LABORATORIUM IMUNOHEMATOLOGI
PRA ANALITIK
Prinsip : Reaksi aglutinasi antara antigen (aglutinogen) yang terdapat pada permukaan
sel darah merah dengan antibodi (aglutinin) yang sudah diketahui jenisnya.
Alat :
1. Slide golda
2. Kapas kering
3. Alkohol swab
4. Autoclick
5. Blood lancet
6. Pengaduk disposible
7. Tissue
Reagen :
1. Antisera A
2. Antisera B
3. Antisera AB
4. Antisera D
Sampel :
1. Darah Kapiler
2. Darah Vena
Probandus :
1. Nama : Mr.X
2. Umur : Xy
3. TTL : Xxy
4. Alamat : Xyy
ANALITIK
Prosedur :
2. Diteteskan 1 tetes antisera A pada slide pertama, antisera B pada slide kedua dan
antisera AB pada slide ketiga untuk pemeriksaan golongan darah ABO dan antisera
D pada slide keempat untuk pemeriksaan golongan darah Rhesus.
Hasil :
Interpretasi hasil :
AGLUTINASI
Antisera A Antisera B Antisera AB GOLONGAN DARAH
+ - + A
- + + B
+ + + AB
- - - O
Antisera D Rhesus
+ Rh+
- Rh-
Kesimpulan : Dari pemeriksaan golongan darah direct pada sampel darah kapiler
yang telah dilakukan, didapatkan hasil positif golongan darah O+
(Rhesus positif)
Diskusi :
Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, yaitu :
Golongan darah rhesus yang didasarkan pada jenis aglutinogen pada erytrosit dan
agglutinin pada plasma darah. Ada dua jenis penggolongan rhesus yaitu rhesus positif (+) dan
rhesus negatif (-). Seseorang bergolongan rhesus positif (+) memiliki antigen rhesus pada
erytrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan rhesus negatif (-) memiliki antibodi
rhesus pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen.
Golongan darah ABO merupakan salah satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen
tunggal. Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak dijumpai adanya rhesus negatif, hal ini karena
golongan darah rhesus negatif (Rh-) ditemukan pada sekitar 15% pada ras kulit putih,
sedangkan pada ras Asia jarang dijumpai rhesus negatif, kecuali terjadi perkawinan campuran
dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita, perbedaan rhesus dapat
menimbulkan masalah jika terjadi kehamilan (ibu dan anak berbeda rhesus), dimana pada
bayi pertama, risiko peluang terbentuk antibodi sebesar 8%, dan pada kehamilan berikutnya
sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama yaitu sebesar 16%. Sehingga adanya
perbedaan rhesus dapat menimbulkan kondisi Hemolytic Disease of The Newborn atau
erytroblastosis fetalis (Arosa, 2016), pada saat kondisi tertentu dapat mengakibatkan
kematian janin dalam rahim maupun terjadinya gangguan kesehatan setelah bayi lahir seperti
jaundice (penyakit kuning), anemia, gagal jantung serta pembengkakan hepar (Swastini,
Lestari, Laksmiani, & Setyawan, 2016).
Akbar, T. I. S., Ritchie, N. K., & Nurmala. (2019). Inkompatibilitas ABO Pada Neonatus Di
UTD PMI Kota Banda Aceh Tahun 2018. Jurnal Averrous, 5(2), 59–75.
Swastini, D., Lestari, A., Laksmiani, N., & Setyawan, E. (2016). Pemeriksaan Golongan
Darah Dan Rhesus Pelajar Kelas 5 Dan 6 Sekolah Dasar Di Desa Taro
Kecataman Tegallalang Gianyar. Buletin Udayana Mengabdi, 15(1), 64–69.
Tenriawaru, E.P dkk. 2016. Analisis Korelasi Antara Golongan Darah Tipe ABO Dengan
Modalitas Dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika. Vol. 7 No.1: 42.
Palopo: Universitas Cokroaminoto