Anda di halaman 1dari 5

A.

Parasitic

1. Cacing Loa-loa

Cacing loa-loa merupakan jenis cacing filaria yang menyebabkan


terjadinya penyakit loiasis. Cacing ini bisa singgah di dalam mata akibat
lalat rusa, lalat berwarna kuning, dan lalat betina pemakan darah. Lalat
yang sudah terinfeksi cacing loa-loa akan mengeluarkan mikrofilaria ke
dalam darah saat mereka menghisap darah manusia.

Mikrofilaria itu kemudian berkembang menjadi larva yang nantinya akan


membentuk cacing dewasa dalam waktu satu sampai empat minggu.
Cacing dewasa itulah yang kemudian menyebabkan munculnya cacing di
mata. Meskipun begitu, infeksi cacing ini tidak dapat ditularkan dari
manusia ke manusia.

2. Cacing kawat (Haemonchus contortus)

Cacing ini umumnya menginfeksi domba dan kamibing. Kambing


terinfeksi saat ia tertelan larva infektif H. contortus sewaktu merumput.
Selama di dalam tubuh hospesnya, parasit menghasilkan pengaruh buruk
dengan cara bermacam-macam. H. contortus menyebabkan anemia
normositik, anemia hipokromik. Hipoalbuminemia terjadi sebagai akibat
kehilangan darah pada ternak, menyebabkan akumulasi cairan pada rongga
perut dan edema perifer pada rahang (sering disebut sebagai bottle jaw
atau rahang botol).

Hemonchus contortus termasuk parasit monoksenosa, karena hanya


membutuhkan satu individu inang atau hospes dalam menyelesaikan
seluruh siklus hidupnya. Siklus hidupnya termasuk bertipe langsung,
dimana parasit hanya membutuhkan satu hospes, yaitu hospes definitif
sebagai hospes akhir, dengan kata lain disini tidak diperlukan hospes
perantara (Anderson, 2000).
3. Cacing gelang  (Ascaris lumbricoides)

Ascaris lumbricoides adalah sejenis parasit yang dapat ditemukan di tanah.


Cacing ini dapat menginfeksi manusia bila telurnya tidak sengaja masuk
ke dalam tubuh melalui tanah, makanan, atau air yang sudah
terkontaminasi.vProses Terjadinya Ascariasis: Ketika masuk ke dalam
tubuh, Ascaris lumbricoides akan menginfeksi usus kecil pengidap dan
bertindak sebagai parasit yang hidup dan mengambil nutrisi dari saluran
usus inangnya untuk bertumbuh dari telur, larva, hingga menjadi cacing
dewasa.

4. Cacing Tambang

Cacing tambang adalah jenis parasit yang bisa masuk ke dalam tubuh
hewan dan manusia. Ia mudah ditemukan pada binatang, seperti kucing,
anjing, domba, kuda, atau hewan ternak lain. Manusia bisa tertular cacing
ini dan terinfeksi penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah Cutaneous
larva migrans (CLM) yang disebabkan oleh larva cacing tambang.

Beberapa jenis parasit cacing tambang yang dapat menyebabkan infeksi


cacing pada kulit terjadi adalah:

a. Ancylostoma braziliense dan caninum. Parasit ini menjadi penyebab


utama CLM dan biasanya ditemukan pada anjing dan kucing;
b. Uncinaria stenocephala. Parasit ini umumnya ditemukan pada
anjing;
c. Bunostomum phlebotomum. Parasit ini sering ditemukan pada
binatang ternak;
d. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, yang hidup di
tubuh manusia juga dapat menyebabkan penyakit CLM.

Proses bagaiamana cacing ini dapat menyebabkan penyakit, yakni


dengan adanya siklus kehidupan parasit yang menular dari tinja binatang
yang memiliki telur cacing tambang ke kulit manusia. Biasanya telur ini
menetap pada permukaan yang hangat, lembap, dan berpasir.
Larva kemudian menembus kulit binatang melalui lapisan kulit dermis (di
antara epidermis dan jaringan subkutan), dan masuk ke paru-paru melalui
vena dan sistem limfatik. Dalam proses migrasi atau perpindahan ini, larva
tersebut dapat tertelan dan bertelur di dalam usus, yang pada akhirnya akan
dikeluarkan melalui tinja.

Saat tinja tersebut mengenai manusia, larva akan menembus permukaan


kulit melalui folikel rambut, kulit yang retak, atau bahkan kulit yang sehat
sekalipun. Tidak seperti siklus pada binatang, larva tidak dapat menembus
dermis. Oleh karena itu CLM hanya terjadi di bagian lapisan luar kulit
saja.

5. Echinococcus granulosus

Echinococcus granulosus merupakan cacing dari kelas cestoda yang paling


kecil. Pada manusia cacing ini dapat menimbulkan penyakit
Echinococcosis cystic, penyakit ini disebut juga dengan hidatid atau
hidatidosis. Hospes definitif parasit ini adalah anjing dan hewan carnivora
lain, sedangkan hospes intermediernya adalah hewan herbivora (domba,
kambing, babi, sapi, kuda, unta).

Penyakit yang disebabkannya adalah Alveolar echinococcosis ditandai


oleh tumor parasit di hati dan dapat menyebar ke organ lain termasuk paru-
paru dan otak. Pada manusia bentuk larva Echinococcus multilocularis
tidak sepenuhnya matang menjadi kista tetapi menyebabkan vesikel yang
menyerang dan menghancurkan jaringan di sekitarnya dan menyebabkan
ketidaknyamanan atau rasa sakit, penurunan berat badan, dan rasa tidak
enak. Alveolar echinococcosis dapat menyebabkan gagal hati dan
kematian karena penyebaran ke jaringan terdekat.

B. Toksitic

1. Kalajengking
Kalajengking adalah serangga beracun yang identik dengan capit dan
memiliki ekor yang dapat menyengat juga beracun dengan delapan kaki
yang masuk ke dalam ordo scorpiones dalam kelas arachnida.
Kalajengking merupakan salah satu hewan paling beracun yang dapat
mengancam nyawa.

Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa


kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu
pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik
(racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan
juga natrium dan kalium, yang berfaedah untuk mengganggu transmisi
saraf sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh
atau melumpuhkan mangsa mereka supaya mudah dimakan.

Bisa kalajengking semakin berfungsi terhadap artropoda lainnya dan


kebanyakan kalajengking tidak berbahaya untuk manusia. Sengatan
menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun
beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae mampu
berbahaya untuk manusia. Salah satu yang paling berbahaya
adalah Leiurus quinquestriatus, dan babak dari genera Parabuthus, 
Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling
banyak mengakibatkan kematian manusia adalah Androctonus australis.

2. Ular

Ular merupakan hewan yang termasuk toxitic karena ular memiliki bisa
yang beracun pada taringnya. Namun tidak semua ular ini memiliki bisa
yang beracun atau berbahaya, hanya beberapa jenis ular saja. Racun pada
ular terbentuk karena adanya kombinasi campuran enzim dan protein yang
dimiliki ular. Kombinasi protein dan enzim tersebut akan menjadi
berbahaya ketika berada di aliran darah manusia, karena dapat
membekukan darah dan memecahkan pembuluh darah.
Racun tersebut terkumpul dalam sebuah kantung yang tersimpan di kepala
ular, tepat di belakang matanya. Racun tersebut terhubung dengan saraf
yang langsung menghubungkan dengan taring ular. Taring hanya berfungsi
sebagai alat penyuntik racun, bukan tempat menyimpan racun.

Racun ular terdiri dari beberapa jenis yaitu: racun hemotoksin, racun
neurotoksin, racun miotoksin, dan racun sitotoksin. Racun hemotoksin
merupakan racun yang dapat menghancurkan sel darah merah dan
mengakibatkan pendarahan dalam tubuh. Berikut uraiannya:

a. Racun neurotoksin akan menyerang sistem syaraf manusia dan


menyebabkan penderitanya mengalami gagal pernafasan, tak
jarang berakhir kematian karena kurangnya asupan oksigen dan
gagal jantung. Biasanya ular King Cobra yang memiliki racun ini
dan hanya memberikan mangsanya waktu 15 menit saja sebelum
meregang nyawa.
b. Racun sitotoksin mengakibatkan hancurnya sel-sel tubuhmu, akan
ada tanda melebam di sekitar bekas gigitan si ular. Tubuhmu akan
terasa nyeri selama 10-15 menit dan menjalar ke bagian tubuh
lainnya.
c. Racun terakhir miotoksin mengakibatkan otot-otot tubuh jadi kaku
dan hancur, perlahan ototmu akan melebur menjadi protein.
Gejalanya dapat dilihat dari urin yang menjadi gelap karena protein
yang tersaring ginjal.

Anda mungkin juga menyukai