Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CARA MENINGKATKAN KEIMANAN DAN


KETAKWAAN

DOSEN : Dr. AYIP ROSIDI M,A

DI SUSUN OLEH :

NAMA : M. AKFA ZULPATONI

NIM : P07120121024

PRODI : D-III KEPERAWATAN

KELAS : A TINGKAT 1

POLTEKKES KEMENGKES MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat,inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagaisalah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman
bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini.
Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan
masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat
menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A LatarBelakang Masalah...........................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup ......................................................................................................................3
D. Metode Penulisan ..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Pengertian Iman ....................................................................................................................4
B. Tanda-tanda Orang yang Beriman .........................................................................................6
C. Pengertian Taqwa ..................................................................................................................8
D. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan ...........................................................................9
E. Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan .................................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................22
A. Kesimpulan ........................................................................................................................22
B. Saran ...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain


atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi
sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi
tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses
pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan
seseorang. Keimanan dan ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak
seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang
maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan
ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat
pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut
akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang
sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai
arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan
masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami
untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami
bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.
B. Tujuan Penulisan

1. Dapat memberikan pemahaman mengenai pengertian Keimanan dan


Ketakwaan

2. Dapat Memeberikan Pemahaman Tentang Tanda-Tanda Orang Yang Beriman

3. Memahami Tentang koresasi Keimanan dan Ketakwaan

4. Memahami Cara Meningkatkan Keimanan keimanan dan Ketakwaan

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
Keimanan dan Ketakwaan serta Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan,
untuk menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dwngan


menggunakan metode pustaka yaitu berupa mencari dan mengumpulkan beberapa
sumber Internet maupun buku yang mengenai informasi seputar Keimanan dan
Ketakwaan,serta Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan


demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata
kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti
percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang
percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun
dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa)
kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu
disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati
manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi
Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat - 165 :

‫وا إِ ْذ‬BB‫ظلَ ُم‬َ َ‫ًّا هَّلِل ِ ۗ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذين‬BT‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحًب‬
ِ ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن د‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫د ْال َع َذا‬Bُ ‫اب أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬ َ ‫يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬

Artinya :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati,
ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan
sikap hidup atau gaya hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

1) Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬

“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna
semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].

An-Nawawiy menukil perkataannya :

‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬

“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].

2) Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan
perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].

3) Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :

‫و التكلّم‬BB‫ وه‬،‫ان‬BB‫ول اللس‬BB‫ وق‬،‫اد‬BB‫ وهو االعتق‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
،‫ة‬BB‫ذه األربع‬BB‫إذا زالت ه‬BB‫ ف‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫بكلمة اإلسالم‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫ وإذا زال تصديق القلب‬،‫زال اإليمان بكماله‬

“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan
hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam
(mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati,
yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila
hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang
lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].

Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an,
mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan
dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan
yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan
rasulNya.

B. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-
Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:
2). Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah
masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4).
Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan
di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi
ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
(al-Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah
yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan
menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan
Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik
dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap
seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang
berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi


kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman
sebagai berikut:

1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.


2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan
dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi
resiko, bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto Suryana
AF, et.al, 1996 : 69).

B. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka
taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang
muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan
menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan ini.

Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan


kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan
kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –
orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang
yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan
harta.
c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

C. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan
bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang
melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya
untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya
rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama
sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat
dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada
keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid
teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan
Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,
persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid
teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis.
Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan
pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang
berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan
hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman


kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan
dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara
sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,


konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan
percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.

D. Cara Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan

Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu
masalah iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu. Berikut
adalah 20 cara agar manusia dapat meningkatkan iman dan taqwanya dalam
kehidupan.
1. Memperbaiki Shalat
Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan
memperbaiki shalat. Sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut “Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”  (QS Al Ankabut : 45)
2. Mentadaburi Al-Quran
Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan
mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan
Sehari-hari serta fungsi Al-quran bagi umat manusia.
Sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari
Tuhan semesta alam.”.
3. Berkumpul dengan Orang Shaleh
Salah satu cara meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan
orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita
akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah.
Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar
hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari luar.
4. Membaca Buku-Buku Islam
Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya
kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah.
Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau
orang berilmu secara benar lainnya. 
5. Mempelajari Ilmu Pengetahuan
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah
tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang
bercahaya” (QS Al Hajj : 8)
Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah,
hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam
kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan
membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-
apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.
6. Mentadaburi Alam Semesta
Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi
alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas
ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT.
Hal ini juga disampaikan Allah dalam ( QS Fushilat ayat 37); 
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah
Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”
7. Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan
ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan
ajaran lain tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita
akan mendapatkan bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang
paling baik dan sempurna dibandingkan dengan ajaran lainnya.
8. Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten
Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu,
merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan
didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah
puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat
puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu
sendiri. Semakin tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka
akan semakin tinggi pula kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam
dan kebermanfaatannya bagi diri kita.
9. Mencari Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah Allah
Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau
mencari informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang
bisa kita ambil dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan
merasakan bahagia karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh
Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk
itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai sebuah
perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah.
10. Melakukan Evaluasi Diri
Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih
dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu
manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk
mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah.

11. Menjauhi Lingkungan yang Buruk


Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala
kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai
kekuatan iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang
harus tetap berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin
memburuk. Akan tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita
harus bersikap eksklusif sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia
lainnya. Allah sendiri menyuruh kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar
tercitrakan islam yang baik di masyarakat.
12. Tidak Terlena dengan Kehidupan Dunia
Dunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya
hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan
ketaqwaan dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena
dengan kehidupan dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga
lupa dengan Allah dan perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi
apapun agar tidak terjebak pada urusan duniawi semata.
13. Mengikuti Majelis Ilmu
Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita
bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan
juga pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri
kita semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu
islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin
hadir dalam diri kita.
Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11).

14. Menjauhi Stimulus Kemaksiatan


Menjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Jauhi kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak
ingin dihampiri oleh kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah
harus kita hindari.
15. Mengasah Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan
hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS Ar-Rum : 24)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah
hanya akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar.
16. Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh
Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan
rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa
tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa
membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak.
17. Memperbanyak Dzikir
Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu
dalam bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir
mengingat Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat
segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah
ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan
mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Allah.
18. Melakukan Hiburan yang Bermanfaat
Setiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada
salahnya selagi hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan
keimanan bisa dengan kita melakukan hiburan yang bermanfaat dan
menjalankan hiburan tanpa harus meninggalkan perintah Allah SWT.

19. Mengikuti Sunnah Rasul


“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami
dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)
Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara
yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul
atau apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan
menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul
tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana
Rasulullah.
20. Menikmati Hidup yang Allah Berikan
Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan
oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan
mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh
syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini
tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.
Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan
kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di
dalamnya terdapat nikmat yang nyata” (QS Adh Dhukan : 33)
21. Kunci Meningkatkan Iman dan Taqwa
Kunci dari semua jalan meningkatkan iman dan taqwa adalah menjalankan
semuanya secara bertahap, konsisten, sungguh-sungguh, niat yang lurus dan
selalu berusaha untuk mencari lingkungan atau proses kondisi diri yang baik.
Bagaimanapun juga manusia memiliki kelemahan dan semua itu harus dicoba
dengan pengondisian eksternal.

Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman dan taqwa tidak akan meningkat,
justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman dan taqwa jika
ingin meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan
sampai terperosok jurang kesesatan yang lebih dalam.
Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk
maka syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum
terpuruk, maka jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang
dibuat oleh setan untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga
disampaikan dalam ayat,
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-
kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan
bagi mereka azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177)
Semoga umat islam selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT sehingga bisa selamat dalam menjalankan hidup di dunia
dan akhirat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk
merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila
memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah
laku.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah
iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-
NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan
merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya
orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran
Allah menurut sunnah rasul.

B. Saran

Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam


dirinya meningkat. Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa
terjaga. Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak
mengalami kesesatan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html

http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan/

https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/akhlaq/amalan-
shaleh/cara-meningkatkan-iman-dan-taqwa/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16309011404613&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fdalamislam.com%2Fakhlaq%2Famalan-shaleh%2Fcara-meningkatkan-
iman-dan-taqwa

Anda mungkin juga menyukai