PUSAT LABA
Dosen Pengampu:
Sondang Aida Silalahi, S.E., M,Si dan Andri Zainal, S.E., M.Si., Ak., Ph.D
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah…….................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………..……………………… 1
1.3 Tujuan…....……………….................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN………................................................................................. 2
2.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban…............................................................... 2
2.2 Sifat Pusat Pertanggungjawaban …………….…...…...…..………....................... 2
2.3 Hubungan Input dan Output…………..…………………….…………………… 3
2.4 Efisiensi dan Efektivitas……………………....………….……………………… 4
2.5 Jenis Pusat Pertanggungjawaban……………………….………………………... 4
2.6 Studi Kasus…………………………………………….……………………….... 7
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 9
3.2 Saran……............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses menganalisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat
laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis
rasio keuangan. Dari sudut pandangan investor, salah satu indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Laba perusahaan dalam hal ini dapat dilakukan dijadikan sebagai ukuran
dari efisiensi dan efektifitas dalam sebuah unit kerja dikarenakan tujuan utama
dari pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, laba suatu
perusahaan khususnya pada pusat laba atau unit usaha yang menjadikan laba
sebagai tujuan utamanya merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi
pimpinan atau manajer atau dengan kata lain efisiensi dan efektifitas dari
perusahaan dapat dilihat dari laba yang diraih unit tersebut.
Pengukuran laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan
dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur. Dalam hal pendapatan,
pilihan metode pengakuan pendapatan sangatlah penting. Dalam hal pengeluaran,
pengukuran dapat bervariasi mulai dari biaya veriabel yang dikeluarkan pusat
laba sampai overhead korporat yang di alokasikan penuh, termasuk pajak
penghasilan. Penilaian-penilaian yang berhubungan dengan pengukuran
pendapatan dan biaya-biaya harus dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan
pertimbangan perilaku. Kuncinya adalah memasukan beban dan pendapatan
laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut,
bahkan jika tidak secara penuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pusat laba ?
2. Bagaimana pusat laba dalam sistem pengendalian manajemen ?
3. Apa saja unit usaha sebagai pusat laba ?
4. Apa saja pusat laba lainnya ?
5. Bagaimana mengukur profitabilitas ?
6. Bagaimana mengidentifikasi masalah dalam pengukuran pusat laba ?
C. Tujuan
1. Sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Sistem Pengendalian
Manajemen.
2. Mampu memahami mengenai Pusat Pertanggungjawaban dan Sifat Pusat
Pertanggungjawaban.
3. Agar memahami hubungan antara input dan output.
4. Agar mengetahui jenis pusat pertanggungjawaban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pusat Laba
Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan
pendapatan tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang
investasi. Pusat laba hanya bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus
dicapai. Misalnya: pimpinan anak perusahaan atau manajer divisi yang tidak diberi
hak untuk mengambil keputusan tentang investasi. Laba merupakan ukuran kinerja
yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat
menggunakan satu indicator yg komprehensif, dibandingkan jika harus
menggunakan beberapa indicator.
Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban
dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar
dalam peningkatan penjualan keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan
biaya/pendapatan (expense/revenue trade-off). Tambahan beban iklan adalah salah
satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off semacam ini
dengan aman ke tingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang
harus dipenuhi.
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam
membuat keputusan serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang
dibuat oleh manajer.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah
dalam organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi. Seluruh pusat tanggung
jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggung
jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung jawab yang
bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari
delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana
dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan desain system pengendalian
manajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
E. Mengukur Profitabilitas
Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam
mengevaluasi suatu pusat laba, sama halnya seperti mengevaluasi perusahaan secara
keseluruhan. Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus
pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk (planning)
koordinasi (coordinating), dan prngendalian (controlling), kegiatan sehari – hari dari
pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer.
Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana
kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi. Maksud dari kedua ukuran diatas
berbeda satu sama lain.
1. Jenis Jenis Ukuran Kinerja
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu,
pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk
overhead korporat, dialokasikan kepusat laba). Meskipun demikian kinerja manejer
pusat laba dapat di evaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas:
a. Margin Kontribusi
Margin kontribusi ( contribution margin) menunjukan rentang (spread) antara
pendapatan dengan beban variabel. Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat
pengukur kinerja manajer pusat laba adalah bahwa karena beban tetap (fixed expense)
berada diluar kendali tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian
untuk memaksimalkan margin kontribusi.
b. Laba Langsung
Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap
overhead umum dan laba perusahaan. Ukuran inimmenggabungkan seluruh
pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke
pusat laba tersebut tanpa memperdulikan apakah terdapat pos – pos ini ada dalam
kendali manajer pusat laba atau tidak.
c. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran – pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokan menjadi dua
kategori: dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam
kategori pertama adalah pengeluaran – pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling
tidak pada tingkat tertentu, oleh manajer unti bisnis-layanan teknoligi informasi.
d. Laba sebelum Pajak
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba
berdasarkan jumlah relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat
laba dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung
berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya actual, dimana kolom
änggaran” dan äktual”dalam laporan kinerja pusat laba menunjukan jumlah yang
hampir sama untuk pos khusus kasus ini. Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat
laba domestic berdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah
pajak.
2. Pendapatan
Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam
suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai
yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut.
MENGIDENTIFIKASI MASALAH DALAM PENGUKURAN PUSAT LABA
Dalam mengukur prestasi pusat laba, ada empat maslah yang memerlukan perhatian
khusus, yaitu :
A. Masalah alokasi pendapatan bersama (common revenues).
Pada dasanya, konflik bisa timbul atas alokasi pendapatan di antara pusat laba.
B. Masalah alokasi biaya bersama (common cost).
Beberapa jenis biaya bersama yang perlu dialokasikan antara lain meliputi :
1. Biaya overhead pabrik tetap.
2. Biaya departemen jasa.
3. Joint cost.
4. Biaya kantor pusat.
Langkah – langkah pengalokasian biaya bersama secara umum terdiri dari tiga tahap
yaitu :
1. Mengakumulasikan biaya yang berhubungan dengan produk, departemen, atau
divisi.
2. Mengidentifikasikan penerima biaya yang dialokasikan mungkin produk,
departemen atau divisi.
3. Memilih metode atau dasar untuk menghubungkan biaya pada langkah ke-1 dan
penerima biaya pada langkah ke-2 secara logis.
C. Masalah penentuan harga transfer (transfer price).
Harga transfer mempunyai dua peran yang bisa saja mengakibatkan konflik.
Pertama, sebagai harga, harga transfer merupakan pedoman bagi pembuatan
keputusan lokal. Kedua, harga dan pengukuran laba membantu manajemen puncak
mengevaluasi pusat laba sebagai entitas yang tepisah.
D. Masalah pemilihan tolok ukur laba (type of profitability measure).
Ada lima konsep laba yang biasa digunakan sebagai dasar untuk menilai
prestasi pusat laba berikut ini :
1. Margin kontribusi (contribution margin).
2. Laba langsung divisi (direct divisional profit).
3. Laba sebelum pajak.
4. Laba bersih (income).
Contoh Kasus
penjualan……………………………………………………...............…….. $124.866
Harga Pokok Produksi…………………………………………………………. 73.230
Margin Kotor…………………………………………………………………... 51.636
Biaya Operasi…………………………………………………………………... 20.792
Biaya divisi yang dialokasikan……………………………………………….... 11.340
Biaya perusahaan yang dialokasikan……………………………………..……... 3.420
Laba sebelum pajak …………………………………………………………… 16.084
Beban pajak………………………………………………………..……………. 4.825
Laba………………………………………………………………..…………. $
11.259
Aktiva Bersih yang Ditetapkan per 1 Januari 1992 Total aktiva Kas dan
piutang………………………………………………………...............……... $ 25.000
Persediaan……………………………………………………………………… 12.875
Tanah, gedung, dan peralatan sesuai nilai buku………………………….……..
86.560
Total
Aktiva…………………………………………………………..……......…….
124.435
Dikurangi kewajiban lancar……………………………………….…………….
26.135
Aktiva Bersih……………………………………………………......………... $
98.300
ROI………………………………………………………………..………….. 11,5%
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur
berdasarkan laba (selisih antara pendapatan dan beban) yang diperoleh. Pusat laba
dapat dibentuk dengan struktur divisionalisasi, yang memungkinkan unit utama
bertanggungjawab terhadap produksi dan pemasarans sekaligus.
Batasan dari unit bisnis lainnya. Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu
unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain. Sangatlah berguna untuk
memikirkan pengelolaan suatu pusatlaba dalam hal pengendalian atas tiga jenis
keputusan:
a. keputusan produk (barang atau jasa apa saja yang harus dibuat dan dijual;
b. keputusan pemasaran (bagaimana, di mana, dan berapa jumlah barang atau jasa
yang dijual;dan
c. keputusan perolehan (procurement) atau sourcing (bagaimana mendapatkan
danmemproduksi barang atau jasa).Jika seorang manajer unit bisnis
mengendalikan ketiga unit bisnis tersebut, biasanya tidak akan mendapatkan
kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja.
Batasan dari manajemen korporat. Batasan-batasan yang dikenakan oleh
manajemen korporat dikelompokkan menjadi tiga bagian:
a. batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategis;
b. batasan yang timbul karena adanya keharusan keseragaman yang diperlukan; dan
c. batasan yang timbul dari nilai ekonomis sentralisasi
B. Saran
Berdasarkan materi ini penulis menyarankan bahwa adanya pusat laba sangat
penting diterapkan dalam suatu organisasi karena dengan hal itu dapat membuat
perusahaan tersebut melaksanakan strateginya melalui proses pusat
pertanggungjawaban pusat Laba.
DAFTAR PUSTAKA
10