Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ULUM AL-QUR'AN DAN PERKEMBANGANNYA”


A. Pengertian ‘Ulum Al-Quran

Ulumul Qur’an terdiri


atas dua kata: ulum dan al-Qur’an. Ulum (‫ )علوم‬adalah jamak dari kata tunggal
ilm (‫)علم‬, yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan al-Qur’an adalah nama
bagi kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dengan demikian, maka
secara harfiah kata ‘ulumul qur’an’ dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu
al-Qur’an.
1. Pengertian Ulum
Kata ulum (‫)علوم‬
merupakan bentuk plural dari dari kata tunggal ilm (‫)علم‬. Kata ilm adalah
bentuk masdar (kata kerja yang dibendakan). Secara etimologis berarti al-fahmu
(paham), al-ma’rifah (tahu) dan al-yaqin (yakin).[2] Ketiga istilah tersebut
mengandung pengertian yang berbeda dan bisa dikaji lebih mendalam buku-buku
perbedaan kosakata bahasa Arab, seperti kitab al furuq al-lugawiyyah karya Abu
Hilal al-Askari.
2. Secara terminologis,
ilmu mempunyai definisi-definisi yang berbeda sesuai dengan latar belakang
pendefinisi tersebut.[3] Para filosof mengartikan bahwasanya ilmu adalah konsep
yang muncul dalam akal maupun keterkaitan jiwa dengan sesuatu menurut cara
pengungkapannya. Para Teologis berpendapat bahwa ilmu adalah sifat yang bisa
membedakan sesuatu tanpa kontradiksi. Sedangkan orang-orang bijak mengartikan
ilmu sebagai gambaran sesuatu yang dihasilkan dari akal.[4]
Adapun menurut syara’,
ilmu adalah mengetahui dan memahami Ayat-ayat Allah dan lafalnya berkenaan
dengan hamba dan mahluk-makhluknnya. Dari situlah Imam Ghazali berpendapat
bahwasanya ilmu sebagai objek yang wajib dipelajari oleh orang Islam adalah
konsep tentang ibadah, akidah, tradisi dan etika Islam secara lahir dan
batin.[5]
Al-Qur’an menggunakan
kata ‘ilm dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. Antara lain
firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 31-32 “proses pencapaian pengetahuan dan
objek pengetahuan” [6]. Pembicaraan tentang ilmu mengantarkan kita kepada
pembicaraan tentang sumber-sumber ilmu disamping klasifikasi dan ragam

Adapun definisi ‘ulum al – qu’an secara istilah, para ulama memberikan redaksi yang berbeda –
beda, sebagimna dijelaskan berikut ini :

1. Menurut Manna ‘Al-Qaththan


“Ilmu yang mencangkup pembahasan – pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi
informasi tentang asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib
penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan di
madinah, dan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.”

2. Menurut Az-Zarqani
“beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, dari sisi turun, urutan penulisan,
kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh, munsukh, dan penolakan hal-hal yang bisa
menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal-hal lain.”

3. Menurut  Abu Syahbah

“sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an,
mulai proses penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran,
kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkan-mutasyabih, sampai pembahasan-pembahasan lain.”

Walaupun dengan redaksi yang sedikit berbeda, ketiga definisi di atas memiliki maksud yang
sama. Sehingga ketiga ulama tersebut sepakat bahwa ‘ulumul qur’an adalah sejumlah
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

 
B.Ruang Lingkup Pembahsan ‘Ulum Al- Quran

Berkenan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat bahwa ruang lingkup
pembahasan Ulumul Qur’an terdiri atas enam hal pokok berikut ini :
a. Persoalan turunnya Al-Qur’an (Nuzul Al-Qur’an)

Waktu dan tempat turunnyaAl-Qur’an

Sebab-sebab turunnya Al-Qur’an

Sejarah turunnya Al-Qur’an

b. Persoalan Sanad (Rangkaian para Periwayat)

Riwayat mutawatir

Riwayat ahad

Riwayad syadz

Macam-macam qira’at Nabi

Para perawi dan penghafal Al-Qur’an

Cara-cara penyebaran riwayat


c. Persoalan Qira’at (Cara pembacaan Al-Qur’an)

Cara berhenti (waqaf)

Cara memulai (ibtida’)

Imalah

Bacaan yang dipanjangkan (madd)


Meringankan bacaan hamzah

Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepasa bunyi sesudahnya (idgam)


d. Persoalan kata-kata Al-Qur’ an

Kata-kata Al-Qur’an yang asing (gharib)

Kata-kata Al-Qur’an yang berubah-rubah harakat akhirnya (mu’rab)

Kata-kata Al-Qur’an yang mempunyai makna serupa (hononim)

Padanan kata-kata Al-Qur’an (sinonim)

Isti’arah

Penyerupaan (tasybih)
e. Persoalan makna-makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum

Makna umum yang tetap pada keumumannya

Makna umum yang dimaksudkan makna khusus

Makna umum yang maknanya dikhususkkan sunnah

Nash

Makna lahir

Makna global

Makna yang diperinci

Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan

Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan

Nash yang muskil ditafsirkan karena terdapat kesamaran di dalamnya

Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu sendiri

Ayat yang “menghapus” dan “dihapus” (nasikh-mansukh)

Yang didahulukan (muqaddam)

Yang diakhirkan (mu’akhakhar)


f. Persoalan makna Al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al-Qur’an

Berpisah

Bersambung
Uraian singkat

Uraian seimbang

Pendek

C.Cabang-Cabang (Pokok Bahasan) ‘Ulum Al-Quran

a. Ilmu Mawathin al-Nuzul


Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat, masanya, awalnya, dan akhirnya.
b. Ilmu tawarikh al-Nuzul
Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat dan urutan turunnya satu persatu, dari permulaan sampai
akhirnya serta urutan turun surah dengan sempurna.
c. Ilmu Asbab al-Nuzul
Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat.
d. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur’an yang telah diterima dari Rasul SAW.
Ada sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa macam pula yang tidak sah.
e. Ilmu Tajwid
Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik. Ilmu ini menerangkan di mana
tempat memulai, berhenti, bacaan panjang dan pendek, dan sebagainya.
f. Ilmu Gharib Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat dalam kamus-kamus
bahasa Arab yang biasa atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini berarti
menjelskan makna kata-kata yang pelik dan tinggi.
g. Ilmu I’rab Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan baris kata-kata Al-Qur’an dan kedudukannya dalam susunan kalimat.
h. Ilmu Wujuh wa al-Nazair
Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Qur’an yang mengandung banyak arti dan menerangkan
makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
i. Ilmu Ma’rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih
Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang dipandang muhkam (jelas maknanya) dan yang
mutasyabihat (samar maknanya, perlu ditakwil).
j. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh (yang dihapuskan) oleh sebagian
mufassir.
k. Ilmu Badai’ Al-Qur’an
Ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al-Qur’an dari sudut kesusastraan,
keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.
l. Ilmu I’jaz Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga dapat
membungkam para sastrawan Arab.
m. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara suatu ayat dan ayat yang didepan dan
yang dibelakangnya.
n. Ilmu Aqsam Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
o. Ilmu Amtsal Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan maskud perumpamaan-perumpamaan yang dikemukan Al-Qur’an.
p. Ilmu Jidal Al-Qur’an
Ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan Al-Qur’an yang dihadapkan
kepada kamu Musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dari Tuhan.
q. Ilmu Adab Tilawah Al-Qur’an
Ilmu ini memaparkan tata-cara dan kesopanan yang harus diikuti ketika membaca Al-Qur’an.

D.Perkembangan ‘Ulum Al-Quran

A.Fase Sebelum Kodifikasi


Pada fase sebelum kodifikasi, ‘Ulumul Al-Qur’an kurang lebih sudah merupakan benih yang
kemunculannya sangat dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal itu ditandai dengan kegairahan
para sahabat untuk mempelajari Al-Qur’andengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi, diantara
mereka – sebaimana yang diceritakan oleh Abu Abdurrahman As-Sulami, ada kebiasaan untuk
tidak berpindah kepada ayat lain, sebelum benar-benar dapat memahami dan mengamalkan ayat
yang sedang dipelajarinya. Mereka mempelajari sekaligus mengamalkan ayat yang sedang
dipelajarinya. Dan itulah sebabnya mengapa Ibnu ‘Umar memerlukan waktu delapan tahun
hanya untuk menghafal surah Al-Baqarah.

B.Fase Kodifikasi
Pada fase sebelum kodifikasi ‘Ulumul Al-Qur’an juga ilmu-ilmu lainnya sebelum
dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf. Saatu-satunya yang sudah dikodifikasikan saat
itu hanyalah Al-Qur’an, fenomena it uterus berlangsung sampai ketika ‘Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perintah ‘Ali inilah yang
membuka gerbang pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Pengodifikasian itu
semakin marak dan meluas ketika islam berada  pada tangan pemerintahan Bani Umayyah dan
Bani ‘Abbasiah pada periode-periode awal pemerintahannya.

1. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad II H.


Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad II H. para ulama
memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk ‘Ulumul Al-Qur’an.
Di antara ulama abad II H. yang menyusun tafsir adalah:

 Syu’bah Al-Hjjaj (w. 160 H.)


 Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H.)
 Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H.)
 Waqi’ bin Al-jarrh (128-197 H.)
 Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H.)
 Ibnu Jarir Ath-Thabari (w. 310 H.)
2. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad III H.
Pada abad III H. selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al-
Qur’an (‘Ulumul Al-Qur’an), di antaranya:

 ‘Ali bin al-MAdini (w. 234 H.), gurunya Imam Al-Bukhari, yang menyusun Ilmu Asbab
An-Nuzul
 Abu ubaid al-qasimi bin salam (w. 224 H.) yang menyusun Ilmu Nasikh Wa Al-
Mansukh, Ilmu Qira’at, dan Fadha’il Al-Qur’an
 Muhammad bin ayyub adh-durraits (w. 294 H.) yang menyusun Ilmu Makki wa Al-
Madani
 Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H.) yang menyusun kitab Al-Hawi Fi’
‘Ulum Al-Qur’an
3.  Perkembanga ‘ulumul Al-Qur’an abad IV H.
Pada abad IV H. mulai disusun Ilmu Gharib Al-Qur’an dan beberapa kitab ‘Ulumul Al-Qur’an
dengan memakai istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Diantara ulama yang menyusun ilmu-ilmu itu adalah:

 Abu Bakar As-Sijistani (w.330 H.) yang menyusun kitab Gharib Al-Qur’an


 Abu bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H.) yang menyusun kitab
‘Aja’ib ‘Ulum Al-Qur’an
 Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H.) yang menyusun kitab Al-Mukhtazan fi’ ‘Ulum Al-
Qur’an
 Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H.) yang menyusun
kitab Nukat Al-Qur’an Ad-Dallah ‘Ala Al-Bayan fi Anwa’ Al-‘Ulum Wa Al-Ahkam Al-
Munbi’ah ‘An Ikhtilaf Al-Anam
 Muhammad bin ‘Ali Al-Adfawi (w. 388 H.) yang menyusun kitab Al-Istighna’ fi’ ‘Ulum
Al-Qur’an (20 jilid)
4.      Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad V H.
Pada abad V H. mulai disusun Ilmu I’rab Al-Qur’an dalam satu kitab. Di samping itu, penulisan
kitab – kitab ‘Ulum Al-Qur’an masih terus dilakukan oleh ulama masa ini. Di antara ulama
ulama yang berjasa dalam pengembangan ‘Ulum Al-Qur’an pada masa ini adalah :

 ‘Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H.), selain mempelopori penyusunan I’rab Al-
Qur’an, ia pun menyusun kitab Al-Burhan fi’Ulum Al-Qur’an.
 Abu ‘Amr Ad-Dani (w. 444 H.) yang menyusun kitab At-Taisir fi Qira’at As-Sab’i dan
kitab Al-Muhkam fi An-Naqth
5. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad VI H.
Pada abad VI H. di samping terdapat ulama yangbmeneruskan pengembangan ‘Ulumul Al-
Qur’an, juga terdapat ulama yang mulai menyusun ilmu Mubhamat Al-Qur’an, di antaranya
adalah:

 Abu Al-Qasim bin ‘Abdurrahman As-Suhaili (w. 581 H.) yang menyusun
kitab Mubhamat Al-Qur’an
 Ibn Al-jauzi (w. 597 H.) yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi ‘Aja’ib Al-Qur’an dan
kitab Al-Mujtaba’ fi ‘Ulum Tata’allaq bi Al-Qur’an.
6. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad VII H.
Pada abad VII H. ilmu-ilmu Al-Qur’an terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majas
Al-Qur’an dan Ilmu Qira’at. Di antara ulama abad VII yang besar perhatiannya terhadap ilmu-
ilmu ini adalah:

 Alamuddin As-Sakhawi (w. 643 H.), kitabnya mengenai ilmu Qira’at dinamai Hidayat
Al-Murtab fi Mutasyabih
 Ibn ‘Abd As-Salam yang terkenal dengan nama Al-‘Izz (w. 660 H.) yang mempelopori
penulisan ilmu Majaz Al-Qur’an dalam satu kitab
 Abu Syamah (w. 655 H.) yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ‘Ulum Al-Qur’an
Tata’allaq bi Al-Qur’an Al-‘Aziz.
 7. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad VIII H.
          Pada abad VII H. muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-
Qur’an, sedangkan penulisan kitab-kitab tentang “Ulum Al-Qur’an terus berjalan. Di antara
mereka adalah:
 Ibn Abi Al-isba’ yang menyusun ilmu Badai’i Al-Qur’an
 Ibn Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun ilmu Aqsam Al-Qur’an
 Najmuddin ath-Thufi (w. 716 H.) yang menyusun Ilmu Hujaj Al-Qur’an atau Ilmu Jadal
Al-Qur’an
 Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Qur’an
 Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H.) yang menyusun kitab Al-Burhan fi ‘ulum Al-
Qur’an
 Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H.) yang menyusun kitab Ushul Al-
Tafsir
 8. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad IX dan X H
          Pada abad IX dan permulaan abad X H., makin banyak karangan yang ditulis ulama
tentang Ulum Al-Qur’an. Pada masa ini, perkembangan Ulum Al-Qur’an mencpai
kesempurnaannya. Di antara ulama yang menyusun Ulum Al-Qur’an pada masa ini adalah:
 Jalaluddin Al-Bulqni (w. 824 H.) yang menyusun kitab Mawaki’ Al-‘Ulum min Mawaqi’
al-Nujum.
 Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H.) yang menyusun kitab At-Taisir fi
Qawa’id At-Tafsir
 Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Kamaluddin As-Suyuthi (849-911H.) yang menyusun
kitab Ath-TAhbir fi ‘Ulum At-Tafsir
9. Perkembangan ‘Ulumul Al-Qur’an Abad XIV H.
Setelah memasuki abad XIV H., bangkitlah kembali perhatian ulama dalam penyusunan kitab-
kitab yang membahas Al-Qur’an dari berbagai segi. Kebangkitan ini di antaranya dipicuh oleh
kegiatan ilmiah di Universitas Al-Azhar Mesir, terutama ketika universitas ini membuka jurusan-
jurusan bidang studi yang menjadikan tafsr dan hadits sebagai salah saatu jurusannya.

REPORT THIS AD
Pada abad ini ada sedikit pengembangan tema yang dilakukan oleh para ulama dibandingkan
pada abad-abad sebelumnya. Pengembangan itu di antaranya berupa penerjemahan Al-Qur’an ke
dalam bahasa-bahasa Ajam. Pada abad ini, perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an diwarnai oleh
usaha-usaha menebarkan keraguan di seputar Al-Qur’an yang dilakukan oleh kalangan orientalis
atau oleh orang islam itu sendiri yang dipengaruhi oleh orientalis.
Di antara karya-karya ‘Ulum Al-Qur’an yang lahir pada abad ini adalah:

1. Syekh Thahir Al-Jazairi yang menyusun kitab At-Tibyan fi’Ulum Al-Qur’an  yang selesai
pada tahun 1335 H
2. Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H.) yang menyusun kitab Mahasin Al-Ta’wil
3. Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani yang menyusun kitab Manahil Al-‘irfan
fi’Ulum Al-Qur’an (2 jilid)
4. Muhammad ‘Ali Salamah yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi’Ulum Al-Qur’an
5. Syeikh Tanthawi Jauhari yang menyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an dan Al-
Qur’an wa ‘Ulum ‘Ashriyyah
6. Mushthafa Shadiq Ar-Rafi’I yang menyusun kitab I’jaz Al-Qur’an
7. Ustadz Sayyid Quthub yang menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani fi Al-Qur’an
8. Ustadz Malik bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Quraniyah.
9. Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha yang menyusun kitab Tafsir Al-Qur’an Al-
Hakim (TAfsir Al-Manar)
10. Syekh Muhammad ‘Abdullah Darraz yang menyusun kitab An-Naba’ Al-‘Azhim ‘an Al-
Qur’an Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-Qur’an
11. DR. Subhi As-SAlih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhu Lugah pada Fakultas Adab
Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an.
12. Syekh Mahmud Abu Daqiqi yang menyusun kitab ‘Ulum Al-Qur’an.
13. Syekh Muhammad ‘Ali Salamah, yang menyusun kitab  Manhaj Al-Furqan fi’Ulum al-
Qur’an.
14. Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal Al-Khalid.
15. Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharat fi Al-Qur’an.
16. Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun sebuah risalah yang
menerangkan kebolehan kita menerjemahkan Al-Qur’an. Ia pun menulis kitab Tafsir Al-
Maraghi

Anda mungkin juga menyukai