Anda di halaman 1dari 15

Prinsip Kerja Transistor | Transistor sebagai Penguat dan Saklar

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan

penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.

Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau

tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber

listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektot

(C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan

tegangan yang akan dikuatkan melalui kolektor.Selain digunakan untuk penguat transistor bisa juga

digunakan sebagai saklar. Caranya dengan memberikan arus yang cukup besar pada basis transistor

hingga mencapai titik jenuh. Pada kondisi seperti ini kolektor dan emitor bagai kawat yang

terhubung atau saklar tertutup, dan sebaliknya jika arus basis teramat kecil maka kolektor dan

emitor bagai saklar terbuka. Dengan sifat pensaklaran seperti ini transistor bisa digunakan sebagai

gerbang atau yang sering kita dengar dengan sebutan TTL yaitu Transistor Transistor Logic.

1
Gambar bentuk fisik transistor

Note :

Prinsip Transistor sebagai Penguat (amplifier): artinya transistor bekerja pada wilayah antara titik

jenuh dan kondisi terbuka (cut off), tetapi tidak pada kondisi keduanya.

Prinsip Transistor sebagai penghubung (saklar) : transistor akan mengalami Cutoff apabila arus

yang melalaui basis sangat kecil sekali sehinga kolektor dan emitor akan seperti kawat yang

terbuka, dan Transistor akan mengalami jenuh apabila arus yang melalui basis terlalu besar

sehingga antara kolektor dan emitor bagaikan kawat terhubung dengan begitu tegangan antara

2
kolektor dan emitor Vce adalah 0 Volt dari cara kerja diataslah kenapa transistor dapat difungsikan

sebagai saklar.

http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-transistor-transistor.html

Transistor Sebagai Saklar maksudnya adalah penggunaan transistor pada salah satu kondisi yaitu
saturasi dan cut off. Pengertiannya adalah jika ada sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi
maka transistor tersebut akan seperti saklar tertutup antara colector dan emiter, sedangkan apabila
transistor dalam keadaan cut off transistor tersebut akan berlaku seperti saklar terbuka.
Pengertian dari Cut off adalah kondisi transistor di mana arus basis sama dengan nol, arus output
pada colector sama dengan nol, sedangkan tegangan pada colector maksimal atau sama dengan
tegangan supply. Saturasi adalah kondisi di mana transistor dalam keadaan arus basis adalah
maksimal, arus colector adalah maksimal dan tegangan yang di hasilkan colector-emitor adalah
minimal.
Apabila terdapat rangkaian transistor sebagai saklar banyak menggunakan jenis transistor NPN,
maka ketika basis di beri tegangan tertentu. Transistor akan berada dalam kondisi ON, sedangkan
besar tegangan pada basis tergantung dari spesifikasi transistor itu sendiri. Dengan cara mengatur
bias sebuah transistor menjadi jenuh, maka seolah akan di dapat hubungan singkat antara kaki
colector dan emitor.

Terminal basis akan dengan cepat mengontrol arus yang mengalir dari colector menuju emitor.
Arus yang di hasilkan dari tegangan input akan menyebabkan transistor saturasi menjadi saklar
tertutup, akibat dari kejadian ini arus akan mengalir dari colector ke emitor. Pada saat kondisi
tegangan colector emitor mendekati 0 volt.
Sebaliknya jika tegangan transistor sebagai saklar tidak di berikan arus tegangan, maka transistor
akan berada dalam kondisi Cut off dan terminal colector emitor terputus seolah sakalar menjadi
terbuka. Akibat dari pemutusan ini arus tidak akan mengalir dari colector menuju emitor. Dalam
kondisi ini tegangan yang di hasilkan akan maksimal.
Kalau misalkan transistor di pakai hanya pada dua titik, yaitu titik putus dan titik saturasi, maka
transistor akan di pakai sebagai saklar. Daya yang di serap oleh dua titik ini sangat kecil, tetapi
dalam keadaan aktif daya yang di serap transistor akan lebih besar. Sebab pemakaian yang mana

3
menggunakan arus lebih besar harus di upayakan agar daerah yang di lewati aktif, sehingga
transistor tidak menjadi terlalu panas.
Demikian penjelasan singkat mengenai Transistor Sebagai Saklar, semoga pembahasan transistor
kali ini bermanfaat bagi kita semua. Baca juga artikel kami lainnya tentang Fungsi Transistor dan
Pengertian Dioda.
http://elektronikadasar.net/transistor-sebagai-saklar.htm
Transistor Sebagai Saklar
Salah satu fungsi transistor adalah sebagai saklar yaitu bila berada pada dua daerah kerjanya yaitu
daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (cut-off). Transistor akan mengalami perubahan kondisi
dari menyumbat ke jenuh dan sebaliknya. Transistor dalam keadaan menyumbat dapat dianalogikan
sebagai saklar dalam keadaan terbuka, sedangkan dalam keadaan jenuh seperti saklar yang
menutup.
Titik Kerja Transistor
Daerah Jenuh Transistor
Daerah kerja transistor saat jenuh adalah keadaan dimana transistor mengalirkan arus secara
maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor tersebut seolah-olah short pada hubungan
kolektor – emitor. Pada daerah ini transistor dikatakan menghantar maksimum (sambungan CE
terhubung maksimum)
Daerah Aktif Transistor
Pada daerah kerja ini transistor biasanya digunakan sebagai penguat sinyal. Transistor dikatakan
bekerja pada daerah aktif karena transistor selelu mengalirkan arus dari kolektor ke emitor
walaupun tidak dalam proses penguatan sinyal, hal ini ditujukan untuk menghasilkan sinyal
keluaran yang tidak cacat. Daerah aktif terletak antara daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (Cut
off).
Daerah Mati Transistor
Daerah cut off merupakan daerah kerja transistor dimana keadaan transistor menyumbat pada
hubungan kolektor – emitor. Daerah cut off sering dinamakan sebagai daerah mati karena pada
daerah kerja ini transistor tidak dapat mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Pada daerah cut off
transistor dapat di analogikan sebagai saklar terbuka pada hubungan kolektor – emitor.
Grafik Kurva Karakteristik Transistor

Untuk membuat transistor menghantar, pada masukan basis perlu diberi tegangan. Besarnya
tegangan harus lebih besar dari Vbe (0,3 untuk germanium dan 0,7 untuk silicon).
Dengan mengatur Ib>Ic/β kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan kolektor dan emitor short
circuit. Arus mengalir dari kolektor ke emitor tanpa hambatan dan Vce≈0. Besar arus yang

4
mengalir dari kolektor ke emitor sama dengan Vcc/Rc. Keadaan seperti ini menyerupai saklar
dalam kondisi tertutup (ON).
Transistor Kondisi Jenuh (Saklar Posisi ON)

Besarnya tegangan kolektor emitor Vce suatu transistor pada konfigurasi diatas dapat diketahui
sebagai berikut.

Karena kondisi jenuh Vce = 0V (transistor ideal) maka besarnya arus kolektor (Ic) adalah :

Besarnya arus yang mengalir agar transistor menjadi jenuh (saturasi) adalah:

Sehingga besar arus basis Ib jenuh adalah :

Transistor Kondisi Mati (Saklar Posisi OFF)

Dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi tegangan pada bias basis atau basis diberi tegangan
mundur terhadap emitor maka transistor akan dalam kondisi mati (cut off), sehingga tak ada arus
mengalir dari kolektor ke emitor (Ic≈0) dan Vce ≈ Vcc. Keadaan ini menyerupai saklar pada
kondisi terbuka seperti ditunjukan pada gambar diatas.
Besarnya tegangan antara kolektor dan emitor transistor pada kondisi mati atau cut off adalah :

5
Karena kondisi mati Ic = 0 (transistor ideal) maka:

Besar arus basis Ib adalah

http://elektronika-dasar.com/teori-elektronika/transistor-sebagai-saklar/

Pada dasarnya prinsip kerja trasistor sebagai saklar adalah memanfaatkan kondisi jenuh dan cut-
off suatu transistor, dimana kedua kondisi ini bisa diperoleh dengan pengaturan besarnya arus
yang melalui basis transistor. Kondisi jenuh atau saturasi akan diperoleh jika basis transistor diberi
arus cukup besar sehingga transistor mengalami jenuh dan berfungsi seperti saklar yang tertutup.
Sedangkan kondisi cut-off diperoleh jika arus basis dilalui oleh arus yang sangat kecil atau
mendekati nol ampere, sehingga transistor bekerja seperti saklar yang terbuka.

Sebenarnya seri dan jenis transistor memiliki spesifikasi yang berbeda-beda mengenai arus yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi jenuh atau cut-off. Tetapi biasanya tidak terlalu jauh berbeda
kecuali terbuat dari bahan semikonduktor yang berbeda (silikon atau germanium).

Fungsi transistor sebagai saklar berbeda dengan fungsi transistor sebenarnya sebagai penguat.
Sebagai penguat transistor akan bekerja pada titik Q atau kondisi kerja transistor. Secara
sederhana titik Q ini berada antara kondisi jenuh dan cut-off, jadi pada kondisi ini transistor akan
bekerja sebagai penguat.

Coba gambar di bawah, saya akan memberi penjelasan dana analisa singkat mengenai cara kerja
transistor sebagai sebuah saklar terbuka dan tertutup.

6
Prinsip kerja suatu transistor sebagai saklar

Pada rangkaian transistor sederhana di atas, terdapat satu buah lampu yang kita ibaratkan sebagai
sebuah beban. Satu buah transistor NPN yang nantinya akan menggantikan fungsi kerja suatu
saklar. Satu buah potensio meter digunakan supaya anda bisa melakukan analisa pada kondisi arus
basis yang berbeda-beda dengan melakukan variasi kondisi dari potensio tersebut.

Pada saat potensio meter kita putar pada kondisi dimana arus basis akan menjadi besar, maka
kolektor dan emitor transistor tersebut akan bekerja seperti kawat yang terhubung. Sehingga pada
kondisi ini lampu akan menyala. Sesuai pengalaman yang pasti pada transistor bahan silikon,
tegangan Vbe (tegangan basis emitor) tidak kurang dari 0,7 volt. Tapi salah satu hal penting yang
harus anda ketahui adalah jangan terlalu besar memberikan arus pada basis, karena akan
berakibat kerusakan pada transistor. Gunakan tahanan basis (resistor yang dipasang pada basis)
sebagai pencegah arus berlebih pada saat potensio resistasinya nol ohm. Karena jika potensio kita
putar hingga pada kondisi resistansinya nol ohm, maka sama saja kita menghubungkan basis
transistor dengan supply 9 volt langsung. Kondisi ini pasti akan mengakibatkan kerusakan pada
transistor.

Jika potensio meter tersebut di atas kita putar pada kondisi resistansi sangat besar (misal : maks
100 Kohm), maka arus yang akan melalui basis akan sangat kecil atau dengan kata lain tegangan
yang akan jatuh pada basis dan emitor akan sangat kecil (dibawah 0,7 volt bahkan mendekati 0
volt), pada kondisi ini transistor akan berada pada kondisi cut-off, kondisi dimana kolektor dan

7
emitor bagai saklar yang terbuka. Jadi pada kondisi ini beban lampu tidak akan mendapatkan
supply listrik sehingga tidak akan menyala.

Lihat pada gambar di atas, saya berikan contoh dua saklar yang berada sejajar dengan transistor.
Saklar SW1(kondisi terbuka) itu sama halnya jika transistor mengalami cut-off. Sedangkan saklar
SW2 (tertutup) sama halnya dengan transistor pada kondisi jenuh.

Memang secara perhitungan sebenarnya tidak sesederhana itu, karena ada rumus tertentu untuk
menghitung arus atau tegangan pada setiap titik transistor (basis, kolektor dan emitor). Tapi kira-
kira secara sederhana ya seperti itu. Jika anda sudah terbiasa membuat rangkaian elektronika,
maka anda akan tahu berapa nilai resistor yang pas untuk mengkondisikan transistor sebagai
sebuah saklar. Karena jika selalu menggunakan perhitungan terlebih dahulu, maka anda akan
kesulitan mengembangkan rangkaian yang lebih komplek.

Apa kekurangan dan kelebihan transistor sebagai saklar ?

Sesuai pengalaman pribadi adapun kekurangan dari saklar transistor ini yaitu kecilnya arus beban
yang mampu disaklarkan, jadi beban yang cocok harus dipilah-pilah terlebih dahulu. Jika tidak
anda akan menghabiskan banyak transistor sebab selalu rusak akibat dispasi daya yang belebihan.

Adapun kelebihan dari pensaklaran transistor ini yaitu bisa untuk pensaklaran yang sangat cepat,
tidak terjadi bouncing (seperti halnya pada pensaklaran mekanik dengan relay). Karena tidak
menggunakan peralatan mekanik seperti saklar-saklar umumnya, maka transistor ini cocok untuk
mensaklarkan rangkaian digital yang memerlukan kecepatan, keakuratan serta hanya supply
tegangan yang kecil.
http://www.dediakbar.com/2012/06/prinsip-kerja-transistor-sebagai-saklar.html

Transistor merupakan komponen elektronika yang sangat dibutuhkan, banyak sekali fungsi-fungsi
dari transistor yang bisa digunakan, ada yang digunakan sebagai saklar, penyearah arus,
pembangkit frekuensi dll. Pada kesempatan ini transistor digunakan sebagai penguat atau sebagai
saklar, mudah-mudahan dapat artikel transistor ini dapat menjadi refrensi bagi yang hendak
menyelesaikan TA dan yang mempunyai Hoby dibidang elektronika.

Sekilas Transistor

Transistor adalah piranti elektronik yang menggantikan fungsi tabung elektron-trioda, dimana
transistor ini mempunyai tiga elektroda , yaitu Emitter, Collector dan Base. Fungsi utama atau
tujuan utama pembuatan transistor adalah sebagai penguat (amplifier), namun dikarenakan sifatnya,
transistor ini dapat digunakan dalam keperluan lain misalnya sebagai suatu saklar elektronis.
Susunan fisik transistor adalah merupakan gandengan dari bahan semikonduktor tipe P dan N
seperti digambarkan dibawah ini

8
Sedangkan gambar rangkaian penggantinya sama dengan dua buah dioda yang dipasang saling
bertolak seperti terlihat dibawah ini

Berikut
memperlihatkan beberapa bangun fisik dan konstruksi transistor bipolar, dikatakan bipolar karena
terdapat dua pembawa muatan , yaitu elektron bebas dan hole. Sedangkan jenisnya ada dua macam,
yaitu jenis PNP dan NPN yang simbolnya diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Bangun fisik dan konstruksi transistor bipolar

Simbol transistor
Kedua jenis PNP dan NPN tidak ada bedanya, kecuali hanya pada cara pemberian
biasnya saja. Bentuk fisik transistor ini bermacam-macam kemasan, namun pada dasarnya karena
transistor ini tidak tahan terhadap temperatur, maka tabungnya biasanya terbuat dari bahan logam
sebagai peredam panas bahkan sering dibantu dengan pelindung (peredam) panas (heat-sink).

9
1. PENENTUAN ELEKTRODA TRANSISTOR
Spesifikasi transistor yang lengkap dapat anda peroleh dari buku petunjuk transistor, dimana
dalam buku tersebut akan anda peroleh karakteristik fisik dan listrik suatu jenis transistor bahkan
dilengkapi dengan transistor ekuivalennya. Berikut ini adalah gambaran spesifikasi transistor yang
banyak digunakan khususnya dalam penentuan elektroda dari transistor tersebut.

2. PENGKODEAN TRANSISTOR
Hampir sama dengan pengkodean pada dioda, maka huruf pertama menyatakan bahan dasar
transistor tersebut, A = Germaniun dan B = Silikon, sedangkan huruf kedua menyatakan
penerapannya.
Berikut ini adalah huruf-huruf kedua yang dimaksud :
C = transistor frekuensi rendah
D = transistor daya untuk frekuensi rendah
F = transistor frekuensi tinggi
L = transistor daya frekuensi tinggi
Contoh penerapan kode ini diantaranya adalah BF 121, AD 101, BC 108 dan ASY 12.

3. PENGUJIAN TRANSISTOR
Dengan menganggap transistor adalah gabungan dua buah dioda, maka anda dapat menguji
kemungkinan kerusakan suatu transistor dengan menggunakan ohmmeter dari suatu multitester.
Kemungkinan terjadinya kerusakan transistor ada tiga penyebab yaitu :
a. Salah pemasangan pada rangkaian
b. Penangan yang tidak tepat saat pemasangan c. Pengujian yang tidak professional Sedangkan
kemungkinan kerusakan transistor juga ada tiga jenis, yaitu : a. Pemutusan b. Hubung singkat
c. Kebocoran Pada pengujian transistor kita tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi
kita juga harus melakukan pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya.

4. NILAI BATAS SUATU TRANSISTOR


Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan berubah sifat jika
menerima panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transistor Germanium adalah sekitar 75o C
sedangkan jenis Silikon sekitar 150o C. Daya yang disalurkan pada sebuah transistor harus
sedemikian rupa sehingga suhu maksimalnya tidak dilampaui dan untuk itu diperlukan bantuan
pendingin baik dengan Heat Sink atau dengan kipas kecil (Fan). Pada saat penyolderan kaki-kaki
transistor, harus dipertimbangkan juga temperatur solder dan selain itu biasanya digunakan alat

10
pembantu dengan jepitan (tang) guna pengalihan penyaluran panas. Peralihan panas transistor ke
pendingin yang baik adalah dengan bantuan Pasta Silikon yang disapukan antara transistor dengan
badan pendinginnya. Selain itu biasanya pendingin tersebut diberi cat warna hitam guna
memudahkan penyaluran panas.

5. PENGGUNAAN TRANSISTOR
Dengan menganggap transistor adalah gabungan dua buah dioda, maka anda dapat menguji
kemungkinan kerusakan suatu transistor dengan menggunakan ohmmeter dari suatu multitester.
Kemungkinan terjadinya kerusakan transistor ada tiga penyebab yaitu :
a. Salah pemasangan pada rangkaian
b. Penangan yang tidak tepat saat pemasangan
c. Pengujian yang tidak professional
Sedangkan kemungkinan kerusakan transistor juga ada tiga jenis, yaitu :
a. Pemutusan
b. Hubung singkat
c. Kebocoran
Pada pengujian transistor kita tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi kita juga harus
melakukan pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya.

6. NILAI BATAS SUATU TRANSISTOR


Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan berubah sifat jika menerima
panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transistor Germanium adalah sekitar 75o C sedangkan
jenis Silikon sekitar 150o C. Daya yang disalurkan pada sebuah transistor harus sedemikian rupa
sehingga suhu maksimalnya tidak dilampaui dan untuk itu diperlukan bantuan pendingin baik
dengan Heat Sink atau dengan kipas kecil (Fan). Pada saat penyolderan kaki-kaki transistor, harus
dipertimbangkan juga temperatur solder dan selain itu biasanya digunakan alat pembantu dengan
jepitan (tang) guna pengalihan penyaluran panas. Peralihan panas transistor ke pendingin yang baik
adalah dengan bantuan Pasta Silikon yang disapukan antara transistor dengan badan pendinginnya.
Selain itu biasanya pendingin tersebut diberi cat warna hitam guna memudahkan penyaluran panas.

7. PENGGUNAAN TRANSISTOR
Sebagaimana tujuan dari pembuatan transistor, maka transistor awalnya dibuat untuk
menguatkan (amplifier) signal-signal, daya, arus, tegangan dan sebagainya. Namun dikarenakan
karakteristik listriknya, penggunaan transistor jauh lebih luas dimana transistor ini banyak
digunakan juga sebagai saklar elektronik dan juga penstabil tegangan.

* Transistor sebagai saklar

Dengan memanfaatkan sifat hantar transistor yang tergantung dari tegangan antara elektroda basis
dan emitter (Ube), maka kita dapat menggunakan transistor ini sebagai sebuah saklar elektronik,
dimana saklar elektronik ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan saklar mekanik,
seperti :
a. Fisik relative jauh lebih kecil,

11
b. Tidak menimbulkan suara dan percikan api saat pengontakan.
c. Lebih ekonomis.
http://sutarianto.blogspot.com/2010/07/pemanfaatan-transistor-sebagai-saklar.html

Transistor adalah semikonduktor yang memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia
elektronik analog ataupun digital. Komponen ini mempunyi banyak fungsi dalam dunia elektronik,
diantaranya sebagai penguat, switching (saklar), modulasi signal, stabilitas tegangan dll. Bahkan
seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin pesat, transistor saat ini juga telah
mengalami perkembangan di segi fungsinya, dia sekarang telah dapat digunakan sebagai memory,
dan pemroses isyarat getaran-getaran listrik dalam dunia prosesor komputer. Bukan hanya itu,
transistor juga telah mengalami perkembangan dilihat dari segi bentuk, karena saat ini satu buah
transistor telah berhasil diciptakan dalam ukuran super kecil, yaitu hanya dalam ukuran nano
mikron (transistor yang dikemas dalam prosesor komputer).
Secara umum jenis transistor dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis NPN dan PNP. Transistor
memiliki tiga kaki yang memiliki fungsi dan nama berbeda, yaitu Basis (B), Emitor (E), dan
Colector (C). Dalam dunia elektronik, transistor juga memiliki jelajah tegangan kerja dan frekwensi
yang sangat lebar. Penggunaan transistor dalam rangkaian analog sebagai amplifier, switch,
stabilitas tegangan,dll. Dalam rangkaian digital digunakan selain sebagai saklar yang memiliki
kecepatan tinggi juga digunakan sebagai pemroses data yang akurat dan sebagai memory.
Cara kerja transistor.
Prinsip dasar dari kerja transistor adalah tidak akan ada arus antara colektor dan emitor apabila pada
basis tidak diberi tegangan muka atau bias. Bias pada basis ini biasanya diikuti dengan sinyal-sinyal
atau pulsa listrik yang nantinya hendak dikuatkan, sehingga pada kolektor, sinyal yang di inputkan
pada kaki basis telah dikuatkan. Kedua jenis transistor baik NPN ataupun PNP memiliki prinsip
kerja yang sama.

Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide.
Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount,
dan ada juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted
Circuit).
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2018083-transistor-dan-penjelasannya-dasar-
dasar/

Saat sebuah transistor digunakan pada suatu rangkaian, fungsi dari transistor tersebut ditentukan
oleh kurva karakteristik-nya.

Transistor memeliki kurva karakteristik input, output dan transfer, yang paling umum digunakan
adalah kurva karakteristik output. Pada saat Transistor digunakan sebagai saklar, maka daerah
yang digunakan pada kurva karakteristik ialah daerah "cut-off" dan daerah "saturasi", untuk lebih
jelasnya lihat gambar dibawah.

12
Daerah yang diarsir kuning adalah daerah "cut-off". Pada saat "cut-off" kondisi dari transistor
adalah arus basis sama dengan nol (IB = 0), Arus output pada kolektor sama dengan nol dan
Tegangan pada kolektor maksimum atau sama dengan tegangan supply (VCE = VCC).

Daerah yang diarsir merah adalah daerah "saturasi". Pada saat "saturasi" kondisi dari transistor
adalah arus basis maksimal (IB=Max) sehingga menghasilkan arus kolektor maksimal (IC=Max)
dan tegangan Kolektor Emitor minimum (VCE=0).

Bersambung ke bagian 2 ( Garis beban, Perhitungan dan rumus transistor sebagai saklar ).
Tulisan lain yang terkait di Elektronika Dasar, Transistor sebagai saklar
Garis Beban.
Garis beban dapat dibangun apabila kita mengetahui arus beban pada rangkaian dan tegangan
operasinya. Sekarang coba anda bayangkan mendisain transistor yang digunakan untuk mensaklar
beban sebesar 20mA, tegangan supply-nya 5V DC. Titik "A" pada diagram dibawah adalah
kondisi saat Saat transistor OFF, IC (arus kolektor) akan menjadi nol sedangkan VCE
(tegangan kolektor-emitor) akan menjadi hampir sama dengan tegangan supply (5V DC).

13
Titik
"B" pada diagram diatas adalah kondisi saat transistor ON dimana IC akan menjadi 20mA
(sama dengan arus beban) dan VCE nilainya sangat kecil hampir mendekati nol. Garis yang
ditarik dari titik A ke titik B ini yang dinamakan garis beban.

Rumus Perhitungan Transistor Sebagai Saklar.


Misalnya, sebuah transistor dengan tegangan supply 5V DC digunakan untuk mensaklar sebuah
lampu 5V DC 20mA. Transistor diplih bervariasi dengan variasi hfe dari 100 - 500. Rangkaian
menggunakan konfigurasi common-emitor (gambar dibawah). Tentukan nilai Rb (tahanan basis)
agar transistor dapat bekerja pada kelompok penguatan yang sama!

14
Karena
transistor mungkin mempunyai hfe antara 100 - 500 maka kita pilih dulu menggunakan hfe
minimum ( 100 ). Arus kolektor adalah 20mA, maka Arus Basis yang dibutuhkan adalah:

hfe = Ic / Ib

ib = Ic / hfe(min) = 20/100= 0.2mA


Nilai Vin adalah 5V DC, nilai Vbe adalah 0,6V DC (konstanta) berarti tegangan yang melewati
Rb adalah Vin - Vbe = 4,4 V DC. Sehinggan Nilai Rb dapat kita hitung:

Rb = 4.4 / 0.2 = 22K


http://elkaubisa.blogspot.com/2009/04/transistor-sebagai-saklar-bagian-2.html

Transistor tipe BC 108 adalah jenis transistor jenis PNP dibuat dari bahan silikon dan banyak
dipergunakan dalam rangkaian penguat audio dengan nomor seri pembuatan 108.

15

Anda mungkin juga menyukai