PAK 233
sks 2
DINAMIKA SISTEM
DINAMIKA SISTEM MIKROSKOPIS
Diawali dengan :
Hubungan de Broglie dan konsep klasik tentang partikel yang
bergerak sepanjang lintasannya
Selanjutnya posisi partikel terdistribusi di dalam ruang sebagai
amplitudo gelombang
atau
𝑑2 2𝑚
𝑑𝑥 2 +
2(E-V) = 0
Untuk sistem 3D
2
− 2 + 𝑉 = 𝐸
2𝑚
2 →
dengan
Pada kasus umum pers. Schrödinger ditulis:
H = E
dengan H sebagai operator Hamiltonian sistem
2
H=− 2 + 𝑉
2𝑚
ℎ
= 1/2
2𝑚 𝐸 −𝑉
Persamaan terakhir:
dalam kuantum
jumlah foton
konstanta normalisasi
sehingga sebanding pada penafsiran Born menjadi persamaan
→ =
Untuk fungsi gelombang yang ternormalkan, N → memberikan peluang bahwa
sebuah partikel yang berada di daerah dx =
(N*)(N) dx
Peluang individu seluruh ruang harus 1 atau peluang adanya partikel si suatu
tempat di dalam sistem adalah 1
Secara matematis dapat dinyatakan:
𝑁2 ∗ dx = 1
Integral meliputi seluruh ruang yang dapat dimasuki partikel
Dengan demikian:
1 1/2
𝑁=
∗ dx
∗ dx = 1
Pada 3D fungsi gelombang ternormalisasikan adalah:
∗ dx dy dz = 1
atau
∗ d = 1
r → jari-jari, nilai 0 -
→ garis lintang, nilai 0 -
→ garis bujur, nilai 0 - 2
H mengambil turunan kedua dari dan menambahkan pada hasil kali dan V
operator hamiltonian → dapat juga disimbulkan dengan
dibaca aitch-hat
Pers. Schrödinger di atas → persamaan nilai eigen (eigen value), sebuah pers.
dengan bentuk:
(operator) (fungsi) = (faktor numerik) x (fungsi yang sama)
Contoh, jika dipilih B = 0 untuk satu dari fungsi gelombang partikel bebas
yang ada pada pers:
𝑘22
= 𝐴𝑒 𝑖𝑘𝑥
+ 𝐵𝑒 𝑖𝑘𝑥
𝐸=
2𝑚
maka = 𝐴𝑒 𝑖𝑘𝑥 dan
sehingga p = k
Sebaliknya kalau A = 0 maka p = -k fungsi gel. 𝑒 −𝑖𝑘𝑥
punya momentum yg sama besar tapi mengarah ke -x tanda
negatif
menunjukkan arah vektor
Superposisi dan Nilai yang diharapkan
tidak pers. nilai eigen karena fungsi di kanan berbeda dgn asalnya
Superposisi linier fungsi gelombang
Jika fungsi gel. dari partikel bukan merupakan fungsi eigen dari operator →
sifatnya tidak tentu
Akan tetapi momentum tidak sepenuhnya tidak tentu karena cosinus fungsi gel.
adalah superposisi/kombinasi linier, atau jumlah dari eikx dan e-ikx, dan kedua
fungsi tersebut berkaitan dengan keadaan momentum tertentu.
Fungsi gelombang total adalah superposisi lebih dari satu fungsi gelombang.
Superposisi dapat disimbulkan dengan:
= +
→
Hal ini berlaku pada sembarang fungsi gel. yg ditulis sebagai sebuah superposisi
Jika fungsi gel. Diketahui sebagai jumlah dari banyak fungsi eigen momentum linier
yang berbeda dapat ditulis dalam bentuk:
= c1 1 + c2 2 + …. = cn n
n cn adalah koef. numerik
Mekanika kuantum menunjukkan:
- Saat momentum diukur, satu nilai yang sesuai dengan n yang memberikan
kontribusi pada superposisi akan ditemukan
- Nilai yang mungkin ditemukan tidak dapat diduga, tetapi peluang pengukuran nilai
tertentu pada suatu seri pengamatan sebanding dengan kuadrat koef.-nya di dalam
superposisi
- Nilai rata-rata sejumlah pengamatan ditunjukkan oleh nilai harap (nilai ekspektasi)
dari overvabel :
∗
= r 𝑑
Jika fungsi gelombang partikel adalah Aeikx fungsi gel. tersebut bersesuaian
dengan keadaan momentum linier tertentu,
misal partikel bergerak ke kanan dengan momentum k
Namun, juga dapat dipertanyakan posisi partikel dalam keadaan tersebut.
Untuk jawabanya dengan interpretasi Born harus dengan membentuk rapat
peluang *
Dalam hal ini:
* = (Aeikx )*(Ae-ikx ) = A2(Aeikx ) (Ae-ikx ) = A2
posisi
momentum dan juga
momentum sudut
➔Mekanika kuantum menunjukkan posisi dan momentum saling melengkapi
>< mekanika klasik: posisi dan momentum partikel dapat ditentukan bersamaan
secara mutlak (→ lintasan)