan nelayan dan penyelaman pada wilayah terumbu karang. Induk kima yang
dipilih mempunyai ukuran diameter 23-40 cm termasuk dalam pemenuhan kriteria
kematangan gonad. Perawatan induk kima dijalankan di alam yaitu lingkungan
perairan terkontrol dengan dengan ciri lingkungan perairan yang mempunyai substrat
pecahan karang. Ini ditujukan guna mencegah adanya sedimentasi oleh akibat arus
dan musim yang menimbulkan bleaching pada mantel kima. Teknik pemijahan
dilaksanakan dengan metode perubahan suhu untuk rangsangan keluarnya gonad dari
induk kima. Induk-induk setelah dibersihkan ditempatkan pada udara terbuka untuk
dijemur dengan suhu udara 31-33°C selama 20 menit sampai 2 jam. Setiap 10-30
menit cangkang kima dibalik. Perangsangan juga dapat dilaksanakan dengan kejut
suhu.
Apabila induk sudah memijah atau mengeluarkan sperma dan telur, lalu
sekitar
15-30 menit dilaksakan pengenceran telur guna menjaga kepadatan agar tidak terlalu
tinggi. Hal itu juga untuk membersihkan sisa-sisa sperma karena sperma mempunyai
kandungan protein tinggi sehingga mudah mengalami pembusukan. Pengenceran
dilaksakan secara penyaringan air hasil pemijahan dengan saringan
bermata jaring 63 μm guna memperoleh telur yang telah dibuahi. Telur yang
didapatkan saat pemijahan dimanfaatkan sebagai objek pengamatan hingga
berkembang menjadi benih kima berumur 17 minggu. Metode yang dilakukan yaitu
pengamatan pada gerombolan telur yang diperoleh dengan acak, lalu ditempatkan
pada preparat cekung guna diamati secara mikroskopis. Pengamatan dilaksanakan
dengan mikroskop perbesaran 10 kali dan 40 kali.

Daftar Pustaka
Rizkifar, M. A., Y. N. Ihsan, H. Hamdani, dan Sunarto. 2019. Kepadatan Dan
Preferensi Habitat Kima (Tridacnidae) Di Perairan Pulau Semak Daun Provinsi
Dki Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan., 1(1) : 74-83.
Iriansyah, R. F. Tapilatu, dan Hendri. 2020. Kelimpahan, Pola Distribusi, dan
Kondisi Habitat Kima (Family : Tridacnae). Musamus Fisheries and Marine
Journal., 3(2) : 95-106.
Lesmana, D. dan Y. Wahyudin. 2016. Pemanfaatan Kima Secara Berkelanjutan.
Jurnal Mina Sains., 2(1) : 1-14.
Triandiza, T. dan Kusnadi, A. 2013. Teknik Pemijahan Buatan dan Pemeliharaan
Larva Kima (Tridacna squamosa Lamarck) di Laboratorium. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 39 (1): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai