Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH COVID-19 TERHADAP POLA KESEHATAN HIDUP

MASYARAKAT PADA TATANAN WILAYAH DAN LINGKUNGAN DI


KOTA BANDUNG TAHUN 2020

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa


Indonesia Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021

Disusun oleh :

Aldi Ariyansyah
(10070320115)

Kelas C

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Delapan bulan sudah Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Selama


periode tersebut telah lebih dari 440.000 masyarakat Indonesia terpapar Covid-19,
dan lebih dari 14.000 di antaranya meninggal. Kehidupan sosial pun berubah,
sehingga seluruh masyarakat mau tidak mau harus bisa beradaptasi. Jika menilik
ke belakang, Coronavirus Disease 19 atau Covid-19 yang menjadi cikal bakal
pandemi ini pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019.
Penyebabnya adalah virus corona jenis baru yang disebut SARS Cov-2. Virus ini
menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan.

Di Indonesia, kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi pada 2 Maret 2020.


Hanya dalam tempo 8 hari, yakni pada tanggal 10 April 2020, penyebarannya
telah meluas di 34 provinsi di Indonesia. Sampai dengan Senin, 9 November
2020, atau 8 bulan setelah Covid-19 tersebut masuk ke dalam negeri, jumlah
kasus terpapar Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 440.569 kasus.

Pandemi membuat semua aktivitas seperti, bekerja, belajar, berolahraga


harus dilakukan dari rumah sebagai langkah pencegahan penularan virus corona.
Perkotaan sebagai pusat peradaban dan pusat ekonomi harus disiapkan agar ke
depan mampu menghadapi bencana alam maupun non alam.

Sebagai upaya pengendalian terhadap penyebaran Covid-19, pemerintah


menerapkan kebijakan pembatasan sosial. Salah satunya kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Covid-19. Kemudian, beleid itu diturunkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB.
Pada masa PSBB, masyarakat diimbau untuk tidak bepergian, kecuali jika
sangat diperlukan. Hal ini terutama berlaku di tempat-tempat umum yang
berpotensi menimbulkan keramaian seperti pusat perbelanjaan, transportasi
publik, tempat peribadatan, juga fasilitas kesehatan. Pada masa pembatasan ini,
fasilitas layanan kesehatan pun mengurangi layanan kesehatan pasien umum
(pasien non Covid-19) agar fokus dalam memberikan layanan pandemi COVID-
19 serta untuk mengurangi risiko penularan di fasilitas kesehatan.

Pandemi Covid-19 memang membawa berbagai perubahan dalam hidup


manusia. Mulai dari aktivitas seperti bekerja maupun kegiatan belajar yang
dilakukan di rumah, sejumlah rencana yang akhirnya harus dibatalkan, hingga
perubahan pola dan gaya hidup dengan lebih memprioritaskan kesehatan. Tentu,
gaya hidup seperti ini harus dipertahankan, apalagi sebentar lagi akan memasuki
hidup new normal.

Dengan diterapkannya new normal, masyarakat bisa kembali beraktivitas


termasuk bekerja seperti sedia kala namun tetap menerapkan protokol kesehatan.
Namun, menurut sebuah survei, 73 persen dari responden merasa khawatir akan
kemungkinan penyebaran penyakit, termasuk virus corona, saat kembali ke
rutinitas kerja seperti sedia kala.

Disisi lain pandemi corona diyakini bakal mengubah struktur kehidupan


masyarakat, termasuk dalam hal perencanaan tata ruang kota. Terlebih, segera
setelah pandemi ini berakhir, pihak terkait perlu menyiapkan perencanaan kota
yang lebih sehat guna mengantisipasi pandemi serupa terulang. Keterbatasan
bangunan dan ruang multifungsi yang dapat dijadikan sebagai tempat karantina
atau isolasi di tengah kawasan permukiman yang padat juga merupakan salah satu
contoh bagaimana ke depan ruang kota bisa lebih dipersiapkan untuk kondisi
krisis.

Kemudian, kapasitas dari pelaku kesehatan, institusi, dan masyarakat


diperlukan untuk tanggap sekaligus efisien dalam menjaga layanan rutin
kesehatan yang prima saat krisis. Hal ini bisa dilakukan dengan belajar dari
pengalaman krisis untuk menyesuaikan kapasitas dan ketangguhan pelayanan
kesehatan. Para perencana diminta tetap kritis dalam mengobservasi fenomena
dan dampak yang ada terutama untuk beberapa hal seperti dampak terhadap ruang
dan sifat keruangan kota dan wilayah.

Mewujudkan konsep kota sehat pasca pandemi membutuhkan dukungan


aspek sosial dan lingkungan, khususnya pemerintah (pusat dan daerah) dalam
mewujudkan konsep kota yang sehat bagi masyarakatnya melalui penyediaan
fasilitas publik dan pelayanan kesehatan yang memadai serta partisipasi
masyarakat dalam mendukung terlaksananya kota sehat yang ideal.

Pandemi Covid-19 belum usai, sementara kehidupan harus berlanjut. Kita


semakin terbiasa dengan lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan "baru". Walaupun
sebagian di antaranya bukan hal baru. Kebiasaan mencuci tangan, misalnya
merupakan hal wajib sebelum makan. Menggunakan masker dianjurkan saat
keluar rumah apalagi bepergian di daerah yang berpolusi. Di Jepang
menggunakan masker sudah menjadi budaya. Masker digunakan dalam
perjalanan, saat kerja dan bahkan saat berlibur.

Kondisi "normal baru" bisa dipahami melalui perubahan kesadaran dan


perilaku menerapkan protokol kesehatan saat menjalankan aktivitas sehari-hari.
Tidak hanya semasa pandemi Covid-19, juga pasca-pandemi. Kesadaran
pentingnya menjaga kesehatan dan imunitas menjadi pelajaran yang sangat baik
dari pandemi.

Bentuk normal baru itu sedang kita jalani. Suka tidak suka, mau tidak
mau. Banyak kebiasaan berubah. Menghindari jabatan tangan hingga berbicara di
jarak yang dekat. Sebelumnya, masker familier di ruang-ruang operasi atau di
tempat-tempat berdebu. Sekarang laris manis dipakai penjual ikan di pasar hingga
pada pertemuan pemimpin dunia.

Ada banyak perubahan dan penyesuaian cara hidup masyarakat selama


pandemi COVID-19 berlangsung, mulai dari cara bersosialisasi hingga konsumsi.
Adanya kebijakan, baik di daerah dengan pembatasan sosial berskala besar
(PSBB), kerja dari rumah, ataupun belajar dari rumah, secara langsung
menjadikan rumah sebagai pusat aktivitas selama pandemi dan mendorong
perubahan perilaku kita di rumah. 

Pandemi yang membatasi kebebasan aktivitas, namun selalu ada cara


untuk dapat terlibat nyata adalam menjaga kelestarian alam dan
lingkungan. Perubahan sikap dan gaya hidup dengan pengedepanan aspek
lingkungan, baik di level individu ataupun komunitas, tentu berdampak positif
pada pemenuhan hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


1.2.1 Bagaimana pengaruh COVID-19 terhadap pola kesehatan hidup
masyarakat ?

1.2.2 Bagaimana pemanfaatan tatanan wilayah di Kota Bandung pada masa


pandemi ?

1.2.3 Apakah new normal efektif bagi pola kesehatan hidup masyarakat ?

1.2.4 Bagaimana solusi yang baik dalam pemanfaatan sarana prasarana


pada tatanan wilayah dan lingkungan ?

1.2.5 Bagaimana pengembangan kota sehat dalam tatanan kenormalan


baru ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui pengaruh COVID-19 terhadap pola kesehatan hidup
masyarakat

1.3.2 Mengetahui manfaat yang didapatkan dari tatanan wilayah di Kota


Bandung pada masa pandemi
1.3.3 Mengetahui efektivitas new normal bagi pola kesehatan hidup
masyarakat

1.3.4 Mengetahui solusi yang baik dalam memanfaatkan sarana dan


prasarana pada tatanan wilayah dan lingkungan di masa pandemi

1.3.5 Mengetahui pengembangan kota sehat dalam tatanan kenormalan baru

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Menambah wawasan terhadap pola kesehatan dalam masa pandemi.

1.4.2 Agar masyarakat lebih bisa memanfaatkan sarana dan prasarana pada
tatanan wilyah dan lingkungan pada masa pandemi.

1.4.3 Mengetahui solusi terbaik dalam memanfaatkan tatanan wilayah dan


lingkungan pada masa pandemi.

1.4.4 Sebagai bentuk sumber dan sebagai bahan masukan kepada para
penulis lain untuk ikut menggali dan juga melakukan percobaan
(eksperimen) mengenai tatanan wilayah dan lingkungan di masa pandemi.

1.4.5 Sebagai syarat menyelesaikan tugas KTI Bahasa Indonesia.


Bab II
Landasan Teori

2.1 Pengaruh
2.1.1 Definisi Pengaruh
pengaruh/pe·nga·ruh/ n daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang (https://kbbi.web.id/pengaruh)

Pengaruh adalah daya yang timbul dari suatu (Orang/Benda) yang ikut
membentuk, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Daryanto (2002:484)

Pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan
juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa
yang ada sekelilingnya. Surakhmad (1982:7)

Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang dipengaruhi agar
bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak
demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan
motivasi yang mendorongnya”. Norman Barry:8

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang
maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan
berpengaruh terhadap orang lain. Poerwardaminta:731
Daftar Pustaka

Indonesia, CNN. 2020.


“Kisah Balik Pandemi Covid-19 di Indonesia” dalam
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201110123516-25-
568018/kilas-balik-pandemi-covid-19-di-indonesia.
Unknown. 2020.
“Pandemi Covid-19: Pertahankan Pola Hidup Bersih dan Sehat Sebagai
New Normal” dalam https://www.enervon.co.id/news/1102/pandemi-
covid-19-pertahankan-pola-hidup-bersih-dan-sehat-sebagai-new-normal/
Unknown. 2020.
“Ahli: Pandemi Corona Akan Mengubah Struktur Tata Ruang Kota”
dalam https://nasional.kontan.co.id/news/ahli-pandemi-corona-akan-
mengubah-struktur-tata-ruang-kota
Dwitarma, Jhon Kris. 2020.
“New Normal Dalam Membentuk Tatanan Lingkungan Baru” dalam
https://www.kompasiana.com/jhonkrisdwamaer/5f1d8e19097f360db55cec
b2/new-normal-dalam-membentuk-tata-lingkungan-baru

Anda mungkin juga menyukai