DI SUSUN OLEH :
NIM : P07120121024
KELAS : A TINGKAT 1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat,inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagaisalah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman
bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A LatarBelakang Masalah...........................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup ......................................................................................................................3
D. Metode Penulisan ..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Pengertian Iman ....................................................................................................................4
B. Tanda-tanda Orang yang Beriman .........................................................................................6
C. Pengertian Taqwa ..................................................................................................................8
D. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan ...........................................................................9
E. Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan .................................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................22
A. Kesimpulan ........................................................................................................................22
B. Saran ...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang
sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai
arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan
masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami
untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami
bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
Keimanan dan Ketakwaan serta Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan,
untuk menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
D. Metode Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
وا إِ ْذBBظلَ ُمَ ًَّا هَّلِل ِ ۗ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذينBTُون هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحًب
ِ اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن د
ِ ََّو ِمنَ الن
ِ د ْال َع َذاBُ اب أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي
ب َ يَ َروْ نَ ْال َع َذ
Artinya :
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna
semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
وال عمل إال بنية،أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan
perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].
و التكلّمBB وه،انBBول اللسBB وق،ادBB وهو االعتق، قول القلب: والقول قسمان.حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل
،ةBBذه األربعBBإذا زالت هBB ف. وعمل الجوارح، وهو نيته وإخالصه، عمل القلب: والعمل قسمان.بكلمة اإلسالم
لم تنفع بقية األجزاء، وإذا زال تصديق القلب،زال اإليمان بكماله
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan
hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam
(mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati,
yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila
hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang
lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an,
mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan
dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan
yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan
rasulNya.
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-
Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:
2). Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah
masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4).
Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan
di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi
ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
(al-Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah
yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan
menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan
Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik
dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap
seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang
berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.
B. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka
taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang
muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan
menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan ini.
a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan
kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –
orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang
yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan
harta.
c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan
bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang
melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya
untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya
rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama
sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat
dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada
keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid
teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan
Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,
persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid
teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis.
Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan
pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang
berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan
hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu
masalah iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu. Berikut
adalah 20 cara agar manusia dapat meningkatkan iman dan taqwanya dalam
kehidupan.
1. Memperbaiki Shalat
Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan
memperbaiki shalat. Sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut “Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS Al Ankabut : 45)
2. Mentadaburi Al-Quran
Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan
mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan
Sehari-hari serta fungsi Al-quran bagi umat manusia.
Sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari
Tuhan semesta alam.”.
3. Berkumpul dengan Orang Shaleh
Salah satu cara meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan
orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita
akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah.
Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar
hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari luar.
4. Membaca Buku-Buku Islam
Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya
kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah.
Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau
orang berilmu secara benar lainnya.
5. Mempelajari Ilmu Pengetahuan
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah
tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang
bercahaya” (QS Al Hajj : 8)
Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah,
hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam
kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan
membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-
apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.
6. Mentadaburi Alam Semesta
Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi
alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas
ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT.
Hal ini juga disampaikan Allah dalam ( QS Fushilat ayat 37);
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah
Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”
7. Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan
ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan
ajaran lain tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita
akan mendapatkan bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang
paling baik dan sempurna dibandingkan dengan ajaran lainnya.
8. Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten
Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu,
merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan
didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah
puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat
puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu
sendiri. Semakin tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka
akan semakin tinggi pula kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam
dan kebermanfaatannya bagi diri kita.
9. Mencari Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah Allah
Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau
mencari informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang
bisa kita ambil dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan
merasakan bahagia karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh
Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk
itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai sebuah
perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah.
10. Melakukan Evaluasi Diri
Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih
dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu
manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk
mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah.
Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman dan taqwa tidak akan meningkat,
justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman dan taqwa jika
ingin meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan
sampai terperosok jurang kesesatan yang lebih dalam.
Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk
maka syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum
terpuruk, maka jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang
dibuat oleh setan untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga
disampaikan dalam ayat,
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-
kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan
bagi mereka azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177)
Semoga umat islam selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT sehingga bisa selamat dalam menjalankan hidup di dunia
dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk
merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila
memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah
laku.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah
iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-
NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan
merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya
orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran
Allah menurut sunnah rasul.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html
http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan/
https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/akhlaq/amalan-
shaleh/cara-meningkatkan-iman-dan-taqwa/amp?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16309011404613&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fdalamislam.com%2Fakhlaq%2Famalan-shaleh%2Fcara-meningkatkan-
iman-dan-taqwa