Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

N
DENGAN PRIORITAS MASALAH KEBUTUHAN DASAR DENGAN
GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN : NYERI
PADA KASUS COLIC ABDOMEN DI RSI MASYITOH BANGIL

Disusun Oleh :

Putri Naila Zamrudiyah

 (P17220191003)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG
2021
1. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN
 Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang
keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya
(Mc. Coffery, 1979)
 Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa rangsangan (Arthur C. Curton,1983).
 Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul,2006)

1.2 TEORI NYERI


 The Specificity theory (Teori Spesifik)
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan
pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik,
rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang
dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke
spesifik pusat nyeri di talamus (Asmadi, 2008).

 The Intensity Theory (Teori Intensitas)


Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat (Asmadi, 2008).

 The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)


Teori ini menjelaskan tentang transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung
pada aktivitas seraf saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat
mempengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas seraf yang
berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”,
sedangkan seraf saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi
yang artinya “pintu dibuka” (Asmadi, 2008).
1.3 KLASIFIKASI NYERI
A. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang
singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6
bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih
kembali (Prasetyo, 2010).

2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap
sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas
yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery,
1986 dalam Potter &Perry, 2005).

B. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal


1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini
dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang,
sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang
di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit
diobati (Andarmoyo, 2013).
C. Klisifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri
biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau
laserasi.

2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat
difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa
tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom.
Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi
terbakar seperti pada ulkus lambung.

3) Nyeri Alih (Referred pain)


Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna
banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa
di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dandapat terasa dengan
berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri
alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke
selangkangan.

4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat
awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri
punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur
disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf
skiatik.
 
1.4 ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
reseptor nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor
nyeri bradikinin merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung
saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan
merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada
reseptor karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan
iskemia jaringan

1.5 PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-
ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti
histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal
melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal
horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)
atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate
ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk
dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor
impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls
supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn
ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)

1.6 TANDA DAN GEJALA


 Gangguan tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi, frustasi

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a.   Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b.   Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c.    Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.   Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak

1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS


1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
keridakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2 Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik
berikut ini
 Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru –
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan
otot – otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal
yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman,
tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3 Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat
ini memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan
cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung
tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri karena
informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan
mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam
menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari
yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiate
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
4. Pemberian stimulator listrik
Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus
yang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan
beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang
diimplan dibawah kulit dengantransistor timah penerima yang
dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit
intraclavicula atau abdomen, yaitu electrode ditanam melalui
pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang
1.9 PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan Tumor
dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Penekanan
Blok pada arteri Kerusakan sel
pada
Kerusakan coronary
jaringan
Pemekaan reseptor
Pelepasan mediator pada reseptor nyeri iritasi
nyeri (Histamin, nyeri bradikinin
bradikinin, pada ujung –
Merangsang prostaglandin, ujung saraf
thermo
serotonin, ion
sensitive
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nafsu makan Nyeri pada Gangguan rasa nyaman


Ansietas Intoleransi
menurun ekstrimitas aktivitas
Gangguan pola tidur
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
KEBUTUHAN DASAR NYERI

2.1 PENGKAJIAN

Pengkajian untuk gangguan rasa nyaman nyeri meliputi pengkajian tentang


bagaimana klien merasakan nyeri.

1. Intensitas nyeri. Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri


pada skala verbal (misal, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau
sangat hebat) atau perawat memberikan skala nyeri dari 0-10, dimana
skala nyeri menurut hayward : 0 = tidak nyeri,1-3 = nyeri ringan, 4-6 =
nyeri sedang, 7-9 = sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan
aktivitas yang biasa dilakukan, 10 = Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
(Smeltzer & Bare, 2001).
2. Karakteristik nyeri. Menggunakan metode PQRST, P
(Provocative) dimana perawat mengkaji tentang penyebab atau
stimulus-stimulus nyeri pada klien. Q (Quality) perawat mengkaji
tentang kualitas nyeri misal, nyeri seperti di tusuk, seperti terbakar,
sakit, nyeri seperti digencet. R (Region) lokasi nyeri, apakah klien
merasakan nyeri di satu titik atau menyebar. S (Severity) tingkat
keparahan nyeri, perawat meminta klien menggambarkan nyeri
yang dirasakan apakah ringan , sedang atau berat. T (Time)
perawat menanyakan pada klien untuk menentukan awitan, durasi,
dan rangkaian nyeri (Prasetyo, 2010).
3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya, gerakan, kurang
bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan sebagainya).
Dan apa yangdipercaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya.
Banyak orang yang mempunyai ide-ide tertentu tentang apa yang akan
menghilangkan nyerinya. Perilaku ini sering didasarkan pada pengalaman
atau trial and error (Smeltzer & Bare, 2001).
4. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya, tidur,
nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik,
bekerja dan aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan
ansietas dan nyeri kronis dengan depresi (Smeltzer & Bare, 2001).
5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai
masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap
peran dan perubahan citra diri (Smeltzer & Bare, 2001).
6. Macam skala nyeri
1)      Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya
rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan
pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini ,
dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan
keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang
sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2)      Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa
bebas mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan
sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk
"mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak
usia 3 (tiga) tahun.

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan
suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan
produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh,
warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
 Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas
bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna,
dan pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.

2.2 ANALISA DATA


(Wilkinson, 2011)
a. Data Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat.
b. Data Objektif
- Posisi untuk menghindar nyeri

- Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenaga


sampai kaku) Respons autinomik (misalnya, diaforesis, perubahan
tekanan darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku ekspresi (misalnya, gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela
nafas panjang)
- wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Berfokus pasa diri sendiri
- Gangguan pola tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak
teratur atau tidak menentu dan menyeringai)

2.3 RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang dapat terjadi pada masalah nyeri
(Wilkinson, 2011) adalah:

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan :

− Kontrol nyeri yang tidak adekuat

− Nyeri abdomen epigastric region


2. Ansietas (Cemas) berhubungan dengan :

− Perubahan status kesehatan

3. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :

− Nyeri abdomen epigastric region


Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus lokasinya (mis,
nyeri pada pergelangan tangan kanan). Lebih lanjut, karena nyeri dapat
mempengaruhi banyak aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut
dapat pula menjadi etiologi untuk diagnosis keperawatan lain.

2.4 RENCANA KEPERAWATAN

(Wilkinson, 2011)

1. Nyeri kronik Berhubungan dengan:

− Kontrol nyeri yang tidak adekuat

− Distensi abdomen : peradangan rongga selaput perut

 Tujuan :
− Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
misalnya mengenalin awitan nyeri.
− Menunjukkan tingkat nyeri yang dibuktikan oleh indikator : ekspresi
nyeri pada wajah, gelisah, durasi nyeri.
− Nyeri teratasi/terkontrol

 Kriteria Hasil
− Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.
− Metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.
− Skala nyeri 0-2.
− Ekspresi wajah klien rileks.

 Intervensi dan rasional :

Mandiri

− Gunakan laporan dari klien sendiri sebagai pilihan pertama


untuk mengumpulkan informasi pengkajian.

Rasional : Perawat dapat mengidentifikasi nyeri.

− Dalam mengkaji nyeri, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan klien.

Rasional : Klien mengerti cara penyampaian nyeri yang dirasakan.

− Bantu klien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif, seperti,


distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan


koping klien dengan memfokuskan perhatian.

− Bantu klien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape,
dan interaksi pengunjung.

Rasional : Klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.


Kolaborasi

− Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi berat.

Rasional : Mengurangi intensitas nyeri klien

− Pemberian terapi analgetik sesuai indikasi Rasional : Meredakan nyeri klien.

Penyuluhan Kesehatan

− Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri


dan tawarkan strategi koping yang disarankan.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang nyeri

− Manajemen nyeri (NIC) : Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab


nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang nyeri.

2. Ansietas (Cemas)

Berhubungan dengan :

− Perubahan status kesehatan

 Tujuan :

 Gelisah pasien berkurang


 Mengatakan takut dan gugup berkurang
 Tidak nampak gemetar

 Rencana tindakan

a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.


b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang,
kurang kontak mata.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

Rasional
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik.
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien
akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai
status panik.
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan
kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman
menakutkan menjadi seorang diri.
3. Gangguan pola tidur

Berhubungan dengan :

− Nyeri abdomen epigastric region

 Tujuan :

− Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam

− Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.

 Kriteria hasil:

− Pola tidur 6-8 jam setiap malam.

− Lebih rileks dan segar.

 Intervensi dan rasional :

Mandiri

− Lakukan kajian masalah gangguan tidur klien, karakteristik, dan penyebab


kurang tidur.
Rasional : Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
perawatan.
− Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti jam 9 malam sesuai dengan
pola tidur klien.

Rasional : Mengatur pola tidur.

− Lakukan mandi air hangat sebelum tidur.

Rasional : Meningkatkan tidur.

− Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

Rasional : Meningkatkan tidur.

− Berikan susu hangat sebelum tidur.

Rasional : Meningkatkan tidur.

− Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.

Rasional : Meningkatkan tidur.

− Bunyi telfon, alarm dikecilkan.

Rasional : Mengurangi gangguan tidur.

− Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedatif setengah jam sebelum tidur.

Rasional : Mengurangi gangguan tidur.

2.5 IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan kegiatan dari tahap proses keperawatan,

implementasi mencakup empat aspek yaitu observasi, tindakan mandiri,

health education (HE), dan kolaborasi. Implementasi yang dilaksanakan

sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan situasi

dan kondisi klien.


2.6 EVALUASI

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis teratasi.

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri abdomen epigastric

region teratasi

c. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengan perubahan status

kesehatan teratasi
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
 Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
 Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
 Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
 Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition &
classification 2012- 2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
 Alimul, A. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
 Andarmoyo, S. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
 Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
 Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-BedahEdisi 8 Vol.2.
Jakarta: EGC Davey. P . 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa:
Rahmalia. A,dkk. Jakarta: Erlangga
 David, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku
kedokteran. EGC.
 Grace &Borley. 2008. At a Glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama
 Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol 1 edisi 4.
Jakarta: EGC. Prasetyo, S . 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri
edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai