Anda di halaman 1dari 10

Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

PENGARUH MEDIA SOSIAL FACEBOOK TERHADAP PENYEBARAN


BERITA HOAX DI INTERNET
Dibuat oleh: Martina Jiu
Email: tinajiu2@gmail.com

ABSTRAK
Facebook merupakan media sosial terpopuler saat ini dengan jumlah pengakses
mencapai 1,84 Miliar per harinya. Akan tetapi, hal ini juga diiringi dengan penyebaran
hoax terbesar di media sosial lingkup dunia ada pada Facebook. Oleh karena itu,
diperlukan suatu gagasan yang dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Karya
Ilmiah ini bertujuan untuk (1) Mengetahui penyebab tingginya penyebaran hoax di
Facebook, (2) Mengetahui upaya pencegahan hoax di Facebook, dan (3) Mengetahui
etika menggunakan media sosial yang baik. Metode yang digunakan adalah
pengumpulan data dari sumber terpercaya dan dipadukan dengan gagasan penulis.
Kesimpulan yang didapat yaitu menurut survei DailySocial, penyebab tingginya angka
penyebaran hoax di Facebook yaitu sebanyak 4,48 persen responded hanya membaca
judul, dan 22,39 persen responded merasa acuh terhadap kebenaran berita. Dari segi
rantai penyebaran, sebanyak 77,76 persen responded akan langsung membagikan ulang
konten jika dirasa penting. Upaya pencegahan tingginya penyebaran hoax telah
dilakukan Facebook sejak tahun 2015 seperti mengubah algoritma news feed,
mengharamkan click-bait, dan tidak mengizinkan iklan negatif. Selebihnya pengguna
media sosial harus cermat dalam memilah berita, setidaknya lakukan literasi media guna
memastikan kebenarannya. Penting bagi pengguna media sosial untuk memahami etika
bersosial media, diantaranya jejak digital, jangan sebarkan kebencian/perkataan
kasar/berita hoax, perhatikan reaksi yang ditimbulkan, dan perhatikan waktu akses.

Kata Kunci: Facebook, hoax, media sosial, berita

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak hal yang dapat dilakukan hanya
dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi internet. Seperti sesuatu yang sudah
sangat melekat di kehidupan manusia, internet dapat dijadikan sebagai sarana
memperluas ruang pertemanan, sebagai media hiburan semua kalangan, sebagai strategi

1
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

yang sangat efektif untuk menyukseskan bisnis atau usaha, sebagai penunjang proses
pelaksanaan sistem akademik, dan sumber beragam wawasan ilmu dan pengetahuan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari situs www.tekno.kompas.com menyatakan
bahwa pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2021 telah mencapai 202,6 juta
jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan dengan awal
tahun 2020 lalu. Sedangkan total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah
274,9 juta jiwa. Dengan demikian, artinya penetrasi internet di Indonesia pada awal
tahun 2021 mencapai 73,7 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
pengguna internet dari tahun ke tahun selalu meningkat cukup signifikan. Sayangnya,
pertumbuhan pengguna internet juga diiringi dengan meningkatnya peristiwa
penyebaran berita palsu atau yang disebut hoax. Pihak penyebar hoax memiliki tujuan
yang salah satunya untuk menggiring opini masyarakat, kemudian membentuk pola
pikir dan pandangan yang salah terhadap suatu informasi yang sebenarnya. Setidaknya
terdapat empat bahaya yang akan ditimbulkan dari berita hoax yaitu hoax membuang
waktu dan uang, hoax menjadi pengalih isu, hoax sebagai sarana penipuan publik, dan
hoax sebagai pemicu kepanikan publik (Bramy Biantoro, 2016).
Salah satu penyebaran hoax di internet yaitu melalui media sosial. Pengertian dari
media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna untuk
mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi
dengan penggunya lain, dan membentuk ikatan sosial virtual (Nasrullah dan Primbada.
2015). Beberapa contoh media sosial yang saat ini banyak digunakan masyarakat
Indonesia diantaranya Instagram, LINE, Facebook, dan Twitter. Berdasarkan hasil
survei tentang wabah hoax Nasional yang dilakukan oleh Mastel (2017), didapatkan
hasil bahwa channel atau saluran penyebaran berita atau informasi yang berisi konten
hoax tertinggi adalah dari media sosial berupa Facebook dengan persentase sebesar
92,40%, aplikasi chatting 62,8%, dan situs web 34,9%.
Hasil penelitian yang mengatakan Facebook sebagai media sosial paling tinggi
dalam penyebaran berita hoax semakin diyakini benar adanya, hal ini didukung oleh
informasi yang disampaikan Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) melalui CNN Indonesia pada 8 April 2020, Johnny G. Plate selaku
Menteri Kominfo menyatakan bahwa dari total 1096 isu hoax tentang wabah Covid-19
di media sosial, Facebook menempati penyebaran hoax terbanyak pertama dengan 759

2
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

isu, disusul Twitter dengan 321 isu, Instagram dengan 10 isu, dan Youtube dengan 6
isu. Hal ini seharusnya tidak perlu dilakukan, mengingat Covid-19 merupakan wabah
dunia dan seharusnya masyarakat cukup mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan
imbauan Pemerintah.
Eksistensi Facebook sebagai media sosial yang paling tinggi tingkat penyebaran
hoax tidak hanya berlaku di Indonesia. Berdasarkan berita yang dipublikasikan oleh
www.liputan6.com pada 14 Oktober 2020, International Center for Journalists (ICFJ)
dan Tow Center for Digital Journalism di Colombia University menyimpulkan bahwa
hoax paling banyak menyebar di Facebook. Sebanyak 88 persen jurnalis melaporkan
bahwa mereka banyak menemukan hoax dan disinformasi di Facebook. Disusul
Whatsapp, Instagram, Twitter, dan Youtube.
Akhirnya dengan berlandaskan penjelasan latar belakang masalah di atas,
kemudian penulis memunculkan ide untuk membuat suatu Karya Ilmiah Non Penelitian
dengan judul “Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran Berita Hoax di
Internet”. Karya ini berlandaskan beberapa sumber terpercaya dengan diiringi oleh
gagasan penulis sehingga mencapai kesimpulan yang dapat memecahkan masalah.
Karya ini selanjutnya akan penulis publikasikan pada Jurnal Online Universitas Terbuka
dan menjadi salah satu persyaratan kelulusan.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menentukan perumusan masalah
dalam Karya Ilmiah Non Penelitian ini yaitu:
1.2.1. Mengapa Facebook menjadi sarang berita hoax?
1.2.2. Bagaimana upaya pencegahan berita hoax di Facebook?
1.2.3. Bagaimana etika menggunakan media sosial yang baik?

1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis menentukan tujuan dalam Karya
Ilmiah Non Penelitian ini yaitu:
1.3.1. Mengetahui penyebab Facebook menjadi sarang berita hoax.
1.3.2. Mengetahui upaya pencegahan berita hoax di Facebook.
1.3.3. Mengetahui etika menggunakan media sosial yang baik.

3
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

1.4. Metode Penelitian


Karya Ilmiah ini tidak memiliki metode penelitian, dikarenakan masuk ke dalam
lingkup Non Penelitian. Sehingga dalam penyajiannya Karya Ilmiah ini hasil dari
analisis atau gagasan penulis yang disertai oleh beberapa sumber terpercaya.

1.5. Sistematika Penulisan


Penulisan proposal karya ilmiah ini akan disusun secara sistematik. Dimulai dari
pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan,
metode dan sistematika penulisan. Pada bagian selanjutnya, penulis akan melakukan
pembahasan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang disebutkan pada bab awal.
Terakhir adalah penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Facebook Menjadi Sarangnya Berita Hoax
Bicara tentang media sosial, Facebook merupakan salah satu icon yang sangat
terkenal di dunia. Terbukti dari berita yang dipublikasikan oleh
www.tekno.kompas.com, Facebook memaparkan sekitar 1,84 Miliar pengguna yang
mengakses Facebook setiap harinya dan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active
user/MAU) pada tahun 2020 dilaporkan mencapai 2,8 Miliar pengguna, meningkat 12
persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai ini cukup wajar, mengingat selama
Pandemi Covid-19 masyarakat lebih sering menghabiskan waktu di rumah dan bermain
smartphone.
Berdasarkan data tersebut, Mark Zuckeberg yang merupakan pendiri Facebook
mengakui berita hoax tak bisa terhindarkan di Facebook. Dia juga menambahkan
argumen yang berbunyi “Ketika anda menghubungkan dua miliar orang (melalui
Facebook), anda akan melihat semua keindahan dan keburukan umat manusia”. Hal ini
karena Facebook sudah dianggap sebagai media sosial utama dalam memperoleh
informasi.
Faktor lain yang menyebabkan hoax menyebar secara cepat melalui media sosial
terutama Facebook yaitu kebiasaan pengguna yang tidak membaca konten yang
diunggah dan dibagikan secara menyeluruh. Menurut survei yang dilakukan oleh
DailySocial (2018) yang berjudul “Hoax Distribution Through Digital Platforms in

4
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

Indonesia 2018”, sebanyak 4,48 persen responded mengaku hanya membaca judul,
bahkan sebanyak 22,39 persen responded tidak ada niatan untuk membaca konten yang
diunggah. Meskipun masih terbilang sedikit, kebiasaan ini lambat laun akan menggiring
suatu opini baru dan dengan cepatnya akan tersebar di internet.
Selain itu, mudahnya perkembangan hoax di Facebook terjadi karena terdapat
fitur “share, like, comment, repost, dan sejenisnya”. Fitur ini memudahkan pengguna
membagi ulang konten yang belum tentu benar adanya. Menurut survei yang sama oleh
DailySocial, mereka menyebutkan sebanyak 77,76 persen responded membagi ulang
konten di media sosial jika mereka rasa penting.

2.2 Upaya Pencegahan Berita Hoax di Facebook


Seringnya penyebaran berita hoax di Facebook membuat media sosial tersebut
beberapa kali melakukan pembenahan. Hal ini dijelaskan melalui halaman resmi
web.Facebook.com/formedia/blog, Facebook mulai berbenah sejak januari 2015 yaitu
dengan mengubah algoritma news feed khusus untuk membendung hoax, kemudian
pada april 2016 mengharamkan click-bait bertengger di halaman news feed, semenjak
november 2016 tidak diizinkannya iklan-iklan yang berhubungan dengan konten negatif
untuk ditayangkan, dan pada november 2018 kembali mengubah algoritma guna
membendung hoax. Perubahan algoritma ditujukan untuk mengurangi jangkauan
pengunaan Facebook oleh mereka para kelompok-kelompok politis hingga penjual hoax
yang memperoleh untung dengan cara tidak pantas.
Pembenahan yang dilakukan Facebook akhirnya membuahkan hasil. Berdasarkan
penelitian oleh Hunt Allcott dan rekan dari Stanford University (2018) dengan paper
yang berjudul “Trends in the Diffusion of Misinformation on Social Media”, dari 570
laman pemroduksi berita hoax, yang dilakukan sejak 2015 hingga juli 2018
menyebutkan bahwa laman hoax tersebut semakin menurun di Facebook, padahal
dengan konten yang sama malah tetap bertahan diperbincangkan di Twitter.
Upaya pencegahan dan pembenahan selain dilakukan oleh Facebook selaku
penyedia media sosial, juga harus diiringi dengan perilaku penggunanya. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh pengguna yaitu dengan mengenali berita-berita yang
tampil di Facebook dengan berliterasi media. Atau mudahnya yaitu menganalisis sebuah
berita agar mengetahui apakah berita tersebut benar atau hoax. Berikut merupakan

5
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

beberapa hal yang setidaknya harus diperhatikan dalam melihat isi konten yang tersebar
di Facebook:
a. Perhatikan isi konten yang dicantumkan di dalamnya baik berupa teks, gambar,
maupun video. Hal ini berkaitan dengan isi konten yang bersifat memprovokasi,
ujaran kebencian, pornografi, penipuan, dan sebagainya. Dalam teori James Potter
(2009), kemampuan menganalisis sangat diperlukan dalam melihat isi konten berita.
b. Telusuri siapakah yang pertama kali membagikan berita tersebut sehingga kita dapat
melihat apakah berita tersebut berasal dari sumber terpercaya.
c. Mengevaluasi seberapa banyak berita tersebut sudah disebarkan, baik dari berapa
orang yang sama menyebarkan hingga waktu dan tanggalnya.
d. Mengelompokkan berita yang sama sehingga dapat menyimpulkan dan memperkuat
keputusan tentang sebuah berita yang berada di Facebook dapat dipercayai atau
tidak.
e. Mengecek di situs resmi hukum, jika berita tersebut berkaitan dengan hal-hal yang
dapat diperiksa di website resmi Kementerian Hukum yang biasanya setiap wilayah
memiliki cyber crime kepolisian masing-masing.
f. Jika menemui berita hoax, gunakan fitur report status dan kategorikan informasi
hoax sebagai hatespeech/harassment/rude/threatening, atau kategori lain yang
sesuai. Kemudian ajak orang-orang terdekat untuk ikut melakukan report massal.
Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status
tersebut.
g. Ikut serta di grup diskusi anti-hoax guna menambah relasi dan teman untuk bertukar
pikiran terhadap berita yang kita temui apakah bersifat asli atau hoax.

2.3 Etika Penggunaan Media Sosial


Guna menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas dalam
memanfaatkan teknologi internet, penting bagi kita untuk memahami Cyber Ethic atau
etika di dunia maya. Ilmu ini merupakan suatu paham studi yang membahas tentang
etika dari penggunaan internet dan membahas perilaku pengguna dunia maya serta apa
saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dunia maya tersebut. Sama halnya dengan
penyebaran berita hoax melalui media sosial, beberapa etika perlu dijunjung tinggi agar

6
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

tidak ada pihak yang merasa dirugikan ketika kita menggunakan media sosial. Berikut
merupakan etika dasar dalam bermedia sosial:
a. Pertama dan utama yaitu jejak digital. Tidak bisa dipungkiri jika media sosial akan
selalu merekam segala aktifitas penggunanya. Oleh karena itu, perhatikan sebaik
mungkin apa yang ingin diunggah di media sosial karena akan menjadi jejak digital
yang dapat ditelusuri kembali sekalipun telah dihapus secara pribadi.
b. Jangan sebarkan kebencian dan perkataan kasar. Sering terjadi di media sosial saat
ini yaitu mengunggah hal yang mengandung ujaran kebencian atau hate speech yang
diiringi dengan kata-kata kasar. Hal ini akan membuat orang lain yang melihat
mungkin akan merasa tersinggung dan terganggu.
c. Jangan sebarkan berita hoax. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dalam
berinternet atau bermain media sosial contohnya Facebook, akan banyak postingan
yang belum tentu benar adanya. Alangkah lebih baik pengguna melakukan cross
check atau melakukan literasi media terlebih dahulu terkait validasi berita tersebut
dan tidak menyebarkan ulang agar rantai berita hoax tidak semakin meluas.
d. Perhatikan reaksi yang akan muncul akibat suatu unggahan. Media sosial merupakan
etalase branding penggunanya. Jangan sampai unggahan yang tidak dipikirkan
secara matang menjadikan branding buruk untuk diri sendiri.
e. Perhatikan waktu. Sering terjadi di zaman seperti sekarang. Media sosial
mendekatkan yang jauh, namun menjauhkan yang dekat. Atur waktu sebaik mungkin
agar media sosial tidak menimbulkan efek sosial yang merugikan bagi penggunanya.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Facebook merupakan media sosial yang paling banyak jumlah penggunanya yaitu
mencapai 2,8 Miliar dengan rata-rata pengakses sekitar 1,84 Miliar per hari di tahun
2020. Peningkatan jumlah pengguna Facebook juga diiringi dengan meningkatnya
berita hoax di media sosial tersebut. Terbukti dari sekian banyak media sosial yang
tersebar di internet, Facebook menempati urutan pertama dalam penyebaran berita hoax
Nasional dan Internasional.
Faktor yang mempengaruhi banyaknya berita hoax yang tersebar di Facebook
adalah salah satunya kurangnya kepedulian masyarakat terhadap berita yang dibagikan.

7
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

Menurut survei oleh DailySocial, sebanyak 4,48 persen responded mengaku hanya
membaca konten judul, dan bahkan sebanyak 22,39 persen responded tidak ada niatan
untuk membaca konten yang diunggah. Selain itu, faktor yang tidak kalah penting yaitu
adanya fitur “share, like, comment, repost, dan sejenisnya” di Facebook. Menurut survei
yang sama oleh DailySocial sebanyak 77,76 persen responded membagi ulang konten
yang dirasa penting.
Upaya dalam mengatasi tingginya angka penyebaran berita hoax telah dilakukan
oleh Facebook sejak tahun 2015 lalu, diantaranya yaitu mengubah algoritma news feed
khusus untuk membendung hoax, mengharamkan click-bait bertengger di halaman news
feed, dan tidak mengizinkan iklan-iklan yang berhubungan dengan konten negatif untuk
ditayangkan. Upaya seperti ini juga diiringi dengan perilaku pengguna Facebook yang
harus semakin peduli terhadap berita-berita yang tersebar. Langkah awal yang mudah
untuk dilakukan yaitu mengenali berita dengan berliterasi media atau menganalisis
sebuah berita agar mengetahui apakah berita tersebut benar atau hoax.
Selanjutnya pengguna Facebook atau media sosial lainnya harus mengetahui
bagaimana etika dalam menggunakan media sosial (Cyber Ethic). Hal apa saja yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di dunia maya. Terdapat etika mendasar
dalam bermedia sosial, diantaranya yaitu selalu ingat jika media sosial akan
menimbulkan jejak digital, jangan sebarkan kebencian atau perkataan kasar, jangan
sebarkan berita hoax, perhatikan reaksi yang akan muncul akibat suatu unggahan, dan
perhatikan waktu menggunakan media sosial.

3.2 Saran
Karya Ilmiah ini masih dalam bentuk gagasan penulis yang diiringi dengan
beberapa sumber terpercaya, alangkah lebih baik jika nantinya dibuat menjadi Karya
Ilmiah kategori Penelitian. Misalnya dimulai dengan penelitian di lingkup Masyarakat
Universitas Terbuka. Guna mengetahui bagaimana hal yang sebenarnya terjadi tentang
pengaruh Facebook terhadap penyebaran hoax di internet dan di masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

8
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

Anonim. (2020). Kominfo Catat 1.096 Hoaks di Medsos, Terbanyak Facebook. Diambil
dari: https://cnnindonesia.com/teknologi/20200408155307-185-491726/kominfo-
catat-1096-hoaks-di-medsos-terbanyak-Facebook. Diakses pada 23 Mei 2021.
Anonim. (2021). Working to Stop Misinformation and False News. Diambil dari:
https://web.Facebook.com/formedia/blog/working-to-stop-misinformation-and-
false-news?_rdc=1&_rdr. Diakses pada 26 Mei 2021.
Biantoro, Bramy. (2016). Jangan Gampang Terpengaruh, Ini 7 Cara Kenali Hoax di
Dunia Maya. Diambil dari: https://www.merdeka.com/teknologi/jangan-gampang-
terpengaruh-ini-7cara-kenali-hoax-di-dunia-maya.html. Diakses pada 20 Mei
2021.
Eka, Randi. (2018). Hoax Distribution Through Digital Platforms in Indonesia 2018.
Diambil dari: https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-
media-sosial-2018. Diakses pada 25 Mei 2021.
Hunt, A., Gentzkow, M., & Yu, C. (2018). Trends in the Diffusion of Misinformation
on Social Media. Research and Politics, 6(2), 1-8.
Mastel. (2017). Hasil Survei MASTEL Tentang Wabah Hoax Nasional. Diambil dari:
http://mastel.id/infografis-hasil-survei-masteltentang-wabah-hoax-nasional/.
Diakses pada 21 Mei 2021.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya dan
Sosioteknologi. Yogyakarta: Simbiosa Rekatama Media.
Priambada, S. (2015). Manfaat Penggunaan Media Sosial Pada Usaha Kecil Menengah
(UKM). SESINDO, 200.
Potter, W. J. (1998). Media Literacy. Thousand: SAGE Publications.
Riyanto, Galuh Putri. (2021). Jumlah Pengguna Internet Indonesia 2021 Tembus 202
Juta. Diambil dari: https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-
pengguna-internet-indonesia-2021-tembus-202-juta. Diakses pada 20 Mei 2021.
Stephanie, Conney. (2021). 1,8 Miliar Orang Buka Facebook Dalam Sehari. Diambil
dari: https://tekno.kompas.com/read/2021/01/29/11030037/18-miliar-orang-buka-
Facebook-dalam-sehari. Diakses pada 23 Mei 2021.
Sullivan, Justin. (2020). Survei Jurnalis Internasional Sebut Hoaks Paling Banyak
Tersebar di Facebook. Diambil dari: https://www.liputan6.com/cek-

9
Martina Jiu: Pengaruh Media Sosial Facebook Terhadap Penyebaran…

fakta/read/4382511/survei-jurnalis-internasional-sebut-hoaks-paling-banyak-
tersebar-di-Facebook. Diakses pada 23 Mei 2021.
Zaenudin, Ahmad. (2018). Mengapa Facebook Jadi Sarang Hoaks?. Diambil dari:
https://tirto.id/mengapa-Facebook-jadi-sarang-hoaks-dca9. Diakses pada 24 Mei
2021.

10

Anda mungkin juga menyukai