Anda di halaman 1dari 16

ASPEK FISIOLOGI PERILAKU HEWAN

HORMON & GEN

Oleh :

Kelompok 2

Ghina Puluhulawa

Ulvan Anwar (431418008)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2021
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan doa dan puji syukur kehadirat Allah swt. serta
shalawat dan salam tercurahkan ke junjungan kita nabi Muhammad SAW,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas PERILAKU HEWAN dengan judul
“ASPEK FISIOLOGI PERILAKU HEWAN : HORMON & GEN”. Adapun
kami, selaku penyusun makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari segala
pihak yang membantu dan mendukung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan sumbangan pikiran, pendapat,
serta saran-saran yang berguna demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagipembaca.

Gorontalo, 09 September
2021

Tim Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................


1.2 RumusanMasalah..............................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etologi & Perilaku Hewan................................................................


2.2 Mekanisme Terjadinya Tingkah Laku............................................
2.3 Pengaruh Hormon & Gen Terhadap PerilakuHewan...................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................

DaftarPustaka................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk
respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons
dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan
respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat
diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus.
Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada
organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme
tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini
adalah antropomorfisme (berasal dari bahasa Yunani, Anthropos:
manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku
manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita
menafsirkan perilaku tersebut secaraantropomorfik.
Suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku
bawaan lahir atau “innate behavior”) dan karena akibat proses belajar atau
pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan
ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan
bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh
alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan. Hal ini
merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian,
diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu
genetis atau bawaan dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi
suatu perkembangan sifat. Semua hewan memiliki perilaku yang berbeda-
beda, baik perilaku bawaannya, yang sudah diajari maupunadaktifnya.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun beberapa rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku hewan ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya tingkah laku?
3. Bagaimana pengaruh gen dan hormon terhadap perilaku hewan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun beberapa tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku hewan
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya tingkah laku
3. Untuk mengetahui pengaruh gen dan hormon terhadap perilaku
hewan
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Etologi dan Perilaku Hewan
Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi
(dari bahasa Yunani: ἦθος, ethos, "karakter"; dan –λογία, -logia) adalah
suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah
laku hewan,mekanisme serta faktor-faktorpenyebabnya.
Perilaku (behavior) berarti bertindak, bereaksi, atau berfungsi
dalam suatu cara tertentu sebagai respons terhadap beberapa stimulus
(rangsangan). Atau dengan kata lain, perilaku merupakan tanggapan
ataupun merespon terhadap berbagai stimulus, baik yang berasal dari
lingkungan luar maupun yang dari dalam tubuh sendiri berkaitan
dengan apa yang dilakukan makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup
tersebutmelakukannya.
Perilaku (behavior) berarti bertindak, bereaksi, atau berfungsi
dalam suatu cara tertentu sebagai respons terhadap beberapa stimulus
(rangsangan). Atau dengan kata lain, perilaku merupakan tanggapan
ataupun merespon terhadap berbagai stimulus, baik yang berasal dari
lingkungan luar maupun yang dari dalam tubuh sendiri berkaitan dengan
apa yang dilakukan makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup tersebut
melakukannya. Perilaku juga merupakan aktivitas suatu organisme akibat
adanya suatu stimulus. Perilaku organisme ini meliputi perilaku hewan,
tumbuhan, ataupun mikroorganisme (Rakhmawati, 2014).
Perilaku juga merupakan kebiasaan-kebiasaan satwa liar dalam
aktivitas hidupnya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah
pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan
sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara
kawin dan melahirkan anak (Alikodra, 1990). Perilaku merupakan suatu
adaptasi agar makhluk hidup tetap bertahan hidup pada lingkungan
tertentu. Perilaku individual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
otot atau kelenjar di bawah kendali sistem saraf sebagai respon terhadap
suatu rangsangan. Contohnya perilaku hewan ini antara lain yaitu hewan
yang menggunakan otot-otot di dada dan kerongkongannya untuk
berkicau, atau melepaskan bau tertentu untuk menandai teritorinya.
Perilaku adalah bagian esensial pemerolehan nutrien untuk pencernaan dan
pencarian pasangan untuk reproduksi seksual. Selrain itu juga turut
berperan dalam homeostasis, misalnya lebah madu berdempetan untuk
menghasilkan atau mengonservasi panas (Campbell dkk, 2008:295).
Tingkah laku hewan sendiri terdiri dari dua macam yaitu
”klise” yang merupakan konsekuensi dari sistem syaraf yang diturunkan
secara genetik bersifat tetap dan utuh ”fixed action pattern”. Tingkah
laku ini antara lain taksis yaitu orientasi tubuh dalam menghadapi
aspek lingkungan, refleks yaitu respon yang dilakukan oleh sebagian
tubuh dan insting yaitu interaksi antara hormon, stimulus eksternal dan
sistem syaraf. Tingkah laku dipelajari ”acquired” adalah tingkah laku
yang terbentuk melalui proses belajar sepanjang masa kehidupan, berubah
berdasarkan pengalaman, non genetik dan tidak berkaitan dengan
stimulus tertentu. Tingkah laku ini tebagi menjadi tingkah laku belajar
dan reasoning yaitu kemampuan merespon situasi baru tanpa proses
belajar sebelumnya (Bima, 2007).
Menurut Alcock (1979), bila mengamati tingkah laku, maka
terdapat dua pengertian, yaitu proksimat dan ultimat. Proksimat
merupakan mekanisme yang berkaitan dengan stimulus lingkungan atau
penyebab tingkah laku yang secara langsung berasal dari dalam tubuhnya.
Stimulus yang muncul dapat mengakibatkan perubahan hormon atau
neural yang menstimulasi tingkah laku, yang berhubungan dengan
produksi seperti kicauan burung dan pembuatan sarang. Sedangkan ultimat
merupakan perilaku yang berasal dari dalam hewan itu sendiri karena
faktor genetik yang terbentuk melalui gen tertentu karena hewan harus
mempertahankan hidupnya. Lebih jelas mengenai perilaku hewan ini,
dipelajari dalam cabang ilmu etologi. Etologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku hewan dalam kondisi alami.
2.2 Mekanisme Terjadinya Tingkah Laku
Perilaku merupakan tanggapan hewan melalui gerakan motorik
terhadap rangsangan yang berasal dari luar maupun dalam tubuh hewan.
Membicarakan tentang mekanisme perilaku hewan, maka terdapat
beberapa sistem utama yang terlibat dalam mekanisme munculnya
perilaku, yaitu: sistem reseptor (termasuk alat indera), sistem saraf, sistem
endokrin, dan efektor (kelenjar dan sistem alatgerak).
Stimulus atau rangsangan diterima oleh reseptor. Stimulus dapat
berupa rangsangan luar maupun rangsangan dalam. Rangsangan luar
(eksternal), misalnya suhu, keberadaan predator diterima oleh reseptor
luar (eksteroseptor), misalnya alat indera atau ujung-ujung saraf di kulit.
Rangsangan dalam misalnya rasa lapar dan rasa haus diterima oleh
reseptor dalam (interoseptor). Rangsangan diteruskan sebagai impuls
listrik oleh sel saraf sensorik (aferen) menuju sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Pengolahan informasi di dalam sistem
saraf pusat diteruskan oleh sel saraf motorik (eferen) menuju efektor.
Efektor dapat berupa otot atau kelenjar. Efektor otot akan melaksanakan
perintah sistem saraf pusat berupa aktivitas motorik, yang merupakan
perilaku. Efektor lainnya adalah kelenjar termasuk kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin terhubung dengan sistem saraf melalui
strukturhipotalamus.

2.3 Pengaruh Hormon dan Gen Terhadap Perilaku Hewan


Gen adalah bagian dari kromosom atau salah satu kesatuan kimia
(DNA) dalam kromosom yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri-ciri
genetis dari suatu makhluk hidup. Gen diturunkan atau diwariskan oleh
satu individu kepada keturunannya, yaitu melalui suatu proses reproduksi.
Oleh karena itu, informasi yang menjaga keutuhan bentuk serta fungsi
kehidupan suatu organism dapat terpelihara/ terjaga. Gen-gen merupakan
substansi hereditas, yang memiliki fungsi seperti berikut ini :
1. Menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke
generasi.
2. Mengontrol, mengatur metabolisme dan perkembangantubuh.
3. Menentukan sifat-sifat pada keturunannya. Sifat-sifat itu dapat
berupa bentuk rambut, bentuk badan, warna kulit dan lain
sebagainya.
4. Proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan.
Pada setiap tahap reaksinya dibutuhkan enzim. Pembentukan dan
juga pengontrolan kerja enzim tersebut dilakukan oleh gen. pada
proses perkembangan yang membutuhkan hormone juga diatur
olehgen.
Perilaku dikontrol oleh gen sehingga merupakan obyek proses
seleksi alam. Jika perilaku meningkatkan ketahanan (fitness), maka
perilaku tersebut menjadi lebih umum dari waktu ke waktu dan akan
ditransfer ke generasi berikutnya melalui masa perawatan anak atau
perilaku sosial. Sementara itu, perilaku yang menurunkan ketahanan
akan menjadi semakin kurangumum.
Perilaku sering kali dikontrol secara mutlak oleh gen,
sedangkan perilaku lainnya seperti dipengaruhi oleh pengalaman hewan
dalam lingkungannya. Apakah perilaku sepenuhnya dikontrol oleh gen
atau oleh lingkungan masih terjadi perdebatan dengan istilah nature versus
nurture. Dalam kenyataannya, perilaku tidak hanya sepenuhnya dikontrol
oleh gen atau oleh lingkungan saja, tetapi oleh keduanya. Sebagai contoh,
perilaku anjing akan cenderung meniru anjing lain, dan itu dikontrol oleh
gen tertentu. Tetapi perilaku tertentu tidak akan berkembang secara
normal jika anjing diisolasi dari anjing-anjinglainnya.
Secara umum, pengertian hormon merupakan zat kimia yang
dihasilkan oleh organ-organ tubuh tertentu dari kelenjar endokrin yang
berfungsi guna memacu fungsi organ-organ tertentu. Istilah kata hormon
berasal dari kata “hormein” yang merupakan bahasa Yunani yang berarti
memacu, atau kata “hormao” yang berarti membangkitkan atau
menggairahkan. Hormon mempunyai peran penting untuk mengendalikan
proses metabolisme, pertumbuhan reproduksi dan kekebalan. Secara
umum, fungsi hormon pada hewan antara lain berfungsi pada pengaturan
pergantian kulit, menghambat proses metamorfosis, mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
Pengendalian, pengaturan dan koordinasi aktivitas sel, jaringan dan
alat-alat tubuh dilakukan oleh sistem saraf dan sistem hormon. Pada
umumnya saraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami
perubahan yang relatif cepat seperti pergerakan otot rangka, pergerakan
otot polos dan sekresi kelenjar. Sebaliknya, hormon mengatur aktivitas
seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan.
Pengaruh hormon dapat terjadi dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan,
dan tahun.
Kelenjar yang menghasilkan hormon disebut kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu karena hormon yang
dihasilkan tidak dialirkan melalui suatu saluran tetapi langsung masuk ke
dalam pembuluh darah. Ada kelenjar lain yang disebut kelenjar eksokrin
yang sekretnya dialirkan melalui kelenjar ludah, kelenjar keringat,
kelenjar susu, dan kelenjar pencernaanmakanan.
Baik vertebrata maupun invertebrata mempunyai jaringan
khusus yang mengsekresikan zat pengatur yang langsung dialirkan ke
dalam darah. Jaringan ini dikenal dengan kelenjar endokrin dan zat
pengatur yang disekresikan disebut hormon. Istilah hormon diperkenalkan
oleh E.H. Starling tahun 1905 dalam bahasa Yunani dan diartikan sebagai
“membangkitkan”. Saat ini diketahui hormon sebagai mesenger dalam
perjalanannya di dalam darah dan cairan interstitial, hormon akan bertemu
dengan reseptor yang khas untuk hormon tersebut. Reseptor ini terdapat
dipermukaan atau di dalam sel target. Meskipun semua hormon
mengadakan kontak dengan semua jaringan dalam tubuh, hanya sel
jaringan yang mengandung reseptor yang spesifik terhadap hormon
tersebut yang akanterpengaruh.
Pada invertebrata telah diketahui beberapa hormon pada cacing,
annelida, moluska dan arthropoda. Pada crustacea, suatu substansi yang
dihasilkan oleh kelenjar sinus pada mata mempengaruhi kromatofor.
Pigmen – putih, merah dan kuning (juga hitam, biru dan abu-abu) – sangat
tersebar dan bervariasi, sehingga tubuh mereka dapat meyerupai
lingkungannya. Proses pergantian kulit dan metamorfosis pada insekta
dikontrol oleh sekresi internal. Pada jenis hama (Rhodnius), atau hormon
dari corpus allatum yang terletak di belakang otak menghalangi terjadinya
metamorfosis, sementara di lain pihak pada sel neurosekretori yakni pars
intercerebralis dan otak menyebabkan terjadinya pergantian kulit dan
diferensiasi.
Pada vertebrata termasuk manusia hormon diproduksi dan
disekresikan dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah yang
sangat kecil, diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target;
mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target;
mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus, hormon berpengaruh
tidak saja terhadap satu sel target, tetapi beberapa sel target berlainan.
Pengaruh hormon sangat bervariasi namun dapat dibagi dalam 4
lingkup, yakni (1) mengendalikan medium interna dengan jalan mengatur
komposisi kimia dan volume; (2) mengadakan tanggapan terhadap
perubahan drastis kondisi lingkungan untuk menolong tubuh dari situasi
seperti infeksi, trauma, stress, dehidrasi, kelaparan dan pendarahan; (3)
berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan; (4) terlibat dalam
proses reproduksi termasuk reproduksi gamet, fertilisasi, dan suplai
makanan kepada embrio dan individu yangbaru dilahirkan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi sekresi hormon, yaitu faktor
saraf dan faktor kimia. Beberapa kelenjar endokrin mendapat suplai
informasi dari saraf autonom. Bila sekresi saraf mengendalikan kontraksi
otot dan sekresi kelenjar, sistem endokrin menghasilkan proses
metabolisme. Pengendalian sistem saraf dapat berlangsung cepat dan
pengaruhnya hanya sebentar bila dibandingkan dengan sistem endokrin.

Jumlah hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin


ditentukan oleh kebutuhan tubuh akan hormon tersebut dalam waktu
tertentu. Pengaturan ini penting bagi tubuh untuk mempertahankan
homeostatis. Hormon yang dihasilkan tanpa melibatkan secara langsung
sistem saraf adalah: kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid;
insulin yang dihasilkan oleh pankreas, dan aldosteron yang dihasilkan
oleh adrenal bagian korteks. Kelenjar endokrin pada umumnya meliputi
pituitari (hipofisis), tiroid, paratiroid, adrenalin (suprarenal), pankreas,
ovarium, testes, ginjal, lambung, usus kecil dan plasenta. Pankreas
termasuk kelenjar yang berfungsi ganda, yakni sebagai kelenjar eksokrin
maupunendokrin.

2.4 Bentuk-Bentuk Perilaku Hewan

Bentuk dari perilaku hewan dapat dibagi menjadi 2 yaitu perilaku


hewan yang berasal dari bawaan yang umumnya diwariskan, dan perilaku
yang terajar (terlatih) (Dwi dan Sugiharti, 2011).

1) Perilaku Bawaan (Innate Behavior)

Perilaku bawaan (innate, instinct, FAP) merupakan perilaku yang


bersifat tetap; diprogram sacara genetik; kisaran perbedaan lingkungan
pada individu kelihatannya tidak mengubah perilaku; tanpa pengalaman
spesifik sebelumnya (Rakhmawati, 2014).

Untuk melakukan perilaku bawaan kadang-kadang diperlukan


suatu isyarat tertentu, isyarat tersebut disebut release atau pelepas. Release
(pelepas) ini dapat berupa warna, zat kimia, dll (Sudaryanto, 2011).

a. Release berupa warna, misalnya pada ikan berduri punggung


tiga. Selama musim berbiak biasanya ikan betina akan mengikuti ikan
jantan yang perutnya berwarna merah ke sarang yang telah disiapkannya.
Tetapi ternyata ikan betina akan mengikuti setiap benda yang berwarna
merah yang diberikan kepadanya. Dan benda apapun yang menyentuh
dasar ekornya, akan menyebabkan ikan betina tersebut bertelur.

b. Release berupa zat kimia, misalnya feromon (pheromone).


Banyak hewan yang berkomunikasi melalui aroma dengan mengeluarkan
zat kimia berupa feromon ini. Feromon berfungsi sebagai release pada
berbagai serangga sosial seperti semut, lebah dan rayap. Feromon ini
seringkali berkaitan dengan perilaku reproduktif, namun di samping itu
juga berkaitan dengan perilaku non reproduktif. Jadi hewan-hewan
serangga mempunyai berbagai feromon untuk setiap tingkah laku,
misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari makan, perilaku adanya
bahaya, dll (Campbell dkk, 2008:300).

3.1 Kesimpulan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku (behavior) hewan adalah aktivitas atau tanggapan dari suatu hewan
terhadap berbagai stimulus, baik yang berasal dari lingkungan luar maupun
yang berasal dari dalam tubuhnya.
Mekanisme terbentuknya perilaku hewan yaitu ketika ada stimulus yang
datang baik eksternal maupun internal yang disampaikan oleh sistem syaraf
dan campur tangan sistem hormon kemudian disampaikan keseluruhan
tubuh untuk memberikan komando agar melakukan suatu tingkah laku.
Perilaku hewan dalam usahanya untuk beradaptasi dengan lingkungan
dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor lingkungan, yang mana
perilaku pada hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir
atau “innate behavior”), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman
yang dapat disebabkan oleh lingkungan.
Bentuk dari perilaku hewan dibagi menjadi 2 yaitu perilaku hewan yang
berasal dari bawaan yang umumnya diwariskan (innate behaviore), dan
perilaku yang terajar (terlatih). Pada perilaku bawaan ada beberapa bentuk
perkembangan sifat yaitu innate, instinct, dan FAP (Fixed Action Pattern
atau Pola Aksi Tetap). Dalam terbentuknya perilaku bawaan ini diperlukan
suatu release (isyarat) yang dapat berupa zat kimia, warna, dll.
3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan pembaca bisa
menjadikan bacaan ini sebagai sarana dan sumber yang relevan dan juga
sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Daftar Pustaka

Alcock, J. 1979. Animal Behaviour, an Evolutionariy Approach 2nd Edition.


Massachusetts: Sinauer Associates, Inc.
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Pusat Antar Universitas Pendidikan Ilmu Institut Pertanian Bogor.
Bima. 2007. Struktur dan Fungsi Hewan-2. http:// Bima. Ipb.Ac.Id.
/Tpbipb/Materi/Biologi/Kuliah%2012%20struktur%20dan%20fungsi%20hayati
%20hewan2.Pdf. [Diakses pada 7 September 2015].
Campbell, N. A., J. B. Reece., & L. G. Mitchel. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3.
Terjemahan oleh Manalu W. 2000. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, N. A. & Reece, J. B. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan oleh
Damaring Tyas Wulandari. 2008. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cendrajaya, A. R. 2012. Bagaimana Cara Semut Mencari Makanan.
http://silverant.blogspot.co.id/2012/07/bagaimanacarasemutmencarimakanan.html.
[Diakses pada 7 September 2015].
Dwi, F., dan Sugiharti, E. 2011. Etologi alias Tingkah Laku Hewan.
http://dyahemangfitri.blogspot.co.id/2011/03/etologi-alias-tingkah-laku-hewan.html.
[Diakses pada 7 September 2015].
Sumarto, S,. dan Roni Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai