Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan
Disusun oleh :
M. Fahmi Idrus
(NIM. P3.73.20.1.19.019)
Kelompok 3/ 3 Reguler A
Dosen Pembimbing :
Indriana Rakhmawati, S.Kp. M.Si. MTD(HE)
B. RENTANG RESPON
Keterangan:
a. Pola perawatan diri seimbang: Saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri, kadang tidak: Saat klien mendapatkan stressor, kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.
C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah
sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami stress (Stuart, 2013).
a. Biologis: disebabkan karena adanya penyakit fisik, kronis dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan adanya
faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
b. Psikologis: dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
c. Sosial: Kurangnya dukungan sosial, situasi dan kurang kemampuan dari
lingkungan mengakibatkan penurunan kemampuan dan tidak ada motivasi
untuk perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor pencetus dan terjadinya gangguan jiwa pada
seseorang untuk kali yang pertama. Menurut Depkes (2007) faktor yang
mempengaruhi personal higiene adalah:
E. MEKANISME KOPING
Menurut Stuart & Sundeen (2002), mekanisme koping berdasarkan penggolongannya
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memnuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
G. JENIS-JENIS
Menurut Herdman (2015) jenis perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: Mandi; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: Makan; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan eliminasi sendiri.
H. SUMBER KOPING
Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat
menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga. Sumber daya
keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan keuangan,
ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang
berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi. Proses
penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat berlangsung
mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
1. Disonansi kognitif
Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk
menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilih
kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.
2. Pencapaian wawasan
Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap
kenyataan yang dapat dipercaya.
3. Kognitif yang konstan
Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang normal dan
kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan
sekolah dan bekerja.
4. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan
harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan
jiwa.
I. POHON MASALAH
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
dan melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan
yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri
yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat
melakukan tahapan tindakan berikut.
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
2) Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien
laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki
diantaranya, berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Untuk pasien
perempuan yang dapat dilakukan adalah berpakaian, menyisir rambut,
dan berhias.
3) Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai
berikut.
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan.
d) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
4) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
a) Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.
Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar
keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan
pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda
lakukan antara lain sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang
telah disepakati).
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku panjang dan
hitam. Pakaian kotor, tidak bercukur, bab/bak disembarang tepat.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubngan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Memasukkan kedalam jadwal latihan
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik: “Selamat pagi, ibu. Perkenalkan nama saya Siti Wardah. Saya
biasa dipanggil siti . Saya perawat yang menjaga ibu pagi ini. Nama ibu siapa?
Biasa dipanggil siapa.”
b. Evaluasi/Validasi: Bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu pagi ini sudah mandi?
Sudah berganti baju? Menurut ibu, apa ibu cukup bersih sekarang?”.
c. Kontrak
Topik : Ibu, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang pentingnya
kebersihan ibu
Waktu : Mau berapa lama, ibu? Bagaimana kalau 15 menit?
Tempat : Mau dimana kita berbincang-bincang/ bagaimana kalau diruang tamu?
a. Tujuan : Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2. KERJA:
“Menurut ibu, berapa kali sebaiknya ibu mandi sehari? Kenapa ibu perlu mandi 2
kali? Kalau ibu mandi, ibu menggunakan sabun tidak? Ya betul, selain wangi, sabun
juga membersihkan badan kita dari kotoran dan membunuh kuman yang ada
ditubuh ibu.”
“Kalau habis mandi, ibu perlu memakai baju tidak? Betul. Pinter sekali ibu. Habis
mandi, kita perlu mengganti dan memakai baju yang bersih supaya badan kita tetap
sehat. Ibu tahu bagaimana cara mandi? Coba ceritakan. Hebat. Sekarang coba
ceritakan bagaimana cara menggosok gigi. Betul.”
“Nah sekarang coba ibu praktekan bagaimana cara mandi dan gosok gigi, ya.
Jangan lupa siapkan baju ganti, sikat, pasta gigi, sabun, dan juga handuknya ya.”
“Sekarang coba ibu mandi. Saya tunggu disini.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
pentingnya kebersihan?
Obyektif : Coba ibu sebutkan apa saja keuntungan bila ibu membersihkan
diri? Bagaimana perasaan nya?
Rencana Tindak Lanjut: Nah, sekarang kita masukkan dijadwal ya bu. Sehari ibu
harus mandi dua kali, pagi jam 6 dan sore jam 4, ya bu.”
b. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi besok. Kita
berbincangbincang bagaimana cara-cara berhias
Waktu : Mau jam berapa ibu? Mau berapa menit? Baiklah, besok jam 10 kita
ketemu lagi ya bu.
Tempat : Mau dimana kita berbincang-bincang?
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Medication Jogja.
Stuart, G. W.dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.