Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN DISKUSI 2

MATA KULIAH EKONOMI MONETER


NAMA : FARIS RAHMAN AL-BANTANI

NIM : 042902212

1. Bank sebagai subyek hukum dapat menyertakan modal pada perusahaan asuransi.
Penyertaan modal yang dilakukan oleh bank tersebut, menjadikan kedudukan bank
sebagai pemegang saham dalam perusahaan asuransi yang bersangkutan. Sebagai
pemegang saham, wewenang bank hanya terbatas pada hadir dalam RUPS, dan turut
memberikan suara dalam memutuskan kegiatan pengurusan, yang bersifat beschikking,
seperti yang dirumuskan dalam pasal 88 UUPT. Bank tidak memutuskan, atau bahkan
sekalipun melakukan kegiatan pengurusan yang bersifat beheren. Dengan demikian,
dalam sehari-harinya, bank sama sekali tidak melakukan kegiatan asuransi. Dalam
Undang-Undang Perbankan dirumuskan bahwa, “bank dilarang melakukan kegiatan
perasuransian”. Larangan tersebut diartikan untuk “kegiatan usaha asuransi”, bukan
untuk “kegiatan usaha penunjang asuransi”. Hal ini mengingat bank tidak memberikan
jasa penanggungan suatu resiko terhadap suatu “peristiwa tidak pasti”. Dalam melakukan
pemasaran dan pendistribusian produk asuransi, bank bertindak selaku “Agen Penjual”
produk dari perusahaan asuransi, yang disertakan dalam produk bank yang bersangkutan.
Dengan kata lain bank bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi, berdasarkan
perjanjian pemberian kuasa yang diatur dalam pasal 1792 KUH Perdata. Dalam
perjanjian pemberian kuasa tersebut, bank hanya memasarkan produk dari perusahaan
asuransi, sedangkan untuk perbuatan hukum lainnya yang berkaitan dengan
penanggungan resiko, merupakan tanggung jawab dari perusahaan asuransi terkait. Bank
tidak melakukan kegiatan asuransi, bank hanya sebagai agen penjual, yang berfungsi
memasarkan dan mendiistribusikan produk dari perusahaan asuransi. Untuk melindungi
dirinya, khususnya dalam penyaluran kredit konsumsi, bank menggunakan pasal 1317
KUH Perdata jo. pasal 264 KUH Dagang. Berdasarkan dari pasal tersebut maka dalam
hal terjadi kerugian pada obyek jaminan, sebagai akibat “peristiwa tidak pasti”, bank
memperoleh hak klaim terhadap kerugian yang timbul.

2. Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Menurut Ibu Kusumaningtuti, OJK memiliki peran strategis dalam mengoptimalkan


berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan untuk mendorong pemulihan ekonomi
nasional melalui penguatan peran sektor jasa keuangan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,


institusi ini memiliki peran penting dalam kegiatan di sektor jasa keuangan berupa
pengawasan secara independen dan akuntabel dengan cakupan sangat luas, mencakup
pengaturan dan pengawasan secara microprudential.

Sementara Wimboh mengatakan, menghadapi masa Pandemi koordinasi kebijakan akan


terus diperkuat bersama KSSK, Kementerian/Lembaga, industri jasa keuangan serta
dunia usaha untuk mendorong sektor riil terus bergerak menjalankan roda perekonomian
dengan tetap menjaga stabilitas sektor keuangan.

OJK mendukung berbagai kebijakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank


Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam mempercepat pemulihan
ekonomi nasional.

Berbagai kebijakan stimulus dikeluarkan OJK di masa pandemi Covid 19 ini sejalan
dengan upaya Pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. OJK sudah
mengeluarkan 11 kebijakan stimulus di industri perbankan, pasar modal dan industri
keuangan non bank.

Kebijakan stimulus yang telah dikeluarkan OJK antara lain kebijakan terkait
restrukturisasi kredit perbankan dan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan yang diatur
melalui POJK 11/2020 dan POJK 14/2020.

OJK sudah mengeluarkan sebelas kebijakan stimulus pada cakupan yang luas meliputi
industri perbankan, pasar modal dan industri keuangan non bank. Hal ini dimaksudkan
untuk dapat menggerakkan roda perekonomian dengan memberikan daya dukung bagi
sektor riil. 

Salah satu kebijakan besar yang telah dikeluarkan OJK sejak 16 Maret 2020 yaitu
program restrukturisasi kredit perbankan, hingga 20 Juli telah mencapai nilai Rp 784,36
triliun dari Rp6,73 juta debitur. Hal ini semata bertujuan membantu perekonomian yang
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan pemangku kepentingan
terkait.  

Dalam pemaparannya, Wimboh menyebut, kebijakan stimulus tersebut selain untuk


menjaga stabilitas sektor jasa keuangan juga berfungsi untuk menempatkan industri jasa
keuangan menjadi katalis dalam menggerakkan roda perekonomian dengan memberikan
daya dukung bagi sektor riil.

SUMBER : BMP ESPA4227 & http://ibs.ac.id/peran-sektor-jasa-keuangan-dalam-


pemulihan-ekonomi-nasional/

Anda mungkin juga menyukai