Anda di halaman 1dari 53

FARMAKOTERAPI 3

TUBERKULOSIS (TB)
Disusun Oleh :
IRA RAHMAWATI
D1A181563
7A REG PAGI
TUBERKULOSIS?
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman berbentuk batang yang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
pewarnaan (KEMENKES RI,2014)

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit


granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya
mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua
organ tubuh atau jaringan tubuh
ETIOLOGI
Terdapat 5 bakteri yang berkaitan dengan infeksi TB yaitu Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium
microti, dan Mycobacterium cannettii. Adapun bakteri utama penyebab
penyakit tuberkulosis ada bakteri Mycobacterium tuberculosis
Selain manusia, tidak ditemukan hewan yang berperan sebagai agen
penularan MTB. M. bovis dapat bertahan dalam susu sapi yang terinfeksi dan
melakukan penetrasi ke mukosa saluran cerna serta menginvasi jaringan
limfe orofaring saat seseorang mengonsumsi susu dari sapi yang terinfeksi
tersebut. Untungnya, kejadian infeksi M. bovis pada manusia sudah
mengalami penurunan signifikan di negara berkembang dikarenakan proses
pasteurisasi susu dan telah diberlakukannya strategi kontrol tuberkulosis yang
efektif pada ternak. Infeksi terhadap organisme lain relatif jarang ditemukan.
PATOGENESIS
● Tuberkulosis merupakan infeksi kronik. Kuman ini tinggal di makrofag dan
membelah setiap 23-32 jam sekali. Pada individu yang terinfeksi, dapat
menjadi infeksi primer aktif dan infeksi laten. Infeksi laten dapat mengalami
reaktivasi menjadi infeksi aktif kembali apabila terdapat perubahan kondisi
misalnya apabila penderita mengalami imunodefisiensi.
● Progres perjalanan infeksi ini tergantung dari proses imunitas yang dimediasi
oleh sel T. Selain menyebabkan bentuk khas lesi infeksi TB, reaksi sel T ini juga
bertanggung jawab dalam bentuk reaksi yang dimunculkan oleh tubuh
terhadap patogen MTB.
● Pada tahap permulaan, saat kuman MTB masuk, maka kuman ini akan
bereaksi dengan makrofag. Berikut proses patogenesis infekti TB mulai infeksi
makrofag, terjadinya reaksi imun terhadap kuman TB, dan reaksi imunitas yang
menyebabkan munculnya gambaran klinis tuberkulosis
CARA PENULARAN
● Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif
● Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak
● Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab
● Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut
● Faktor yang memungkin seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang
terkena :
1. Tuberkulosis Paru , merupakan tuberculosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk pelura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus
2. Tuberkulosis ekstra paru, merupakan tuberculosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru. Misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang,
persendiam, kulit, usus, ginjal, salurang kencing , alat
kelamin dll.
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak makroskopis :
1. Tuberkulosis paru BTA Positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 specimen dahak SPS hasilnya BTA
positf
- 1 specimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tubekulosis
- 1 specimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
Positif
- 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 specimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya BTA negative dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak makroskopis :


2. Tuberkulosis paru BTA negative
- Paling tidak 3 specimen dahak SPS hasilnya BTA negative
- Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberculosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
, bagi pasien dengan HIV negative
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobaatan.
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Kasus baru, merupakan pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus yang sebelumnya diobati
- Kasus kambuh
- Kasus setelah putus berobat
- Kasus setelah gagal
c. Kasus pindahan (Transfer In), merupakan pasien pindahan
keregister lain untuk melanjutkan pengobatan
d. Kasus lain
FAKTOR RISIKO
1. Faktor terkait indeks kasus
- Muatan bacilli
- Kedekatan terhadap pasien kasus menular
2. Faktor terkait individu 4. Faktor demografi/etnik
- Kondisi system imun yang lemah - Populasi pribumi atau aborigin
- Malnutrisi 5. Masalah system kesehatan
- Usia muda, anak lebih rentan terserang infeksi bakteri
tuberculosis
- Diabetes, diabetes dapat melemahkan secara
langssung respon imun, seehingga mudah terserang
bakteri
- Petugas Kesehatan
3. Faktor social dan kebiasaan
- Asap rokok
- Alkohol
- Polusi udara dalam ruangan
PREVALENSI TUBERKULOSIS
MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama pasien TBC paru yaitu batu berdahak selama 2 –


3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas , badan lemas , nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
, demam meriang lebh dari satu bulan.
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS

1. Berdasarkan keluhan dan hasil anamnesis :


- Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan tanda TB
- Gejala dilihat kembali, dikarenakan banyak dijumpai di
penyakit lain seperti kanker, asma, bronchitis dll
- Gejala dapat dipertimbangkan dengan melihat factor resiko :
seperti kontak erat, daerah tinggal, wilayah kumuh, dll
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologi
- Pemeriksaan dahak Mikroskopis langsung, berfungsi sebagai penegak
diagnosis, menentukan potensi penularan dan menilai keberhasilan
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua ,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sedniri ke
petugas di sarana pelayanan kesehatan
S (Sewaktu) : Dahak dikumpulkan di sarana pelayanan kesehatan
pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
- Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert
MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan
diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi
hasil pengobatan
- Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biaka dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) an media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
b. Pemeriksaan Penunjang lainnya
- Pemeriksaan foto toraks
- Pemeriksaan hispatologi pada kasus yang dicurigai TB esktra paru
c. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi
M.tb terhadap OAT
d. Pemeriksaan serologis

3. Alur Diagnosis TB pada orang dewasa


a. Fasekes yang mempunyai akses pemeriksaan dengan alat tes cepat
molekuler
b. Faskes yang hanya mempunyai pemeriksana mikroskopis dan tidak
memiliki akses ke tes cepat molekuler
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
4. Diagnosis TB pada orang dengan HIV AIDS (ODHA)
1. TB Paru BTA positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan
dahak positif
2. TB Paru BTA negative, yaitu hasil pemeriksaan dahak negative
dan gambaran klinis dan radiologis mendukung TB atau BTA
negative dengan hasil kultur TB positif
3. TB eksta paru, pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari
jaringan tubu yang terkena.
PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Prinsip Pengobatan TB :
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan
TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
TB lebih lanjut kuman TB.
1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
2. Diberikan dalam dosis yang tepat
3. Ditelah secara teratur dan diawasi secara lansung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
4. Pengobaan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam 2
tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan sebagai pengobatan yang
adekuat ntuk mencegah kekambuhan.
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Tujuan Pengobatan TB
1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup
2. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya
3. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
4. Menurunkan risiko penularan TB
5. Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Tahap Pengobatan TB
1. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu pertama
2. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan
OAT (OBAT ANTI TUBERKULOSIS)
Paket OAT anak dan dewasa terdapat 2 macam jenis dan
kemasan yaitu :
• OAT dalam bentuk obat kombinasi dosis tetap (KDT) atau
Fixed Dose Combination (FDC) yang dikemas dalam blister,
dan tiap blister berisi 28 tablet.
• OAT dalam bentuk Kombipak yang dikemas dalam blister
untuk satu dosis, kombipak ini disediakan khusus untuk
pengatasi efek samping KDT. Khusus untuk dewasa terdiri
dari kategori 1, kategori 2 dan sisipan.
ISONIAZID (H)
● Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Isoniazida 100 mg dan 300 mg / tablet Nama lain Isoniazida : Asam
Nicotinathidrazida; Isonikotinilhidrazida; INH
● Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis
aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko
tinggi mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-
sama dengan antituberkulosis lain.
● Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman
dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.
Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang
diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
RIFAMPISIN (R)
● Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg,
450 mg, 600 mg
● Indikasi Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang
dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun
ulang
● Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja,
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose
Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
PIRAZINAMID (Z)
● Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500
mg/tablet.
● Indikasi Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi
dengan anti tuberkulosis lain.
● Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja,
berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase
yang berasal dari basil tuberkulosa
ETAMBUTOL (E)
● Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Etambutol-HCl 250 mg, 500 mg/tablet.
● Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis
dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada
resistensi. Jika risiko resistensi rendah, obat ni dapat ditinggalkan.
Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun,
neuritis optik, gangguan visual.
● Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan
kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.
Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada
kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya
mycolic acid pada dinding sel.
STREPTOMISIN (S)
● Identitas Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi
1,5 gram / vial berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan
bersama dengan Aqua Pro Injeksi dan Spuit.
● Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama
isoniazid, Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita
yang dikontra indikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi
tersebut.
● Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
sedang membelah. Mekanisme kerja berdasarkan
penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan
pengikatan pada RNA ribosomal.
OAT lini pertama
OAT lini kedua
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan.
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR
diberikan toga kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :
- Pasien baru TB paru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negative ftoto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru

Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) yang dikemas dalam
bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk pasien yang
tidak bisa menggunakan paduan OAT KDT.
Kategori 2
(2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2
bulan dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan
dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan
tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang
sebelumnya pernah diobati, yaitu: • Penderita kambuh
(relaps) • Penderita gagal (failure) • Penderita dengan
pengobatan setelah lalai (after default).
Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)

● Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2


bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari
HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu.
● Obat ini diberikan untuk:
• Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,
• Penderita TB ekstra paru ringan.
OAT sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan
ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Paduan OAT Sisipan untuk penderita dengan berat badan


antara 33 – 50 kg 1 tablet Isoniazid 300 mg, 1 kaplet
Rifampisin 450 mg, 3 tablet Pirazinamid 500 mg, 3 tablet
Etambutol 250 mg Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE
yang dikemas dalam 1 dos kecil
Kategori Anak (2RHZ/4RH)

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat


dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan
setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan
dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Keterangan:
● Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit
● Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
● Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
● Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
● OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Kegiatan pemberian konseling, edukasi kesehatan, dan motivasi
pada pasien TB MDR dan anggota keluarga mereka tentang
penyakit dan perlunya pengobatan teratur sampai selesai adalah
sangat penting. Dukungan psikososial kepada pasien TB MDR
untuk tercapainya keberhasilan pengobatan. Penyuluhan khusus
juga diberikan kepada pasien mengenai etika batuk / higiene
respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau bersin,
atau lebih disarankan menggunakan masker, mencuci tangan
dengan sabun setelah batuk atau bersin) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014b).
● Istirahat yang cukup
● Diet sehat, dianjurkan mengonsumsi banyak
lemak dan vitamin A untuk membntuk jaringan
lemak baru dan meningkatkan system imun
● Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar
tempat tinggal
● Menjaga sirkulaso udara di dalam rumah agar
selalu berganti dengan udara yang baru
● Berorlahraga seperti jalan santai di pagi hari
● Mencegah penularan
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI. 2016. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 67 Tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis Jakarta
• Departemen Kesehatan RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
364/MENKES/SK/V/2009. Jakarta
• Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta : Kementrian kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
• Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis.
Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
• Irianti, T.,dkk. 2016. Mengenal Anti Tuberkulosis. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada
• Departemen Kesehatan RI. 2018. Tuberkulosis. Jakarta : Pusat Data dan Informasi
(PUSDATIN)
TERIMAKASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai