ENZIM 1
SIFAT DAN SUSUNAN AIR LIUR
Kelompok 10
Muhammad Fadli Farizal J3P212077
Raras Woro Suryandari J3P212076
Diah Wahyu Afifah
Pendahuluan
1
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik yang dilakukan
dalam laboratorium memerlukan suatu kondisi yang diperlukan oleh beberapa
faktor seperti suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat
berlangsung dengan baik. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik
dalam tubuh dikarenakan adanya katalis yang disebut enzim (Nelson 2004).
Enzim yang akan dibahas dalam laporan ini ialah enzim yang terdapat di
mulut yaitu air liur atau saliva. Dalam mulut makanan dihancurkan secara
mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk
besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Semakin lama mengunyah akan
semakin baik, sebab proses penghancuran lebih efektif.
Air liur atau saliva manusia α-amilase sering digunakan dalam percobaan
atau praktikum pada sekolah menengah atas dan perguruan tinggi untuk
mempermudah mahasiswa dalam mempelajari konsep aktivitas enzim (Marini,
2005). Alasannya karena mudah didapat, cepat, dan tidak mahal. Mahasiswa dapat
mempelajari pengaruh faktor lingkungan seperti temperatur, pH, konsentrasi
substrat, dan konsentrasi enzim terhadap reaksi enzim. Oleh karena itu,
mahasiswa dapat dengan mudah mempelajari biokimia enzim, aspek
fisiologisnya, serta penerapan bioteknologi dari enzim.
2
Tujuan Percobaan
Praktikum in bertujuan mengetahui sifat dan susunan air liur dan sifat
susunan getah lambung.
Prosedur Praktikum
Pada praktikum pertama sifat fisik dan susunan air liur, rongga mulut
praktikan dibersihkan dengan cara berkumur berkali-kali. Sepotong kertas saring
yang dibasahi sedikit asam asetat encer diletakkan dibawah lidah untuk
menstimulir produk air liur. Air liur praktikan dikumpulkan sampai 50 ml dan
disaring dengan kertas saring. Tabung reaksi di sediakan dan di isikan 1 ml air liur
kemudian thermometer di masukan ke dalam tabung reaksi untuk mengtahui suhu
dalam air liur.
3
Hasil Praktikum
Tabel 1 Uji Fisik
Uji Hasil Gambar
Suhu 31oC
Uji FF/PP Tidak Berwarna
Uji JM/NO Tidak Berwarna
pH Asam
Pembahasan
4
. Pengujian sifat fisik dan susunan air liur yang mengandung enzim
amilase dilakukan dengan beberapa uji, mulai dari mengukur suhu dalam air liur,
pengujian FF, dan MO untuk menguji sifatnya, serta uji musin, khlorida, sulfat,
dan posfat, dilakukan untuk mengetahui susunannya atau apa yang dikandungnya
Pengujian pengaruh suhu terhadap kerja enzim pada praktikum kali ini
bermaksud untuk mengetahui ketergantungan suhu terhadap aktifitas enzim selalu
asimetris. Pada beberapa suhu enzim akan tidak stabil dan aktivitasnya akan
hilang dengan perbedaan temperatur yang kecil sebagai hasil dari denaturasi.
Temperatur optimal dari enzim pada organisme tingkat tinggi bisa sekitar 500C
(Koolman 2005). Untuk α-amilase pada saliva sendiri, suhu optimalnya ialah
sekitar 370C-400C. Begitu pula pada suhu 250C enzim amilase ini akan tetap aktif,
sedangkan pada suhu 100C enzim akan inaktif, dan pada suhu 800C enzim akan
mengalami denaturasi.
Untuk pengujian lakmus ditunjukkan bahwa air liur atau saliva memiliki
sifat yang asam dengan tak adanya perubahan warna pada penambahan indikator
FF dan MO. Nilai pH dari saliva atau air liur adalah sekitar 6.4 sampai dengan 7.0
(Marini 2005). Dengan kata lain pH tersebut menunjukkan nilai pH yang asam.
5
Nilai pH berpengaruh pada aktivitas amilase air liur (Lehninger 1982).
Enzim amilase pada air liur bereaksi relatif singkat. Amilase bekerja optimal pada
pH sekitar 7.0 dan nilai pH dari saliva atau air liur normal adalah sekitar 6.4
sampai dengan 7.0 (Marini 2005). Amilase akan inaktif pada pH sekitar asam,
yakni pada nilai pH di bawah 4.0. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa
amilase tidak menghidrolisis pati pada nilai pH di bawah 4.0, serta nilai pH
optimum amilase bekerja adalah pada pH sekitar 7.0.
6
Simpulan
.
Daftar Pustaka
Cartono. 2004. Biologi Umum. Bandung: PRISMA PRESS.
Koolman J, KH Roehm. Color Atlas of Biochemistry 2nd Editions. New York:
Thieme Stuttgart.
Lehninger AL. 1982. Principle of Biochemistry. New York: Worth Publishers,
Inc.
Marini I. 2005. Discovering an Accessible Enzyme: Salivary α-Amylase. Vol.
33, No. 2, pp. 112–116, BIOCHEMISTRY AND MOLECULAR
BIOLOGY EDUCATION
Nelson DL, Lox MM. 2004. Lehningeer’s principle of biochemistry. 4th
Editions. New York: Worth Publishers, Inc.
Riawan S. 1990. Kimia Organik. Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta
Sulistyani, editor. 2006. Diktat Kuliah Biokimia Edisi Revisi. Bogor:
Departemen Biokimia FMIPA IPB.