Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN PEMELIHARAAN LEBAH

Tugas Manajemen Produksi Ternak Non Ruminansia

Oleh:

1. Angga Dian Saputra (195050100113039)


2. Dickyta Ammar Maris (195050100113042)
3. Dimas Akar Aditya (195050100113047)
4. Mohammad Dzaudan (195050100113050)
5. Dea Wahyu Pratama (195050101113003)
6. Heaven Nila Nanda Pratama (195050101113007)
7. Syevia Sevaiya Setiawanti (195050107113002)
8. Anugerah Cendekia Labaika (195050107113007)

FAKULTAS PETERNAKAN

PSDKU UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah ini
sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Eka Nur Wahyuni sebagai dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Produksi Ternak Non Ruminansia yang telah membimbing kami
dalam proses belajar mengajar. Serta kepada teman-teman yang telah membantu jalannya
penyusunan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami dan
mengetahui tentang isi materi yang kami sajikan.

Kediri, 3 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6
2.1 Bibit Lebah.................................................................................................................................... 6
2.2 Perkandangan Lebah ..................................................................................................................... 6
2.3 Pakan Lebah .................................................................................................................................. 7
2.4 Pemeliharaan Lebah ...................................................................................................................... 9
2.5 Pemanenan Lebah ......................................................................................................................... 9
2.6 Pengendalian Penyakit Lebah ..................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 11
3.1 Bibit......................................................................................................................................... 11
3.2 Perkandangan .......................................................................................................................... 12
3.3 Pakan ....................................................................................................................................... 13
3.4 Pemeliharaan ........................................................................................................................... 14
3.5 Pemanenan .............................................................................................................................. 16
3.6 Pengendalian Penyakit ............................................................................................................ 17
PENUTUP................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lebah merupakan serangga yang hidupnya berkelompok dan masuk kedalam


suku atau familia Apoidae. Lebah memiliki beberpa jenis yang berbeda-beda. Lebah
madu adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut
dengan koloni yang mendiami satu sarang lebah. Yang dimana hal ini berbeda dengan
pola kehidupan kebanyakan spesies serangga yang bersifat soliter (senang menyediri).
Lebah madu memiliki banyak jenis diantaranya seperti Apis melifera, Apis cerana,
Dorsata dan Trigona sp. Spesies lebah yang banyak dibudidayakan seperti Apis Cerana
dan Apis melifera.Lebah madu Apis melifera merupakan jenis serangga yang sudah
dibudidayakan secara luas seluruh dunia dan termasuk salah satu objek hewan yang
banyak dipelajari dalam bidang peternakan (Ramadhan, E.,dkk. 2016). Beberapa hasil
produk langsung dari lebah madu yang bernilai komersial yaitu madu, lilin lebah,
pollen, royal jelly dan propolis. Adapun Lebah madu Apis cerana yang merupakan
lebah madu asli Asia. Apis cerana banyak dikembangkan di Indonesia karena memiliki
kekebalan tahan terhadap penyakit, dan juga memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan dari pada Apis melifera (Jayuli, M., dkk. 2018)
Apis Dorsata merupakan salah satu jenis lebah liar yang belum dapat
dibudidayakan sehingga pemanenan hanya dapat dilakukan melalui aktivitas
perburuan dikawasan hutan.Lebah apis dorsata adalah lebah madu asia yang paling
produktif menghasilkan madu. Lebah Apis dorsata membuat sarangnya dengan hanya
satu sisiran yang menggantung didaha dan ranting pohon, langit-langit terbuka dan
tebing jurang bebatuan, sehingga Apis dorsata ini sulit untuk dibudidayakan. Apis
dorsata ini dikategorikan sebagai sebagai lebah raksasa karena memiliki ukuran yang
lebih besar dari jenis lebah madu lainnya. Produk dari Apis Dorsara yang popular untuk
dimanfaatkan oleh manusia adalah madu,lili, polen, propolis dan royal jelly. Apis
dorsata mencapai angka 10-20 kg per koloni per tahun. Hal inilah yang menyebabkan
banyak masyarakat menjadikan hasil lebah madu seagai sumber mata pencaharian.
Lebah Trigona sp merupakan salah satu sumber daya hutan non kayu yang memiliki
potensial untuk dibudidayakan serta tersedia sumber pakan yang berlimpah (Ichwan,
F., dkk. 2016).Lebah Trigona sp termasuk lebah yang tidak mempunyai
sengat(stingless bee) namun beberapa diantaranya ada yang menggunakan gigitan dan
kerumunan sebagai alat pertahanan diri jika ada bahaya atau musuh yang datang(Putra,
P.A.H., dkk. 2014).Lebah Trigona sp dapat menghasilkan madu yang mempunyai
kandungan vitamin C dan antioksidan. Dalam budidaya Trigona sp juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor pendukung diantaranya keadaan sosial ekonomi masyarakat,
iklim, ketersediaan pakan dan potensi sumberdaya alam yang mendukung.
Manajemen pemeliharaan lebah sangat penting karena lebah memiliki sifat
hidup yang berkoloni dan hidup diudara bebas maka perlu dilakukan dan pengolahan
manajemen pemeliharaan yang baik untuk menjaga stabilitas koloni lebah. Untuk
meningkatnya populasi dan produksi dari lebah madu dari tahun ke tahun, maka faktor
manajemen pemeliharaan memegang peranan penting dalam usaha ternak lebah madu.
Manajemen pemeliharaan sendiri meliputi manajemen pembibitan, manajemen
perkandangan dan sanitasi lingkungan, manajemen pemberian pakan, pengaturan
perkawinan, manajemen pemanenan dan penanganan penyakit serta pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana manajemen pembibitan lebah Apis melifera, Apis cearana, Dorsata


dan Trigona sp?
2. Bagaimana manajemen pakan pada pemeliharaan lebah Apis melifera, Apis
Cerana, Dorsata dan Trigona sp?
3. Bagaimana manajemen perkandangan pada pemeliharaan lebah Apis melifera,
Apis Cerana, Dorsata dan Trigona sp ?
4. Bagaimana manajemen pencegahan penyakit pada pemeliharaan lebah Apis
melifera, Apis cearana, Dorsata dan Trigona sp?
5. Bagaimana manajemen pemanenan pada pemeliharaan lebah Apis melifera,
Apis Cerana, Dorsata dan Trigona sp ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui manajemen pembibitan pada pemeliharaan lebah Apis


melifera, Apis Cerana, Dorsata dan Trigona sp .
2. Untuk mengetahui manajemen pakan pada pemeliharaan lebah Apis melifera,
Apis cerana, Dorsata dan Trigona sp .
3. Untuk mengetahui manajemen perkandangan pada pemeliharaan lebah Apis
melifera, Apis cerana, Dorsata dan Trigona sp.
4. Untuk mengetahui manajemen pencegahan penyakit pada pemeliharaan lebah
Apis melifera, Apis cerana, Dorsata dan Trigona sp.
5. Untuk mengetahui manajemen pemanenan pada pemeliharaan lebah Apis
melifera, Apis cerana, Dorsata dan Trigona sp.

1.4 Manfaat

Memberikan informasi pada pembaca, apa dan bagaimana pengaruh serta hal-
hal yang dapat dijadikan bahan pengalaman untuk dimanfaatkan dikemudian hari
mengenai pemeliharaaan lebah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bibit Lebah

Bibit lebah madu yang unggul dan berkualitas memiliki ciri – ciri diantaranya
mempunyai ratu lebah yang fisiknya bagus serta berumur tiga bulan sampai satu tahun,
telur yang dihasilkan oleh ratu lebah memiliki kualitas yang bagus dan jumlah yang
banyak, hasil yang dihasilkan saat panen lebih banyak baik berupa hasil madu, royal
jelly, bee pollen, serta propollis, dan ciri yang terakhr biasanya karakternya lebih
agresif. (Daswati dan Mustainah, 2012). Agar dapat di budidayakan serta
dikembangkan, bibit dari lebah madu dicari di hutan untuk kemudian diambil ratunya
dan koloninya lalu dipindah kedalam kotak, sehingga lebah dapat lebih produktif serta
mudah dikelola menjadi sumber pendapatan lain dari petani.
(Suheryadi dkk, 2020). Sarwono (2001) menyatakan bahwa pemilihan bibit
lebah bisa dilakukan dengan cara membeli koloni baru yang di dalamnya berisi sekitar
8000 – 12000 ekor lebah pekerja, ataupun 4-6 bingkai sarang per koloni. Dalam suatu
sarang hanya ada seekor lebah ratu dan tidak ada rajanya. Apabila dalam satu sarang
terdapat dua ratu maka keduanya akan berkelahi untuk memperebutkan kedudukan
ratu. Tugasnya yaitu bertelur terus menerus untuk mengembangbiakkan lebah – lebah
baru. ratu tidak pernah meninggalkan sarang selama hidupnya dan ia hanya hidup untuk
bertelur. (Sarwono, 2001). Mubarok, dkk (2020) dalam suatu koloni lebah ratu sangat
berperan. Ratu lebah merupakan penghasil larva yang kedepanya akan menjadi
pejantan, pekerja, dan ratu lebah.
Selain itu, kualitas dari ratu lebah juga dapat menentukan hasil produksi yang
nantinya akan dihasilkan. Sifat – sifat dari ratu lebah yang berkualitas unggul
diantaranya adalah usia dari ratu lebah yang masih muda atau tidak lebih dari satu
tahun, memiliki badan yang gemuk serta berjalan dengan lamban, tidak berpenyakit
serta tidak cacat dan aktif bertelur setiap harinya dengan jumlah dari telur yang
maksimal. (Susilorini dkk, 2008). Akhiroh dan Dewi (2021) menyatakan bahwa untuk
mengatasi ratu lebah yang tidak berkualitas dapat dilakukan dengan penangkaran ratu
lebah yang berasal dari telur lebah yang memiliki umur tidak lebih dari satu hari serta
berasal dari koloni super dengan harapan yaitu dapat mengikuti produktivitas dari tetua
atau induknya.

2.2 Perkandangan Lebah

Sistem pengelolaan peternak dan kandang lebah madu adalah sebuah sistem
yang dibangun untuk memudahkan pengelolaan data peternak dan kandang lebah
madunya(Hidayat dkk,2020). Perkandangan lebah digolongkan menjadi dua macam,
yaitu kandang tradisional dan modern. Perkandangan lebah sistem tradisional
menggunakan batang kelapa dan kayu-kayuan untuk membuat kandang, disebut dengan
gelodok. Batang kayu yang digunakan berbentuk silinder yang dibelah menjadi dua
bagian dan sudah dibersihkan bagian tengahnya. Masyarakat tradisional membuat
gelodok mirip seperti rumah lebah yang ada di alam. Penempatan gelodok yaitu
digantung di halaman rumah atau tempat-tempat tertentu.
Budidaya lebah modern menggunakan kandang berupa stup yang berisi lapisan-
lapisan didalamnya. Lapisan-lapisan tersebut bertujuan untuk mengurangi kerusakan
madu saat pemanenan atau mempermudah pengolahan. Stup modern menurut
Hamzah(2011), merupakan gua tiruan yang disusun menjadi dua tingkat atau lebih.
Bagian dalamnya diberi tempat untuk bersarang bagi lebah. Sedemikian sempurnanya
hasil rekayasa sarang lebah buatan itu sampai-sampai ratu lebah tidak bisa
meninggalkan stup sarangnya dan pada stup moderen ini juga jarang terjadi peristiwa
lebah minggat (melarikan dirimeninggalkan sarang) secara koloni (Hadiwiyoto, 1986).

2.3 Pakan Lebah

Tanaman digunakan sebagai sumber pakan bagi lebah madu, tanaman pakan
merupakan tanaman yang menghasilkan pakan bagi lebah dan dapat ditanam di sekitar
kandang atau stup lebah agar menghasilkan nektar dan pollen (tepung sari). Nektar dan
pollen adalah pakan yang digunakan lebah madu. Jenis pakan yang digunakan lebah
akan menentukan kualitas rasa dari madu yang dihasilkan (Syaifudin dan Normagiat,
2020). Pakan alami lebah berupa nektar dan tepung sari (pollen). Jenis tanaman yang
menghasilkan nektar dan tepung sari adalah tanaman randu, aren, semangka, kopi, dan
jeruk. Sedangkan tanaman sumber nektar adalah tanaman kaliandra, rambutan, jambu
air, dan mangga. Nektar adalah pakan sumber karbohidrat, air, vitamin, dan mineral.
Tepung sari sebagai sumber protein yang dapat meningkatkan kemampuan lebah ratu
meletakkan telur dan memperpanjang masa hidupnya (Rompas, 2015). Menurut
Masnaly, dkk (2021) jenis pakan yang dimanfaatkan oleh koloni lebah berbeda-beda
tergantung pada tingkatan lebah. Pakan untuk lebah ratu berupa royal jelly yang hanya
bisa disekresikan atau diproduksi oleh lebah pekerja. Sedangkan pakan untuk lebah
pekerja dan pejantan adalah pollen (tepung sari).
Jenis tanaman yang digunakan sebagai sumber pakan oleh Apis cerena adalah
tanaman yang menghasilkan nektar dan pollen yang mana letaknya berada di daun dan
bunga diantaranya tanaman pohon Randu Tapak (Taraxacum officinale), Mangga
(Mangifera indica), Kelapa Gading (Cocos nucifera), Akasia (Acacia auriculiformis),
Jambu air (Syzygium aquereum) (Nasution, dkk., 2019).
Apis mellifera mampu mengetahui jenis tanaman pakan yang terdapat di sekitar
stup sejauh 2 km dari kotak lebah dengan cara melakukan inventarisasi semua jenis
tanaman. Jenis tanaman yang digunakan sebagai sumber pakan oleh Apis mellifera
adalah berasal dari tanaman buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman perkebunan yang
merupakan sumber pakannya menghasilkan nektar dan pollen. Jenis tanaman buah-
buahan yang dijadikan Apis mellifera sebagai sumber pakan diantaranya Jambu Air
(Syzygium aquereum), Jambu Biji (Psidium guajava), Kecapi (Sondoricium koetjtie),
Jeruk (Citrus aurantifolia), Pisang (Musa paradisiaca), Mangga (Mangifera indica),
Langsat (Lansiu domesticium), Belimbing (Averroa carambola), Rambutan
(Naphelium lappaceuum), Alpukat (Persea americana), Nangka (Artocarpus
heterophyllus), Langsat (Lansiu domesticium), Aren (Averroa carambola), Gandaria
(Bouea marcropaylla). Jenis tanaman hias adalah bunga bougenville, bunga asoka, dan
bunga kamboja, sedangkan jenis tanaman perkebunan anatara lain cengkih, pala, kakao,
kelapa, dan jambu biji. Apis mellifera lebih sering mengunjungi tanaman yang
menghasilkan nektar karena nektar mengandung glukosa sebagai sumber energy bagi
lebah seperti tanaman jambu mete, mangga, aren, kelapa, pisang, alpokat dan kelapa
(Lima, dkk., 2019).
Usaha peternakan Apis mellifera dapat berkembang apabila sumber pakan
berupa nektar dan pollen tersedia cukup banyak sehingga produktivitas dalam
mensekresikan madu, bee pollen, bee bread, dan royal jelly sebagai produk hasil
peternakan dari lebah madu. Pakan lebah berupa nektar yang disekresikan oleh bunga
(flora nectar) dan bagian lain dari tanaman yaitu tangkai daun (extraflora nectar) yang
digunakan oleh lebah pekerja untuk produksi madu. Umumnya peternak akan
memberikan pakan berupa air gula pada musim paceklik agar koloni lebah tidak
meninggalkan sarangnya, akan tetapi tindakan ini dapat mempengaruhi produk akhir
yang dihasilkan lebah. Pollen dihasilkan dari bunga tanaman sebagai sumber makanan
lebah mengandung protein akan digunakan oleh Apis mellifera untuk memproduksi bee
bread (roti lebah) dan royal jelly (Akhiroh dan Masyithoh, 2021).
Pakan bagi Apis dorsata (lebah hutan) adalah ragam vegetasi yang ada di hutan
seperti tanaman akasia, kelapa, karet, dan durian sebagai sumber nektar (karbohidrat),
sedangkan pakan sumber protein (pollen) adalah kelapa, kelapa sawit, dan putri malu
(Enggar dan Pribadi, 2018). Madu dan propolis yang dihasilkan oleh lebah Trigona
sangat ditentukan oleh keberadaan tanaman sebagai sumber pakan di sekitar sarangnya.
Kelimpahan sumber pakan yang tinggi akan meningkatkan produksi madu dan propolis
lebah Trigona. Tanaman pakan yang sering dikunjungi lebah madu diantaranya adalah
Impatiens balsamina, Carica papaya, Ageratum houstonianum, Psidium guajava,
Helianthus sp, Acacia sp, Caliandra brevipes, Mimosa pudica, Capsicum sp dan Cocos
nucifera (Ramalho et al. 1990) dalam (Nugroho dan Soesilohadi, 2014).
Keberhasilan usaha lebah madu yaitu dari pemenuhan kebutuhan sumber pakan
yang tersedia sepanjang musim karena koloni lebah madu akan meninggalkan
sarangnya apabila pakan tidak mencukupi kebutuhan lebah sehingga lebah akan
mencari tempat baru. Apabila pakan yang tersedia cukup banyak lebah akan menetap
berada di sarangnya jika pakan yang tersedia cukup banyak. Oleh karena itu, peternak
harus mengetahui jenis tanaman yang harus ada dan di tanam di tempat yang tidak jauh
dari sarang lebah yang dapat ketersediaannya sepanjang tahun (Mulyono, dkk., 2015).
Semakin banyak ketersediaan nektar dan pollen maka royal jelly yang dihasilkan
semakin banyak karena nektar dan pollen merupakan bahan baku yang digunakan lebah
pekerja untuk menghasilkan royal jelly. Royal jelly digunakan oleh lebah ratu sebagai
pakan utama dan kebutuhan pokok bagi sang lebah ratu. Pentingnya royal jelly yang
tersedia bagi lebah ratu karena mengendalikan suatu koloni lebah apabila pakan (royal
jelly) tidak mencukupi kebutuhan lebah ratu maka koloni akan mati dan dalam satu
koloni hanya terdapat satu lebah ratu (Rompas, 2015).
Penurunan produksi madu disebabkan oleh pakan sumber energy berupa nektar
dan sumber protein berupa tepung sari yang diberikan untuk lebah madu berkurang
(Hoover and Ovinge., 2018). Penelitian Husen, dkk (2019) disekitar kandang terdapat
tanaman maupun tumbuhan liar berbunga sebagai sumber nektar yang akan
menentukan kualitas rasa dari madu yang dihasilkan. Kondisi vegetasi berbunga pada
lokasi di Anjungan adalah Kaliandra (Caliandra sp) nektar dari bunga jenis kaliandra
dapat membuat citarasa madu dan yang menjadi tanaman unggulan adalah bunga air
mata pengantin yang dibudidayakan di sekitar pekarangan rumah warga. Tumbuhan
tersebut dapat berbunga sepanjang tahun, dan terdapat beberapa vegetasi yang
menyediakan bunga namun secara musiman seperti pohon jambu air dan rambutan.

2.4 Pemeliharaan Lebah

Beternak lebah madu secara moderen dan intensif dapat mendatangkan manfaat
secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang diperoleh dari lebah
madu antara lain berupa madu, royal jelly, sisiran sarang atau lilin, pollen dan racun
lebah. Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku
nektar bunga. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman
dalam bentuk larutan gula. Royal jelly atau sari madu adalah cairan putih seperti susu,
rasanya agak masam, baunya agak tajam dan agak pahit. Royal jelly dihasilkan oleh
lebah pekerja muda umur 4-7 hari. Cairan ini dihasilkan oleh kelenjar hipofaring
dengan bantuan kelenjar ludah yang terletak di bagian kepala, bahan bakunya adalah
tepung sari tanaman. Sisiran sarang atau lilin merupakan bangunan untuk tempat
penyimpanan bahan pakan dan tempat pengeraman telur. Sisiran sarang dihasilkan oleh
lebah pekerja umur 12 hari atau lebih, bahan bakunya adalah madu. Sel sarang yang
dihasilkan terbagi atas dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Sarang bagian
atas digunakan sebagai penyimpanan bahan pakan dan biasanya disebut dengan sarang
madu, sarang bagian bawah digunakan sebagai tempat pengeraman telur dan disebut
sarang anakan (Masun, 2005).
Bagian Sebuah Sisiran Sarang Pollen merupakan makanan lebah yang berasal
dari tepung sari bunga tanaman dan mengandung semua unsur yang diperlukan bagi
kehidupan tumbuhan dan hewan. Pollen memiliki kandungan vitamin, enzim, dan
hormon yang tinggi. Bagi lebah, tepung sari dan madu merupakan sumber pakan
penting. Campuran madu dan tepung sari disebut roti lebah. Bahan itu digunakan
sebagai bahan pokok untuk membesarkan larva lebah (Sarwono, 2001).

2.5 Pemanenan Lebah

Pemanenan yang bisa dilakukan melalui kotak eram dan juga menggunakan
kotak super serta bisa menggunkan bantuan alat ekstraktor untuk melakukan pemerasan
madu (Dinas Provinsi Banten, 2020). Proses pemerasan madu dapat melalui kotak
eram, setelah itu sisa perasan madu atau sarang yang telah rusak masih bisa digunkan
dan jangan dibuang untuk dijadikan pondasi sarang (Rozak, 2012). Kegiatan yang
dialakukan dalam masa panen madu seperti melakukan perbanyakan lebah dan
menydeiakan kotak madu serta menggandakan jumlah koloni yang sudah ada. Madu
yang cair bisa dubah menjadi kental dengan menjemur dalam panji ytang disinari
matahari selama seminggu (Sarwono, 2001). Faktor internal lebah dan pakan juga
mempengaruhi kualitas madu. Kandungan moineral yang terkandung dalam madu juga
bisa mempengaruhi warna madu yang telihat (Bogandov dkk,. 2007). Proses
pengelolaan dan penyimpanan akan mempengaruhi warna madu, warna madu pada
umumnya mengindikasikan kualitas mutu dengan perbedaan flavor, pda umumnya
madu gelap memiliki rasa yang lebih baik dibandingkan madu terang (Eleazu dkk.,
2013). Warna madu yang gelap menunjukan bahwa kandungan dari antioksidan serta
senyawa fenolik yang tinggi (Bertoncelj dkk., 2007).

2.6 Pengendalian Penyakit Lebah

Pengendalian penyakit ialah cara untuk menghindari ataupun menyembuhkan


hewan itu sendiri baik dari hama maupun penyakit dengan melakukan pengencekkan
ataupun sanitasi dan varietas terutama untuk lebah. Menurut Apiari dalam Ningrum,dkk
(2013), Untuk pencegahan serta penanggulangan hama maupun penyakit bisa
dilakukan dengan cara pemeriksaan koloni, mekanis, sanitasi , insektisida , kimiawi ,
varietas generasi lebah yang tahan dengan hama dan penyakit, serta eradikasi
memusnahkan inangnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bibit
Bibit merupakan salah satu bagian penting dalam budidaya lebah madu. Bibit
yang bagus dapat memberikan produksi madu yang lebih bagus. Sehingga dapat
dikatakan dalam budidaya lebah madu, bibit adalah bagian yang harus lebih
diperhatikan karena tinggi rendahnya produksi lebah madu dapat diukur dari kualitas
bibit yang dipilih. Bibit lebah madu yang unggul dan berkualitas memiliki ciri – ciri
diantaranya mempunyai ratu lebah yang fisiknya bagus serta berumur tiga bulan sampai
satu tahun, telur yang dihasilkan oleh ratu lebah memiliki kualitas yang bagus dan
jumlah yang banyak, hasil yang dihasilkan saat panen lebih banyak baik berupa hasil
madu, royal jelly, bee pollen, serta propollis, dan ciri yang terakhir biasanya
karakternya lebih agresif. (Daswati dan Mustainah, 2012). Untuk memperoleh bibit
lebah yang baik biasanya dilakukan dengan cara perburuan koloni lebah yang dilakukan
di hutan ataupun tempat lain yang biasa digunakan sebagai tempat sarang lebah untuk
kemudian apabila menemukan koloni lebah madu maka ratu akan diambil serta koloni
akan dipindahkan. Agar dapat di budidayakan serta dikembangkan, bibit dari lebah
madu dicari di hutan untuk kemudian diambil ratunya dan koloninya lalu dipindah
kedalam kotak, sehingga lebah dapat lebih produktif serta mudah dikelola menjadi
sumber pendapatan lain dari petani. (Suheryadi dkk, 2020). Selain dengan mencari
langsung ke hutan pemilihan bibit lebah madu dapat dilakukan dengan cara membeli
koloni baru. Menurut Sarwono (2001) menyatakan bahwa pemilihan bibit lebah bisa
dilakukan dengan cara membeli koloni baru yang di dalamnya berisi sekitar 8000 –
12000 ekor lebah pekerja, ataupun 4-6 bingkai sarang per koloni. Dengan menggunakan
metode pemindahan koloni ini maka peternak lebah madu tidak kesulitan lagi untuk
melakukan pemanenan madu.
Pemilihan bibit lebah selain memindahkan koloni dilakukan juga pemilihan
atau seleksi lebah ratu. Dilakukanya pemilihan ratu agar bibit yang dihasilkan sesuai
dengan apa yang diinginkan. Karena ratu mempunyai tugas untuk bertelur dan
meghasilkan lebah – lebah baru. Dalam suatu sarang hanya ada seekor lebah ratu dan
tidak ada rajanya. Apabila dalam satu sarang terdapat dua ratu maka keduanya akan
berkelahi untuk memperebutkan kedudukan ratu. Tugasnya yaitu bertelur terus
menerus untuk mengembangbiakkan lebah – lebah baru. ratu tidak pernah
meninggalkan sarang selama hidupnya dan ia hanya hidup untuk bertelur. (Sarwono,
2001). Sehingga dapat dikatakan dalam suatu koloni lebah ratu memiliki peran yang
sangat besar. Menurut Mubarok, dkk (2020) dalam suatu koloni lebah ratu sangat
berperan. Ratu lebah merupakan penghasil larva yang kedepanya akan menjadi
pejantan, pekerja, dan ratu lebah. Selain itu, kualitas dari ratu lebah juga dapat
menentukan hasil produksi yang nantinya akan dihasilkan. Sifat – sifat dari ratu lebah
yang berkualitas unggul diantaranya adalah usia dari ratu lebah yang masih muda atau
tidak lebih dari satu tahun, memiliki badan yang gemuk serta berjalan dengan lamban,
tidak berpenyakit serta tidak cacat dan aktif bertelur setiap harinya dengan jumlah dari
telur yang maksimal. (Susilorini dkk, 2008). Pada dasarnya ratu lebah harus memiliki
sifat yang unggul atau berkualitas. Sehingga apabila dalam suatu koloni seekor ratu
tidak berkualitas maka akan diatasi dengan cara melakukan penangkaran ratu lebah
baru. Menurut Akhiroh dan Dewi (2021) menyatakan bahwa untuk mengatasi ratu
lebah yang tidak berkualitas dapat dilakukan dengan penangkaran ratu lebah yang
berasal dari telur lebah yang memiliki umur tidak lebih dari satu hari serta berasal dari
koloni super dengan harapan yaitu dapat mengikuti produktivitas dari tetua atau
induknya.

3.2 Perkandangan
Stup modern dibuat dari kayu dengan bingkai-bingkai sisiran. Cara ini
digunakan karena untuk menekan kerusakan sarang saat pemanenan madu. Keuntungan
stup modern adalah praktis, perawatan dan pengambilan madu tergolong mudah,
produksi madu dapat berlipat ganda, dan minim gangguan hama atau penyakit.
Pembuatan stup modern dibuat dari kayu dan dibentuk bagian-bagian berupa bagian
dasat atau alas stup, sarang telur, sekat untuk ratu, dan tempat madu. Penutup stup
umumnya dilapisi dengan seng. Untuk penempatannya, stup bisa diletakkan pada tanah,
menggantungkannya pada batang pohon, atau ditempatkan diatas dudukan (standar).
Amin dkk(2014), menyatakan bahwa setelah penentuan lokasi stup, hal yang
dilakukan selanjutnya adalah penempatan stup atau kotak-kotak pemeliharaan pada
lokasi pemeliharaan. Penempatan kandang lebah juga perlu diperhatikan karena dapat
berpengaruh terhadap madu yang dihasilkan oleh lebah(Wardhany dkk,2020). Biasanya
peternak menempatkan kandang disamping rumah dan tidak boleh jauh dari sumber air
. Jumlah kandang yang berada pada satu wilayah yang sama tidak boleh terlalu banyak
karena dapat membuat kuantitas madu yang dihasilkan lebih sedikit. Hal ini membuat
peternak lebah madu meletakkan kandang lebah madu dalam wilayah berbeda agar
tidak menghasilkan madu yang sedikit. Ukuran kandang menurut Said(2017) yaitu
panjang 50-60cm, lebar 30-40cm, dan tinggi 30-40cm. Sedangkan satu peti sarang
lebah, terdiri dari beberapa frame (bingkai) atau petani biasa mnyebutnya dengan istilah
sisiran. Yang telah biasa dilakukan petani, satu peti berisi 8 - 10 frame. Frame fungsinya
sebagaitempat bertelur lebah, atau tempat bersarangnya ratu lebah. Tempat
penyimpanan kandang lebah yang terbaik, selain harus ditempatkan pada lahan terbuka.
Bagian kandang, yang disebut muka biasanya memiliki lubang-lubang kecil untuk
keluar masuk lebah. Biasanya lebah mencari makan pada pagi hari dan sore hari.
Menurut Said, ukuran tersebut adalah ukuran yang paling umum digunakan oleh
peternak-peternak lebah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan stup lebah di lokasi
pemeliharaan atau penggembalaan diantaranya stup sebaiknya diletakkan pada tempat-
tempat terbuka, menghadap ke timur, menghadap matahari dan membelakangi jalan
pemeriksaan. Kemudian stup diletakkan di atas bangku standar dengan ketinggian ± 50
cm dari tanah. Jika lokasi berbukit, stup letaknya harus lebih rendah dari sumber
makanan. Tiang penyangga atau bangku standar stup diberi minyak pelumas, air atau
obat semut agar tidak diganggu serangga. Lalu stup/koloni sebaiknya terlindung dari
terik matahari dan air hujan. Kotak stup dapat disusun berderet dengan jarak 1 s/d 1,5
meter. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka. Daerah sekitar banyak
tanaman tanaman yang berbunga. Tersedianya cukup pakan lebah 1,5 – 2 km Apis
mallefera. Suhu Lingkungan berkisar 26-34 C dengan kelembapan 70-80 %. Kondisi
ini optimum untuk lebah melakukan segala kegiatan. Suhu ideal yang cocok bagi lebah
adalah sekitar 26 oC, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 100 C
lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25
0C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan. Menurut
Alfin Hidayat dkk(2020), kelembapan kandang dapat mempengaruhi kadar air madu
yang dihasilkan oleh lebah. Kelembapan kandang dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh
curah hujan dan perubahan iklim. Madu mempunyai sifat higroskopis, yaitu madu
mudah untuk menyerap air. Jika kadar air yang tinggi pada madu dapat menyebabkan
terjadinya proses fermentasi pada madu. (Wulandari, 2017).

3.3 Pakan
Pakan lebah adalah tanaman yang menghasilakan nektar dan tepung sari
(pollen) yang dikonsumsi lebah untuk keberlangsungan hidup dan bereproduksi.
Sumber pakan bagi lebah madu adalah tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan,
dan tanaman hutan. Jenis tanaman-tanaman tersebut menghasilkan nektar dan pollen
yang dapat digunakan lebah sebagai sumber pakan dan setiap tanaman memiliki waktu
berbunga yang berbeda-beda. Nektar merupakan pakan sumber energy atau karbohidrat
yang biasanya tersedia saat pagi karena nektar dihasilkan oleh bagian tanaman lain
yaitu daun, daun akan menghasilkan cairan manis. Pollen (tepung sari) digunakan lebah
sebagai pakan sumber protein yang terdapat di bagian bungan tanaman. Nektar dan
pollen merupakan komponen yang sangat penting dan harus tersedia dalam budidaya
lebah madu. Namun, tanaman tidak berbunga secara bersamaan (musiman).
Keberhasilan usaha lebah madu yaitu dari pemenuhan kebutuhan sumber pakan
yang tersedia sepanjang musim karena koloni lebah madu akan meninggalkan
sarangnya apabila pakan tidak mencukupi kebutuhan lebah sehingga lebah akan
mencari tempat baru. Apabila pakan yang tersedia cukup banyak lebah akan menetap
berada di sarangnya jika pakan yang tersedia cukup banyak. Oleh karena itu, peternak
harus mengetahui jenis tanaman yang harus ada dan di tanam di tempat yang tidak jauh
dari sarang lebah yang dapat ketersediaannya sepanjang tahun (Mulyono, dkk., 2015).
Semakin banyak ketersediaan nektar dan pollen maka royal jelly yang dihasilkan
semakin banyak karena nektar dan pollen merupakan bahan baku yang digunakan lebah
pekerja untuk menghasilkan royal jelly. Royal jelly digunakan oleh lebah ratu sebagai
pakan utama dan kebutuhan pokok bagi sang lebah ratu. Pentingnya royal jelly yang
tersedia bagi lebah ratu karena mengendalikan suatu koloni lebah apabila pakan (royal
jelly) tidak mencukupi kebutuhan lebah ratu maka koloni akan mati dan dalam satu
koloni hanya terdapat satu lebah ratu (Rompas, 2015).
Penurunan produksi madu disebabkan oleh pakan sumber energy berupa nektar
dan sumber protein berupa tepung sari yang diberikan untuk lebah madu berkurang
(Hoover and Ovinge., 2018). Penelitian Husen, dkk (2019) disekitar kandang terdapat
tanaman maupun tumbuhan liar berbunga sebagai sumber nektar yang akan
menentukan kualitas rasa dari madu yang dihasilkan. Kondisi vegetasi berbunga pada
lokasi di Anjungan adalah Kaliandra (Caliandra sp) nektar dari bunga jenis kaliandra
dapat membuat citarasa madu dan yang menjadi tanaman unggulan adalah bunga air
mata pengantin yang dibudidayakan di sekitar pekarangan rumah warga. Tumbuhan
tersebut dapat berbunga sepanjang tahun, dan terdapat beberapa vegetasi yang
menyediakan bunga namun secara musiman seperti pohon jambu air dan rambutan.
Berdasarkan kelompok koloni lebah pakan yang digunakan berbeda-beda.
Makanan pokok lebah ratu (queen bee) sejak hidup-mati berupa royal jelly yang
disekresikan oleh lebah pekerja (worker bee). Sedangkan pakan bagi lebah pekerja dan
lebah pejantan berupa pollen dari tanaman berbunga.
Umumnya pakan lebah terdiri dari nektar dan pollen yang dihasikan bunga.
Berbeda dengan lebah jenis Trigona sp membutuhkan resin atau getah yang dihasilkan
pohon. Berfungsi sebagai tempat membangun sarang, melindungi dari serangan
predator dan sebagai tempat telur muda serta madu serta resin/getah akan disekresikan
menjadi produk lebah madu yaitu propolis.
Penelitian Husen, dkk (2019) disekitar kandang terdapat tanaman maupun
tumbuhan liar berbunga sebagai sumber nektar yang akan menentukan kualitas rasa dari
madu yang dihasilkan. Kondisi vegetasi berbunga pada lokasi di Anjungan adalah
Kaliandra (Caliandra sp) nektar dari bunga jenis kaliandra dapat membuat citarasa
madu dan yang menjadi tanaman unggulan adalah bunga air mata pengantin yang
dibudidayakan di sekitar pekarangan rumah warga. Tumbuhan tersebut dapat berbunga
sepanjang tahun, dan terdapat beberapa vegetasi yang menyediakan bunga namun
secara musiman seperti pohon jambu air dan rambutan. Peternak lebah madu tidak
hanya mengandalkan tanaman yang ada di sekitar kotak lebah, peternak dapat menanam
tanaman penghasil nektar dan pollen di sekitar area peternakan sehingga lebah pekerja
dapat mencari pakan dekat dari sarang atau stup. Penurunan produksi madu disebabkan
oleh pakan sumber serbuk sari yang diberikan untuk lebah madu berkurang (Hoover
and Ovinge., 2018). Padahal makanan utama lebah madu adalah nektar sebagai sumber
karbohidrat dan pollen (serbuk sari) sebagai sumber protein serta resin/getah pohon
untuk lebah madu Trigona sp. Untuk itu vegetasi tanaman sangat penting sebagai suatu
keberhasilan usaha peternakan lebah madu dalam memenuhi kebutahan pangan.

3.4 Pemeliharaan
1. Sumber pakan Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang
besar/individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat
mendukung. Lingkungan yang dibutuhkan adalah tersedianya banyak tanaman
berbunga penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya.
Simpanan nektar (madu) yang banyak di sarang akan merangsang pertumbuhan
keluarga lebah yang baik, yaitu dalam membuat sarang baru dan juga dalam
memproduksi telur. Sedangkan ketersediaan pollen di sarang yang cukup akan
memberikan kualitas generasi lebah yang baik, kuat dan lama hidup yang relatif
panjang. Nektar adalah suatu zat yang mempunyai susunan yang sangat komplek
yang di hasilkan oleh kelenjar nektaria tanaman dalam bentuk larutan gula dengan
konsentrasi yang bervariasi.
Nektar yang berasal dari bunga (nektar flora) dan selain bunga (ekstra flora) terdapat
pada batang, daun dan ranting, namun ada kalanya berasal dari embun madu ( h o n
e y d e w ) yaitu cairan manis yang dikeluarkan oleh kutu tanaman ( Aphid ). Pada
kondisi normal umumnya lebah madu hanya mengambil nektar flora, sedangkan
ekstra flora diperlukan pada musim paceklik saja (bahan membangun sarang).
Produksi madu dari nektar oleh lebah melalui proses kimiawi dengan kelenjar ludah
dan kelenjar makanan yang terdapat di kepalanya. Adapun komponen utama nektar
(madu) berupa gula ( sukrosa, g lukosa , dan fruktosa ), dan komponenkomponen
lain seperti protein, asam organik, vitamin, pigmen, enzim, mineral dan zat aroma
Produksi nektar dari tanaman ditentukan oleh musim. Pada musim paceklik, yaitu
saat musim kemarau panjang dapat mengakibatkan produksi nektar berkurang.
Cuaca panas kering berangin, bunga akan rusak/tidak muncul sehingga nektar tidak
dapat keluar/tidak ada. Saat musim hujan, produksi nektar juga berkurang. Hal ini
karena nektar tersiram air hujan sehingga gula menjadi hanyut, sehingga keadaan ini
tidak disukai lebah. Tepung sari ( pollen ) adalah serbuk sari bunga yang diambil
lebah dan dibawa ke sarangnya dengan dilekatkan pada kaki belakang. Pollen
merupakan sumber gizi utama atau sumber protein (lauk pauk). Tepung sari sangat
dibutuhkan oleh kehidupan lebah yaitu untuk pertumbuhan, perkembangbiakan, dan
perkembangan koloni, serta sebagai bahan utama untuk royal jelly.
2. Manajemen pakan Manajemen koloni lebah sangat tergantung kepada keseimbangan
pakan lebah. Apabila salah satu atau kedua komponen pakan lebah tidak tersedia
atau sedikit maka kehidupan lebah akan terganggu. Akibatnya, lebah bisa hijrah,
koloni mudah terserang hama/penyakit, lama harapan hidup lebah pendek dan organ
tubuh lebah menjadi kurang lengkap. Daya dukung pakan lebah pada suatu area
memegang peranan penting untuk mencapai keberhasilannya, baik dari segi
produksi maupun dalam mempertahankan populasi. Perlu mendapat perhatian,
komposisi jenis tanaman penghasil nektar dan pollen harus selalu tersedia sepanjang
tahun dan dalam keadaan seimbang yaitu 60% nektar dan 40% pollen.
Ketidaktersediaan kedua jenis pakan tersebut atau salah satu diantaranya,
mengakibatkan kondisi pemeliharaan lebah tidak mencapai apa yang diharapkan.
Untuk mendukung tersedianya pakan lebah yang menghasilkan nektar dan pollen
sepanjang tahun pada suatu lokasi pemeliharaan, perlu diambil langkah-langkah
pendataan jenis tanaman pakan lebah yang ada. Selanjutnya perlu dilakukan
pengkayaan jenis tanaman sesuai dengan kondisi ruang dan iklim dari keadaan lokasi
tersebut.
3. Migratory (Pengangonan) Yang dimaksud migratory disini adalah proses
pemindahan koloni lebah ke tepat yang tersedia pakan. Pengangonan ini dilakukan
apabila tanaman pakan lebah di lokasi pemeliharaan tersebut sedang tidak musim
bunga, sehingga perlu diadakan pengangonan ke daerah lain yang ada musim bunga.
Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kondisi koloni lebah maupun tujuan
produksi. Pengangonan ini biasanya dilakukan hanya untuk lebah jenis mellifera,
namun tidak untuk Apis cerana.
Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena lebah-lebah sudah
masuk stup dan dalam keadaan tenang. • Langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam proses pemindahan yaitu Pada waktu sore hari lebah sudah masuk dalam stup
maka pintu stup segera ditutup. • Sisiran yang berisikan madu diambil dan diganti
dengan fundasi sarang. • Sisiran dirapatkan agar tidak mudah bergerak, kalau perlu
bingkai sisiran dijepit dengan paku. • Pada pengangkutan, diusahakan lubang-lubang
dan ventilasi tidak menghadap ke arah perjalanan. • Setelah sampai di tempat, pagi
hari pintu dibuka sedikit demi sedikit agar lebah pekerja mengenal situasi di daerah
itu. • Jika perjalanan yang ditempuh jauh dan sampai bermalam, maka di dalam stup
disediakan feeder frame dan diisi dengan larutan air gula secukupnya. Hal ini
dimaksudkan untuk persediaan makan selama perjalanan agar tidak terjadi kematian.
4. Stimulasi (Penyirupan) Stimulasi adalah pemberian makanan pengganti bila mana
terdapat lebah madu kosong/kering pada sarang. Ada kalanya kita perlu memberikan
stimulasi kepada lebah yang kita pelihara. Ini terjadi pada saat jumlah dan kualitas
pakan lebah di alam tidak mendukung. Masa ini kita sebut masa paceklik. Stimulasi
yang kita berikan berupa larutan gula. Cara pembuatannya yaitu dengan melarutkan
gula (gula aren atau gula tebu) dalam air panas, dengan perbandingan yang sama
yaitu 1 kg gula dalam 1 liter air. Pemberian makanan tambahan digunakan pada
feeder frame yaitu semacam bingkai tempat mengisi cairan pakan stimulan.
Langkah awal dalam beternak lebah madu harus memenuhi dua persyaratan pokok,
yaitu adanya koloni lebah dan sarang untuk tempat perkembangbiakannya.
Keberhasilan beternak lebah madu sangat erat kaitannya dengan habitat ideal seperti
tempat atau musim yang cocok, ketersediaan air dan ketersediaan tanaman berbunga
sebagai sumber pakan. Kegiatan hidup lebah juga sangat dipengaruhi oleh suhu
udara di alam sekitarnya karena suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas dapat
membunuh seluruh anggota koloni lebah. Daerah yang memiliki suhu udara antara
26-370 C dan memiliki areal perkebunan yang banyak sangat cocok digunakan untuk
beternak lebah. Kehidupan lebah di daerah tersebut akan lebih aktif, cepat
berkembang dan menghasilkan produksi yang cukup memuaskan bila dibandingkan
dengan daerah yang memiliki suhu udara dibawah 260 C. Urat sayap lebah akan
melemah pada suhu dibawah 260 C sehingga lebah menjadi malas untuk terbang dan
produksi yang dihasilkan juga akan lebih sedikit (Sarwono, 2001).

3.5 Pemanenan
Pada saat musim madu maka kegiatan yang bisa dilakukan terdapat beberarapa seperti
menyediakan kotak madu, menggandakan jumlah koloni lebah yang ada dan
melanjutkan usaha perbanyakan lebah. (Sarwono, 2001).
Tujuan utama dari melakukan kegiatan budidaya lebah selain itu melakukan
pengembangan terhadap lebah yaitu untuk mendapatkan madu. Adapun beberapa cara
untuk melakukan pemanenan madu yakni (Dinas Provinsi Banten, 2020):
• Pemanenan yang Berasal dari Kotak Super
- Melakukan penyusunan terhadap stup menjadi dua tingkat atau bisa
lebih. Selanjutnya kotak bagian atas (super) dipergunakan khusus untuk
produksi madu, sedangkan kotak bagian bawah berfungsi untuk kotak eram
yang hendaknya dipasang sekat ratu diantara kedua kotak tersbut.
- Melakukan pengangkatan satu sampai dengan dua sisisran yang sudah
terlihat penuh, pengangkatan dimulai dari kotak bagian awah menuju kotak
bagian atas namun sebalikanya sisisran dari atas ditempatkan dari bawah. Saat
sisisran telah penuh dan bingkai-bingkai kotak bagian atas sudah terisi dengan
madu, maka madu sudah bisa untuk diperas ataupun diekstrak.
• Pemanenan yang Berasal dari Kotak Eram (Rozak, 2012)
- Pada saat sisisran yang ada dalam kotak eram sudah penuh dan tertutup
menandakan madu sudah bisa dipanen
- Melakukan pemotongan sebatas sisisran madu, apabila bentuk dari sisiran
masih belum menggunakan fondasi srang
- Selanjutnya apabila tidak menggunakan fondasi sarang maka yang
dilakukan adalah menggunakan kain kasa dan penjepit kayu untuk
melakukan pemerasan madu dan apabila kotak eram telah mempunyai
fondasi maka bisa menggunakan bantuan ekstraktor untuk memutar dan
memeras madu
- Tetap menyisakan satu sisisran yang masih terdapat madu dalam kotak eram
Mengumpulakan lilin sisa pemerasan sarang untuk dijadikan pondasi sarang
- Madu disimpan ditempat yang bersih dan kering serta dimasukan ke dalam
wadah yang tidak berbau.
Eleazu dkk., (2013). Warna pada madu umumnya akan dijadikan sebagai
indikator mutu, hal ini disebakan madu yang gelap memiliki rasa yang lebih baik
diterima, dibandingkan madu yang berwarna terang. Semakin gelap madu menandakan
semakin lama penyimpanan yang dilakukan dan suhu yang tinggi. Namun hal tersebut
juga dipengaruhi oleh nectar yang menjadi sumber madu Selain itu berdasarkan
penelitian (Bertoncelj dkk., 2007).madu yang berwarna gelap memiliki kandungan
antioksidan dan senyawa fenolik yang dikategorikan tinggi.
Warna madu yang dihasilkan juga bisa berubah disebakan kandungan mineral
yang terkandung di dalamnya. Kandungan mineral yang berbeda-beda disebakan oleh
tabah tempat tumbuhnya tanaman pakan madu ataupun pengarauh kontaminan cemaran
(Bogandov dkk,. 2007)

3.6 Pengendalian Penyakit


Lebah madu sering kali menderita dari penyakit maupun hama dan oleh
karenanya peternak lebah harus mempunyai strategi pengendalian hama dan penyakit .
Hama lebah yang sering dijumpai ialah Tungau Varroa , penyakit lebah yang umum
ialah Foulbrood Eropa , Nosema , dan Foulbrood Amerika , Maupun dari keracunan
pestisida juga bisa menjadi masalah untuk peternak lebah. Pengendalian bisa dilakukan
dengan stup lebah yang bersih , tidak kena hujan maupun sinar matahari langsung serta
pemeliharaan harus teratur sehingga terhindar dari hama penganggu seperti cecak,
tokek, larva kumbang , tawon kuning. Menurut Apiari dalam Ningrum,dkk (2013),
Untuk pencegahan serta penanggulangan hama maupun penyakit bisa dilakukan
dengan cara pemeriksaan koloni, mekanis, sanitasi , insektisida , kimiawi , varietas
generasi lebah yang tahan dengan hama dan penyakit, serta eradikasi memusnahkan
inangnya. Dan untuk cara sanitasi pada prinsipnya ialah menjaga lingkungan habitat
tetap bersih sehingga tidak mengundang kehadiran penyakit maupun hama. Dan cara
varietas pun dianjurkan dengan mendapatkan generasi baru yang lebih kuat terhadap
serangan penyakit serta hama dan generasi ini didapatkan dari seleksi yang ketat
terhadap populasi yang ada. Oleh karena itu diperlukannya ahli dalam pengendalian ini
untuk melakukan penyuluhan agar peternak lebah bisa memahami serta
mengaplikasikan metode metode yang sudah ada untuk melakukan pengendalian
penyakit maupun hama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen pemeliharaan lebah yang baik dilakukan untuk memberikan
kenyamanan pada lebah agar lebah dapat berproduksi secara maksimal hal ini dapat
diatur dari segi pembibitan, perkandangan, pemberian pakan, perkawinan, pemanenan
sera pengendalian penyakit . Lebah memiliki beberapa jenis ada lebah dengan sengat
seperti Trigona sp dan tanpa sengat serta untuk dibudidayakan dan tidak. Untuk lebah
madu ini termasuk lebah untuk dibudidayakan.

4.2 Saran
Dalam proses pemanenan lebah perlu diperhatikan dengan teliti agar tidak
tercampur antara madu dengan propolis dan harus tetap dijaga sanitasi higient nya, agar
masu tersebut tidak mengalami kontaminasi dengan benda-benda asing.
DAFTAR PUSTAKA

Akhiroh, P. dan D. Masyitoh. (2021). Identifikasi Permasalahan Peternakan Lebah Madu


Apis mellifera di Pati, Jawa Tengah. REKASATWA Jurnal Ilmiah Peternakan, 3(1): 17-
22.

Amin, M. R., dkk. (2014). Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Bertoncelj, J., Dobersek, U., Jamnik, M. dan Golob, T. (2007). Evaluation of the phenolic
content, antioxidant activity and colour of slovenian honey. Food Chemistry 105(2):
822–828.

Bogdanov, S., Haldimann, M., Luginbuhl, W. dan Gallmann, P. (2007). Mineral in honey
environmental geographical and botanical aspects. Journal Apicultural Research and
Bee World, 46(4): 269–275.

Daswati dan Mustainah. (2012). Pemberdayaan Kelompok Tani Salak melalui Budidaya
Ternak Lebah untuk Peningkatan Produksi Buah Salak. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat.

Dinas Provinisi Banten : Budidaya Lebah Madu, 2020.

Eleazu, C.O., Iroaganachi, M.A., Eleazu, K.C. dan Okoronkwo, J.O. (2013). Determination of
the physicochemical composition microbial quality and free radical scavenging
activities of some commercially sold honey samples in Aba Nigeria. The effect of
varying colours. International Journal of Biomedical Research, 4(1): 32–41.

Enggar W, M. D., dan Pribadi, A. (2018). Karakteristik Vegetasi Penyusun Habitat Lebah
Madu Hutan (Apis dorsata. F) di Hutan Masyarakat Sungai Indragiri Riau. Jurnal
Lingkungan, 2(2): 75-80.

Hadiwiyoto, S. (1986). Mengenal Hasil Tawon Madu. Pradnya Paramita, Jakarta.

Hamzah, D. (2011). Produksi Lebah Madu (Apis cerena) yang Dipelihara pada Sarang
Tradisional dan Modern di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Tampar.
Skripsi. Program Studi Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru.

Hooven, SE., and Ovinge LP. (2018). Pollen Collection, Honey Production, and Pollination
Services: Managing Honey Bees in an Agricultural Setting. Apiculture and Social
Insects, 111(14): 1509-1516.
Husen, N., Niapele, S., dan Salatalohy, A. (2019). Budidaya Lebah Madu Trigona sp di
Kecamatan Oba Tidore Kepulauan Studi Kasus Di Desa Kusu Sinopa. Jurnal Akrab
Juara, 4(2) : 172-182.

Lima, D., Lamberkabel, J. S. A., dan Welerubun, I. (2019). Inventarisasi Jenis-Jenis Tanaman
Penghasil Nektar dan Polen sebagai Pakan Lebah Madu Apis mellifera di Kecamatan
Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat. Agriminal, 7(2): 77-82.

Masnaly, D. C., Wadjdi, M. F., dan Pusspita, O. R. (2021). Pengaruh Berbagai Ukuran
Mangkok Buatan terhadap Panjang Tubuh dan Bobot Calon Lebah Ratu Apis cerena
java genotype. Jurnal Dinamika Rekasatwa, 4(1): 53-56.

Masun, M.S. 2005. Jeli Memilih Madu. Adicitia, Yogyakarta.

Mubarok, M. F. Z., M. F. Wadjdi, dan O. R. Puspitarini. Pengaruh Berbagai Ukuran Sel Ratu
Buatan terhadap Larva Lolos Hidup, Larva Jadi Pupa, dan Panjang Pupa pada Lebah
Apis mellifera, Jurnal Rekasatwa Peternakan, 3(1): 50-54.

Mulyono, Susdiyanti, T., dan Supriono, B. (2015). Kajian Ketersediaan Pakan Lebah Madu
Lokal (Apis cerana Fabr). Jurnal Nusa Sylva, 16 (2): 18-26.

Nasution, M. J., Khairul., dan Hasibuan, R. (2019). Sumber Pakan Lebah Madu (Apis cerena
Fab) di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Jurnal Pendidikan
Biologi Nucleus, 5(1): 8-18.

Ningrum, A. P., Hilmanto, R., & Hidayat, W. (2014). Manajemen Penangkaran Lebah Madu
(Apis Cerana Fabr.) Di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur. Jurnal Sylva Lestari, 1(1): 23-28.

Nugroho, R. B., dan Soesilohadi, R. C. H. (2014). Identifikasi Macam Sumber Pakan Lebah
Trigona sp (Hymenoptera: Apidae) di Kabupaten Gunungkidul. BIOMEDIKA, 7(2): 42-
45.

Rompas, J. J. I. (2015). Tambahan Pakan Buatan (Gula Tebu dan Aren) terhadap Produksi
Royal Jelly Lebah Madu Apis cerena F. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi,
2(1): 62-72.

Rozak, D. W. (2012). Optimalisasi Potensi Pengembangan Pariwisata Pabrik Bermuatan


Pendidikan di Pusat Produksi Madu dan Benang Sutera Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah. Dinamika Kepariwisataan, 9(2): 39-47.

Said, D.O. (2017). Sistem Produksi dan Curahan Waktu Pembudidayaan Lebah Madu (Apis
cerana) di Kabupaten Lombok Utara. GaneC Swara, 11(2)

Sarwono, B. (2001). Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Depok: Agromedia
Pustaka.
Sarwono, B. (2001). Lebah Madu. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Suheryadi, B., E. M. Luqman, dan M. H. Shubhan. (2020). Pemberdayaan Kelompok Tani


dalam Budidaya Lebah madu Hutan di Desa Bareng Sawahan Kab. Nganjuk. Jurnal
Masyarakat Merdeka, 3(2): 32-39.

Susilorini, T. E., M. E. Sawitri, dan Muharlien. (2008). Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar
Swadaya: Jakarta.

Wardhany, V.A., Alfin, H., Subono, Farizqi, P., Riki, H., dan Aji S. N. (2020). Monitoring
Suhu, Kelembapan, dan Berat Kandang Lebah Madu Terintegrasi Berbasis Android.
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif, 6(1)

Wulandari, D. D. (2017). Kualitas Madu (Keasaman, Kadar Air, Dan Kadar Gula Pereduksi)
Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan. Jurnal Kimia Riset, 2: 16-22.

Anda mungkin juga menyukai