Haliotis Corrugata
1. Morfologi
Abalon merah muda dengan nama ilmiah Haliotis Corrugata adalah
spesies siput laut besar yang dapat dimakan. Cangkangnya tebal dan memiliki
ciri kerutan yang kuat serta lebih melingkar dibandingkan abalon Amerika
lainnya. Dua hingga empat lubang pernafasan terbuka mempunyai tepi yang
sangat tinggi di atas permukaan cangkang. Lubang-lubang ini secara kolektif
membentuk selenizone, yang terbentuk seiring pertumbuhan
cangkang. Epipodium adalah “kerutan” jaringan di sepanjang sisi kaki. Kepala
dan tentakel epipodial berwarna hitam, tetapi pinggiran epipodial berbintik-
bintik hitam dan putih, dengan banyak tuberkel di permukaan dan tepi berenda.
Cangkang besar berbentuk sublingkaran atau pendek, lonjong, sangat
cembung, seperti setengah bola. Seluruh permukaannya bergelombang dengan
kerutan nodular. Tiga perforasi terbuka meninggi dan berbentuk tabung.
Permukaan bagian dalam berwarna gelap, warna-warni yang sangat cemerlang.
Otot yang kasar bekas lukanya berbeda. Bentuknya lebih membulat dari
biasanya, berbentuk lonjong sangat pendek. Punggungnya sangat cembung.
Epidermis yang kuat berwarna kusam, coklat zaitun dengan sela-sela kehijauan
yang biasanya lebar dan miring. Patung dimulai dengan tali spiral
atau lira yang padat . tetapi pada sebagian besar tubuh lingkaran ini menjadi
simpul-simpul dengan interval yang pendek, atau dilintasi oleh gelombang-
gelombang yang memancar secara miring. Bentuknya menyudut pada deretan
lubang-lubang. Di bawahnya terdapat saluran atau alur spiral yang berbeda,
yang di bawahnya dibatasi oleh saluran atau alur spiral yang lebih jelas. atau
deretan bintil-bintil yang kurang jelas. Dan di antara ini dan tepi kolumela,
terdapat bergelombang miring. Lipatan-lipatan bergerigi di bagian bawah tepi
kolumela.
Puncak menara tidak menonjol di atas garis besar cangkang. Permukaan
bagian dalam berwarna gelap, berwarna-warni, dengan warna dominan
merah. Kesan ototnya besar, berbeda, seluruh bagiannya kasar, dan seperti
karya mosaik halus dalam warnanya yang cemerlang. Pelat kolom datar atau
cekung mempunyai kemiringan yang kuat ke dalam, dan sama sekali tidak
terpotong pada bagian dasarnya.
3. Cara Hidup
Abalon jenis haliotis dapat hidup di perairan yang bersuhu tinggi 30
derajat celcius dan dapat hidup pada pH antara 7-8, salinitas 31-32 ppt, H2S
dan NH3 kurang dari 1 ppm serta oksigen terlarut lebih dari 3 ppm. Abalon
menyukai daerah bebatuan di pesisir pantai, terutama pada daerah yang banyak
ditemukan alga. Abalon dapat hidup di perairan yang salinitasnya tinggi dan
suhu yang rendah.
Pembuahan abalin terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Setelah
telur dibuahi dan menetas menjadi larva yang bersifat planktonis, kemudian
tahap selanjutnya larva akan memakan plankton hingga terbentuk cangkang.
Ketika cangkang sudah mulai terbentuk, juvenil abalon akan menuju ke dasar
perairan dan melekatkan diri pada batu menggunakan kaki ototnya. Setelah itu,
abalon berubah menjadi pemakan makroalga.
4. Penyebaran di laut
Abalon muda yang berumur 1 sampai 2 tahun banyak ditemui di perairan
yang berarus sedang dengan kedalaman 0,5-1 m dan pada karang serta
bebatuan. Abalon terdapat di perairan pantai berkarang di laut terbuka mulai
dari tepi perairan pantai yang dayngkal kedalaman 20m.
Abalon menggunakan kakinya untuk berjalan dan merayap pada
permukaan karang atau bebatuan yang permukaannya kasar, sehingga spesies
ini lebih banyak ditemukan dibalik karang ataupun bebatuan yang
permukaannya kasar serta gelap.Daerah penyebaran di pantai Indonesia antara
lain di Nusa Tenggara Barat (Lombok Tengah Selatan), Ambon, Madura, dan
Bajo (Sulawesi Selatan).
Di Australia hanya sedikit Haliotis yang ditandai dan ditangkap kembali
lebih dari 10 m dari posisi awalnya setelah 4 bulan, dan 47% H. midae yang
ditandai dan ditangkap kembali di Afrika Selatan tetap berada di lokasi kecil
setelah 3 tahun, dengan 81,5% individu berada pada posisi yang persis sama.
Sebaliknya, H. rufescens yang ditandai di pantai utara California berpindah 1
hingga 6 m per hari dan jarak linier terkecil hingga 150 m per bulan, dan tidak
kembali ke lokasi sebelumnya. Tingkat pergerakan abalon lebih tinggi di
perairan dangkal, lingkungan yang lebih aktif secara hidrodinamik
8. Kandungan gizi
Rumput laut merupakan salah satu pakan abalon selama budidaya
sehingga abalon termasuk dalam golongan hewan herbivora. E. Cottonii dan
Gracilaria sp. Adalah rumput laut yang umum diverikan sebagai pakan abalon.
Pemilihan jenis E. Cottonii digunakan sebagai pakai abalon karena memiliki
keunggulan dari pada jenis alga lain karena mengandung protein 3,05%,
mengandung lemak 3,24%, kandungan air yaitu 46,29%, dan kandungan abu
mencapau 4,86%. Jenis rumput laut Gracularia sp. Juga memiliki keunggulan
sehingga dijadikan pakan abalon karena memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi mencapai 42,59%, kandungan protein 9,28%, kandungan lemak 1,49 %,
kandungan air 2,14%, dan mengandung kadar abu 52,23%.
Selain itu Gracilaria sp. Merupakan rumput laut yang memiliki toleransi
yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan serta
keberadaanya dapat ditemui sepanjang tahun di perairan Indonesia.
Nasution, S. Dan R. Machrizal. 2009. Pengaruh kejutan suhu terhadap masa inkubasi dan
derajat penetasan telur abalone (Haliotis asinina). Berkala Perikanan Terubuk
37(1):58-67.
Rusdi, I,: A. Hanafi. B. Susanto. dan M. Marzuqi 2010. Peningkatan Sintasan Benih Abalon
Haliotis Squamata di Hatchery melalui Optimalisasi Pakan dan Lingkungan.
Laporan Akhir Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Fallu, R. 1991. Abalon Farming. Set by setrite typesetter limited Printed and Bound in
Great Britain by Harnolls, Bodmin. Conwail.
Priyambodo, B., Sofyan, Y., & Jaya, I.S. 2005. Produksi Benih Kerang Abalon (Haliotis
asinina) di Loka Budidaya Laut Lombok. Seminar Nasional Tahunan Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan. Perikanan dan Kelautan UGM, Yogyakarta.
Hlm.144-148
Anonim. 2008. Teknik Budidaya Abalon.
http://blogspot.com/2008/09/teknikbudidayaabalonehaliotis.html.
Ghufran,M., 2010. Budidaya Abalon : Pada Fase Larva. Akademia. Jakarta.
Rohmimohtarto. 1998. Plankton Larva Hewan Laut. Yayasan Laut Biru. Jakarta.
Susanto B, Rusdi I, Rahmawati R, Giri INA, Sutamat T. 2010. Aplikasi Tekonologi
Pembesaran Abalon (Haliotis Squamata) Dalam Menunjang Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir. Aplikasi Teknologi Pembesaran Abalon : 11 hal.
Yudiastuti K. 2016. Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria Sp Melalui
Budidaya Imta (Integrated Multi Trophic Aquaculture) Di Pantai Geger, Nusa
Dua, Kabupaten Badung, Bali [skripsi]. Badung : Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Univeristas Udayana. 35 hal.
Matanjun, P. Mohamed, S,, Mustapha, NM, & Muhammad. K. (2009). Kandungan
nutrisi rumput laut tropis yang dapat dimakan Eucheuma cottonii, Caulerpa
lentillifera dan Sargassum plycystum. Jurnal Fikologi Terapan.
https://www.halodoc.com/artikel/mahal-ini-manfaat-abalon-untuk-
kesehatan#:~:text=Kandungan%20asam%20lemak%20omega%2D3,cara%2
0mengurangi%20aktivitas%20sel%20kanker.
https://www.alodokter.com/kerang-abalone-menilik-manfaat-beserta-kandungan-
nutrisi-di-dalamnya