Kemuhammadiyaan
Dosen Pengampu:
Ahmad Nur Mahfuda M.Pd.I
Oleh Kelompok :
Dina Deltalia F 2010411199
Three Irama S S 2010411200
M. Iqbal 2010411196
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajrid dan Tajdid”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tajrid dan Tajdid.........................................................................................2
2.2 Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah.....................................................................2
2.3 Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah ..............................................................3
2.4 Makna Gerakan Keagamaan Kemuhammadiyaan.........................................................4
2.5 Gerakan Tajdid pada 1000 Tahun Kedua....................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................8
3.2 Saran..............................................................................................................................8
ii
PENDAHULUAN
BAB I
1
PEMBAHASAN
BAB II
2
a)Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat danbid’ah. Khurafat adala
h kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’andan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tu
a atau nenek moyang. Sedangkanbid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritu
al tetapipengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukandari ajaran Isl
am. Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil denganmenggunakan lafal Islam.
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam. Tajdid dalam
pandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemurnian (purifikasi) dan
dimensi peningkatan, pengembangan, modernisasi atau yang semakna dengan itu
(dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran
Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qu’ran dan As- Sunnah Ash-Shahihah
sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai
penafsiran, pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
a)Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat danbid’ah. Khurafat a
dalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’andan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan
orang tua atau nenek moyang. Sedangkanbid’ah biasanya muncul karena ingin memper
banyak ritual tetapipengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bu
kandari ajaran Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil denganmenggunakan la
fal Islam.
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam. Tajdid dalam
pandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemurnian (purifikasi) dan
dimensi peningkatan, pengembangan, modernisasi atau yang semakna dengan itu
(dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran
Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qu’ran dan As- Sunnah Ash-Shahihah
sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai
3
penafsiran, pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
organisasi Muhammadiyah adalah organisasi peregerakan. Daya juang para kader organisasi
dalam mendalami dunia dakwah demi tersebarnya syariat-syariat Islami merupakan sebuah
isyarat bahwa gerakan Muhammadiyah telah menembus batas tradisi dan budaya,
khususunya di Indonesia, tempat dimana organisasi ini berkembang dan mewujud.
Muhamadiyah sebenarnya telah menggagas tentang penguatan basis gerakan sejak awal
berdirinya, bahkan dalam Muktamar tahun 1970-an telah diputuskan untuk menggalang
jama’ah dan dakwah jamaah (GJDJ). Hanya saja gagasan tersebut belum maksimal
diimplemetasikan dalam aktivisme organisasi. Dalam konstitusi Muhammadiyah terdapat tiga
model gerakan Muhammadiyah; pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, kedua,
sebagai gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan ketiga, Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdid. Fokus kajian dalam pembahasan ini pada kajian yang pertaman yaitu
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan
pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah thoyyibah untuk memperkuat basis.
Kehadiran sebuah organisasi keagamaan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid ini,
dipandang sebagai suatu kemajuan besar di kalangan umat Islam di Indonesia. Ahmad
Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah menganggap bahwa tradisi keagamaan yang
sinkretis, kehidupan aqidah dan amaliah Islam yang sudah kabur, serta masih statisnya
pandangan hidup umat Islam terhadap ajaran dan dalam 55 perkembangan berikutnya,
organisasi ini telah mampu melakukan berbagai terobosan melalui berbagai amal usaha.
Berbagai terobosan yang dilakukan itu bertujuan untuk mencerahkan kehidupan umat dan
bangsa Indonesia ke arah peningkatan kualitas pemahaman terhadap Islam.
Muhammadiyah memposisikan diri sebagai oganisasi keagamaan dengan misi dakwah Islam
amar makruf nahi munkar. Untuk menguatkan posisi itu, maka dirumuskan Lima Pilar
Muhammadiyah, yaitu:
1) Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi aqidah Islam,
2) Muhammdiyah sebagai gerakan tajdid,
3) Muhammadiyah sebagai gerakan mobilisasi amal shaleh,
4) Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan (al-Tarbiyah),
5) Muhammadiyah sebagai gerakan non-politik praktis.
2.5 Makna Gerakan Keagamaan Kemuhammadiyaah
K.H. Ahmad Dahlan mempunyai pendapat, Islam yang masuk di Indonesia sangat berbeda
bahkan dianggap bertentangan dengan Islam yang dipahaminya. Agama islam adalah agama
yang diturunkan oleh Allah melalui para Nabi utusann-Nya. Jadi semua agama yang dibawa
oleh Nabi utusan Allah itulah yang disebut Agama Islam. Adapun agama Islam yang berlaku
4
sekarang ini adalah agama yang dibawa oleh utusan terakhir yang menyempurnakan agama
Islam yang dibawa oleh Nabi dan Utusan Allah yang dahulu. Nabi Muhammad merupakan
Nabi yang terakhir. Wujud agama Islam seluruhnya adalah berupa wahyu syari’at Allah.
Dalam teori perubahan sosial (sosial movement theory) sebuah pergerakan atau gerakan
selalu lahir memiliki makna “perubahan/change”, yakni kehadirannya untuk melakukan
perubahan tertentu baik yang evolusiner maupun yang revolusioner. Gerakan sosial
kemasyarakatan adalah suatu bentuk kolektif berkelanjutan yang mendorong atau
menghambat perubahan dalam masyarakat atau organisasi yang merupakan bagian dari
masyarakat tersebut (Turner dan Killian, 2000)
Menurut David A. Locher (2000), terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial (sosial
movement) dari bentuk perilaku kolektif lainnya, yaitu: (1) Organized, bahwa gerakan sosial
itu terorganisasi, sedangkan kebanyakan perilaku kolektif tidak terorganisasi baik pemimpin,
pengikut, maupun proses pergerakannya; (2) Delibrate, gerakan sosial itu direncanakan
dengan penuh pertimbangan dan perencanaan; (3) Enduring, gerakan sosial itu keberadaanya
untuk jangka waktu yang panjang hingga beberapa decade. Artinya sebuah gerakan sosial,
terlebih gerakan keagamaan memiliki karakter yang kuat untuk bergerak secara terorganisir,
terencana dan berkelanjutan sehingga tidak mudah tertelan zaman maupun badai tantangan
zaman berikutnya.
Dalam bangsa Indonesia terdapat berbagai gerakan keagamaan (Islam) seperti yang di
lakukan oleh petani Banten tahun 1988 yang sempat menimbulkan kecemasan pemerintah
Kolonial Belanda sebagaimana diteliti oleh Sartono Kartodirjo, merupakan contoh dari
gerakan militan walaupun berumur singkat. Di abad ke-20 muncullah Muhammadiyah.
Kebangkitan atau lahirnya Muhammadiyah merupakan bentuk dari revitalisasi Islam
Indonesia untuk perubahan yang bercorak pembaharuan yang disebut “revitalisme,
“moderenisme” dan “reformisme”. Semangat dasarnya adalah pergerakan untuk perubahan.
Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa, tetapi sebagai gerakan
islam. Selain terkena hukum pergerakan, Muhammadiyah dalam gerakannya terkait dengan
islam. Bergerak bukan asal bergerak, harus dilandasi, dibingkai, dan di arahkan dengan
Islam. Islam bukan sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi, mendasari,
mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Bukan
sekadar islam KTP, slogan dan simbolik belaka. Itulah Islam yang berkemajuan sebagaimana
yang menjadi semangat dasar gerakan Muhammadiyah dalam mengarungi perjalanan zaman.
Segolongan pelaku gerakan dakwah wajib untuk berorganisasi dan terorganisir agar memiliki
power yang lebih dalam menyebar nilai-nilai ke islaman yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Para pendahulu Muhammadiyah memaknainya dengan kaidah fiqhiyah “ma
layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib”. Artinya organisasi itu menjadi wajib adanya karena
keniscayaan dakwah memerlukan alat organisasi tersebut. Sisi lain, tujuan Muhammadiyah
adalah untuk mencetak ummat terbaik atau ummat yang unggul. Sebagaimana pokok pikiran
keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan, bahwa “organisasi adalah satu-satunya
alat atau cara perjuangan yang sebaik-baiknya”. Ciri-cirinya adalah: a) Muhammadiyah
adalah subjek atau pemimpin, dan masyarakat semuanya adalah objek atau yang
5
dipimpinnya; b) Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu dimuka dan militant; c)
Revolusioner; d0 mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan berwibawa; dan e)
Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat atau up to date (PP
Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, 200; 19-30).
Haedar Nashir (2010) menyebut, Muhammadiyah pada abad kedua menghadapi tantangan
yang tidak ringan. Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa berada pada pusaran dinamika
globalisasi yang membawa ideologi kapitalisme dan neoliberalisme global. Oleh karena itu,
Muhammadiyah perlu mengukuhkan diri sebagai gerakan tajdid sebagai ruh persyarikatan
sejak pertama berdiri.
Dalam penyataan pikiran Muhammadiyah Abad Kedua terkandung pikiran pikiran mendasar
tentang refleksi perjuangan gerakan islam ini selama satu abad sejak kelahiranya, pandangan
keislaman, wawasan kebangsaan dan kemanusiaan serta agenda gerakan Muhammadiyah.
Pada pandangan lainnya tentang wawasan kebangsaan dan kemanusiaan yang mengandung
isi tentang pandangan kebangsaan Muhammadiyah menegaskan komitmen tentang NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1995 serta konsisten dalam mengintegrasikan
keislaman dan keindonesiaan. Wawasan kemanusiaan, Muhammadiyah mengambil peran
dalam menegaskan pandangannya akan Kosmopolitanisme Islam, penyampaian pesan islam
sebagai rahmatan Lil Alamin.
Agenda Muhammadiyah pada abad kedua adalah menegaskan tekad dan usaha untuk terus
menerus menjadikan gerakannya sebagai Gerakan Pencerahan dengan misi membebaskan,
memberdayakan dan memajukan kehidupan.
Tajdid (pembaruan) yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak sekadar dalam konteks
pemikiran. Namun, selayaknya mewujud dalam sebuah laku (action) yang menjadi habitus
bagi semua.
Tajdid abad kedua ini seakan selaras dengan hadis Rasulullah., s.a.w. “Sesungguhnya pada
setiap penghujung seratus tahun, Allah akan mengutus untuk umat ini orang yang akan
memperbarui agama mereka (H.R. Abu Dawud no. 3740).
6
PENUTUP
BAB III
7
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam Muhammadiyah mengalami
perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam Muhammadiyah pada tataran praktis dan
gerakan aksi yang mengarah pada pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi terhadap
penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam. Model model Tajdid dalam Muhammadiyah
digolongkan dalam tiga bidang diantaranya:
(a) bidang keagarmaan yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan
kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi
dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh
kebiasan dan pemikiran tambahan lain.
(b) bidang pendidikan yaitu Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah
pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata dimana bidang pendidikan dipandang sangat
penting dalam penyebaran ajaran agama islam.
(c) bidang sosial masyarakat Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan
mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan
bukan secara individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya.
3.2 Saran
tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam Muhammadiyah memang perlu terus
dilakukan oleh kader–kader Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaran– ajaran agama
yang semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di masyarakat. Pola
kehidupan masyarakat modern yang memiliki budaya baru yang lebih bebas cenderung
melupakan ajaran – ajaran agama yang sebenarnya.