Anda di halaman 1dari 29

Mata Kuliah : Dosen Pengampu :

Hukum Dagang Irfan Ridha, S.H.,M.H

MAKALAH HUKUM DAGANG


“ Asuransi”

Di SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. M. AZIZI ZULKIFLI
2. ROSI RIANTAMI
3. MUHAMMAD FAHRUR RIZKI
4. DESWITA GUNAWAN

KELAS IH-I
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuransi ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Hukum Dagang. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang topik Asuransi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfan Ridha, S.,H, M.,H
selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Dagang yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan dasar Hukum Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Unsur-unsur asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 4
C. prinsip-prinsip asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
D. Subjek dan Objek Kepentingan dalam Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
E. asas-asas asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
F. macam-macam Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
G. Manfaat Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
H. Perjanjian Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
I. terjadinya asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 14
J. Resiko dalam perjanjian Asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 16
K. Evenemen dalam asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
L. polis asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
M. Batalnya asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
N. Obyek asuransi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 25
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadapkehidupan sesorang
misalnya kematian, sakit atau resikodipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia
bisnis resiko yangdihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat
kebakaran,kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karenaitu setiap
resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangisehingga tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi.Untuk mengurasngi resiko yang tidak
diinginkandimasa yang akan datnag, seperti resiko kehilangan, resikokebakaran,
resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resikolaiinnya, maka diprlukan
perusahaan yang mau menanggungrediko tersebut. Adalah perusahaan asuransi
yang maumenanggung resiko yang bakal dihadapi nasabahnya
baikperorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkanperusahaan asuransi
merupakan perusahaan yang melakukanusaha pertanggung jawaban terhadap
resiko yang akandihadapi oleh nasabahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian dan dasar Hukum Asuransi?
2. Sebutkan Unsur-unsur asuransi?
3. Jelaskan prinsip-prinsip asuransi?
4. Jelaskan Subjek dan Objek Kepentingan dalam Asuransi?
5. Apa saja asas-asas asuransi?
6. Apa Manfaat Asuransi?
7. Sebutkan macam-macam Asuransi?
8. Jelaskan Perjanjian Asuransi?
9. Bagaimana terjadinya asuransi?
10. Jelaskan Resiko dalam perjanjian Asuransi?
11. Apa itu Evenemen dalam asuransi?
12. Jelaskan polis asuransi?

1
13. Jelaskan Batalnya asuransi?
14. Jelaskan Obyek asuransi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dan dasar Hukum Asuransi
2. Untuk mengetahui Unsur-unsur asuransi
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi
4. Untuk mengetahui Subjek dan Objek Kepentingan dalam Asuransi
5. Untuk mengetahui asas-asas asuransi
6. Untuk mengetahui Manfaat asuransi
7. Untuk mengetahui macam-macam Asuransi
8. Untuk mengetahui Perjanjian Asuransi
9. Untuk mengetahui terjadinya asuransi
10. Jelaskan Resiko dalam perjanjian Asuransi
11. Untuk mengetahui Evenemen dalam asuransi
12. Untuk mengetahui polis asuransi
13. Untuk mengetahui Batalnya asuransi
14. Untuk Mengetahu Obyek asuransi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Asuransi

Dalam masalah asuransi di Indonesia dikenal dua istilah yakni


pertanggungan dan asuransi itu sendiri. Kedua istilah itu berasal dari bahasa
Belanda, yakni verzekering dan asurantie. Dalarn bahasa Inggris juga dikenal dua
istilah, yakni assurance dan insurance.KUHD dan UU No.2 Tahun 1992 tentang
Perusahaan Asuransi tidak membakukan salah satu istilah tersebut. Keduanya
memakai rumusan pertanggungan atau asuransi (verzekering ofasurantie).
Definisi asuransi yang lebih luas dan mencakup baik asuransi kerugian maupun
asuransi jumlah dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992
yang menyatakan :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau


lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan”.

Istilah pertanggungan melahirkan istilah penanggung (verzekeraar) dan


tertanggung (verzekerde). Istilah asuransi melahirkan istilah assurador atau
assuradeur (penanggung) dan geassuraarde (tertanggung). Menurut Pasal 246
KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang
penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
tertanggung untuk membebaskannya dan kerugian karena kehilangan, kerusakan
atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dideritanya karena
kejadian yang tidak pasti.

3
B. Unsur-unsur Asuransi

1. Dari definisi yang dirumuskan Pasal 246 KUHD tersebut, dapat


ditarik beberapa unsur yang terdapat di dalam asuransAda dua pihak
yang terkait dalarn asuransi, yakni penanggung dan tertanggung;
2. Adanya peralihan risiko dan tertanggung kepada penanggung;
3. Adanya premi yang harus dibayar tertanggung kepada penanggung
4. Adanya unsur peristiwa yang tidak pasti (onzeker vooral, evenement);
dan
5. Adanya unsur ganti rugi apabila terjadi sesuatu peristiwa yang tidak
pasti.

Definisi tersebut di atas, oleh KUHD dimaksudkan sebagai pengertian


asuransi pada umumnya, yang berlaku baik-baik untuk asuransi kerugian
maupun asuransi jumlah. Hal tersebut dapat disimpulkan dari :

Titel Kesembilan KUHD yang menyebutkan ―Tentang Asuransi atau


Penanggulangan Pada Umumnya

Isi Pasal 248 KLHD iang menyebutkan ―atas semua pertanggungan atau
asuransi baik diatur dalam Buku ini maupun Buku Kedua Kitab Undang-
Undang ini, berlaku ketentuan-ketentan Yang tercantumi.

C. Prinsip-Prinsip Asuransi Secara Umum

Perjanjian asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian


yang mempunyai sifat khusus. Di dalam buku-buku hukum asuransi Anglo
Saxon secara jelas sifat-sifat khusus asuransi disebutkan sebagai berikut :

1. Perjanjian Asuransi Bersifat Aletair

Perjanjian ini merupakan perjanjian yang prestasi penanggung masih harus


digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti sedangkan prestasi
tertanggung sudah pasti. Meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasi
dengan sempurna, penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.

4
1. Perjanjian asuransi merupakan Perjanjian Bersyarat

Perjanjian ini merupakan satu perjanjian yang prestasi penanggung


hanya akan telaksana apabila syarat-syaratnya ditentukan dalam perjanjian
dipenuhi. Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji untuk memenuhi
syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali
dipenuhi syarat-syarat.

2. Perjanjian asuransi merupakan Perjanjian Bersyarat

Perjanjian ini merupakan satu perjanjian yang prestasi penanggung


hanya akan telaksana apabila syarat-syaratnya ditentukan dalam perjanjian
dipenuhi. Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji untuk memenuhi
syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali
dipenuhi syarat-syarat.

3. Perjanjian asuransi adalah Perjanjian Sepihak

Perjanjian ini menunjukkan bahwa hanya satu pihak saja yang memberikan
janji yakni hak penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti suatu
kerugian apabila tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan.
Sebaliknya, tertanggung tidak menjanjikan sesuatu apapun.

4. Perjanjian Asuransi adalah Perjanjian yang Bersifat Pribadi

Dengan perjanjian yang bersifat pribadi ini dimaksudkan bahwa kerugian


yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan secara pribadi, bukan
kerugian yang bersifat kolektif atau masyarakat luas.

5. Perjanjian Asuransi adalah Perjanjian yang Melekat pada Syarat


Penanggung

Di dalam perjanjian asuransi hampir semua syarat dan isi perjanjian


ditentukan oleh penanggung sendiri. Isi dan syarat-syarat perjanjian yang
dituangkan di dalam polis telah ditentukan secara sepihak oleh penanggung.
Perjanjian ini termasuk perjanjian atau kontrak standar.

5
6. Perjanjian asuransi adalah Perjanjian dengan Syarat iktikad Baik yang
Sempurna

Sifat ini menujukkan bahwa perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan


keadaan bahwa kata sepakat dapat dicapai dengan posisi masing-masing pihak
memiliki pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sarna
penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga bebas cacat
kehendak.

Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi


diantaranya adalah:

1. Prinsip Kepentingan yang dapat Diasuransikan

Setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus


mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya ialah
bahwa tertanggung harus mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan
akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan
menderita kerugian akibat peristiwa itu.53 Kepentingan inilah yang
membedakan asuransi dengan perjudian. Jika tertanggung tidak mernpunyai
kepentingan yang dapat diasuransikan itu, maka asuransi menjadi perjudian
atau pertaruhan.54

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan tersebut dapat di jabarkan


dari ketentuan yang terdapat Pasal 2O KUHD yang menyatakan :
“Bi1amana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau
seseorang, untuk tanggungan siapa untuk diadakan pertanggungan oleh
orang lain, pada waktu diadakann a pertanggungan tidak mempunyai
kepentingan terhadap benda yang dipertanggungkan maka penanggung
tidak berkewajiban mengganti kerugian.”

Adapun kepentingan yang dapat diasuransikan berdasar Pasal 268


KUHD adalah semua kepentingan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang,
dapat diancam oleh suatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-

6
undang.

2. Prinsip Indemnitas

Menurut H. Gunanto, prinsip indemnitas tersirat dalam Pasal 246 KUHD yang
memberi batasan perjanjian asuransi (yakni asuransi kerugian) sebagai perjanjian
yang bermaksud memberi penggantian kerugian, kerusakan atau kehilangan
(yaitu indemnitas) yang mungkin diderita tertanggung karena menimpanya suatu
bahaya yang pada saat ditutupnya perjanjian tidak dapat dipastikan.

Prinsip indemnitas ini mengikuti prinsip sebelumnya, yaitu prinsip


kepentingan yang dapat diasuransikan. Jadi harus ada kesinambungan
antara kepentingan dengan prinsip indemnitas, dan tergantung harus benar-
benar mempunyai kepentingan terhadap kemungkinan menderita kerugian
karena terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan. Digunakannya prinsip
indemnitas di dalam asuransi didasarkan pada asas di dalarn hukum
perdata, yaitu: larangan memperkaya diri secara melawan hukum atau
rnemperkaya diri tanpa Hak (onrechtmatige verrijking).

3. Prinsip Kontribusi

Di dalam KUHD, prinsip kontribusi ini disimpulkan dari Pasal 278


yang menyebutkan:

“Bilamana dalam polis yang sama oleh berbagai penanggung, meskipun


pada hari-hari yang berlainan, dipertanggungkan untuk lebih daripada
harganya, maka mereka menandatangani, hanya memikul harga
sesungguhnya yang dipertanggungkan. Ketentuan yang sama berlaku,
bilamana pada hari yang sarna, mengenai benda yang sama di dalam
pertanggungan-pertanggungan yang berlainan”.

D. Subjek dan Objek Kepentingan dalam Asuransi

a. Subjek Persetujuan pada Umumnya

Di dalam Pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan bahwa: ―Suatu

7
persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain subjek orang lebih‖. Jadi,
dalarn tiap-tiap persetujuan selalu ada dua macam subjek, yaitu : Di satu
pihak seorang atau suatu badan hukum mendapat beban kewajiban untuk
sesuatu, dan di lain pihak ada seorang atau badan hukum yang mendapat
hak atas pelaksanaan kewajiban itu. Maka dalam tiap-tiap persetujuan
selalu ada pihak berkewajiban dan pihak berhak.

b. Kepentingan Orang Ketiga dalam Asuransi

Tentang asuransi pada umumnya, Pasal 264W.v.K. menentukan, bahwa


asuransi dapat diadakan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan juga
untuk kepentingan orang ketiga (voor rekening van eenderde). Ditambahkan,
bahwa hal ini dapat terjadi berdasarkan atas suatu kuasa umum atau khusus, yang
diberikan oleh orang ketiga itu, atau dapat terjadi di luar pengetahuan orang ketiga
tersebut.

c. Penyebutan Kepentingan untuk Orang Ketiga dalam Polis

Tentang hal ini Pasal 267 W.v.K. mengatakan apabila dalam polis tidak
disebutkan, bahwa asuransi diadakan untuk kepentingan orang ketiga maka
asuransi harus dianggap diadakan oleh Si terjamin untuk dirinya sendiri.
Kalau dalan hal ini nyatanya orang ketiga yang berkepentingan, apabila
terjadi suatu peristiwa yang dipertanggungkan, si asurador harus membayar
sejumlah ganti kerugian, maka menurut Pasal 250 W.v.K. si asurador tidak
berkewajiban membayar ganti kerugian itu.

d. Nama Orang Ketiga yang Berkepentingan Tidak Perlu Disebut dalam Polis

Hal ini dapat disimpulkan, dari Pasal 256W.v.K. yang dalam nomor 2
hanya mensyaratkan, bahwa dalam polis harus disebutkan nama si terjamin yang
mengadakan asuransi untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain. Dari perumusan
ini tidak ternyata, bahwa nama orang lain itu harus disebutkan dalam polis.

8
e. Penyebutan Pemberian Kuasa oleh Orang Ketiga

Menurut Pasal 265 W.v.K dalam polis harus ditegaskan, apakah asuransi
diadakan atas pemberian kuasa oleh orang ketiga yang berkepentingan itu,
ataukah di luar pengetahuan orang ketiga.

E. Asas-asas asuransi
a. Asas indemnitas
Asas Indemnitas merupakan satu asas utama dalam perjanjian asuransi, karena
merupakan asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari
perjanjian asuransi itu sendiri. Perjanjian asuransi mempunyai tujuan utama dan
spesifik ialah untuk memberi suatu ganti kerugian kepada pihak tertanggung oleh
pihak penanggung. Kitab Undang-undang Hukum Dagang, mengenai kepentingan,
mengaturnya dalam dua pasal yaitu :
Pasal 250:
“apabila seorang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri,
atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan,
pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan
terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka si penanggung tidaklah
diwajibkan memberikan ganti rugi.1”

b. Asas Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan (Insurable Interest)


Asas kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua
dalam perjanjian asuransi/pertanggungan. Maksudnya ialah bahwa pihak
tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu
peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan menjadi menderita
kerugian. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus
mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan

1
Kitap undang-undang hukum dagang

9
c. Asas kejujuran yang sempurna dalam perjanjian asuransi.
Asas ini lazim juga dipakai istilah-istilah lain yaitu: itikad baik yang sebaik-
baiknya. Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian,
sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Asas
kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, sehingga harus
dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian.

d. Asas subrogasi
Asas Subrogasi bagi penanggung meskipun tidak mempengaruhi sah atau
tidaknya perjanjian asuransi, perlu dibahas, karena merupakan salah satu asas
perjanjian asuransi yang selalu ditegakkan pada saat-saat dan keadaan tertentu
dalam rangka menerapkan asas pertama perjanjian asuransi ialah dalam rangka
tujuan pemberian ganti rugi ialah asas indemnitas. Di dalam KUH Dagang, asas ini
secara tegas diatur pada Pasal 284:
“Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang
dipertanggungkan, mengantungkan dalam segala hak yang diperolehnya terhadap
orang- orang kettiga berhubungan dengan menerbitkan kerugian tersebut, dan
sitertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat
merugikan hak sipenanggung terhadap orang-orang ketiga itu”.2
Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang, oleh
karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakan apabila memenuhi dua syarat
berikut:

1. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung


masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.
2. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian.
Pada umumnya asas subrogasi ini secara tegas diatur pula sebagai syarat polis,
dengan perumusan sebagai berikut:

2
Kitap undang-undang hukum dagang

10
1. Sesuai dengan Pasal 284 KUHD, setelah pembayaran ganti rugi atas harta
benda yang dipertanggungkan dalam polis ini, maka penanggung
menggantikan tertanngung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap
pihak ketiga sehubungan dengan ganti kerugian tersebut. Subrogasi pada
ayat tersebut diatas berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan sesuatu
surat kuasa khusus dari tertanggung.
2. Tertanggung tetap bertanggung jawab merugikan hak penanggung terhadap
pihak ketiga. Jadi pada perjanjian asuransi, asas subrogasi dilaksanakan baik
berdasarkan undang-undang maupun berdasarkan perjanjian.
3. Polis sebagai dokumen perjanjian asuransi.

F. Manfaat asuransi
Asuransi sebagai lembaga yang mendapatkan pengalihan resiko dari para
nasabahnya memiliki banyak mafaat. Manfaat asuransi bagi kehidupan antara lain
yaitu:
1. Memberikan jaminan perlindunga dari resiko-resiko kerugian yang diderita
satu pihak.
2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengwasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga waktu dan biaya.
3. Pemerataan biaya, yaitu cukup hannya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul, yang mana jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
4. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang di berikan oleh peminjam uang.
5. Sebagai tabungan, karena jumlah yang di bayar kepada pihak asuransi akan
di kembalika dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.

11
6. Menutup Loss of Earning power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi (bekerja)3

G. Macam-macam asuransi
a. Asuransi jiwa
Asuransi di kembangkan untuk menghasilkan pemecahan praktis bagi ketidak
pastian dn kerugian ekonomis Asuransi.4 Asuransi jiwa dapat di definisiakn dari
dua perspektif, yaitu lingkungan masyarakat dan perorangan. Dari sudut pandang
lingkungan masyarakat, asiransi jiwa dapat di definisikan sebagai perangkat sosial
pengalihan resiko keuangan perorangan akibat kematian ke kelompok orang dan
melibatkan suatu proses akumulasi dana oleh kelompok ini yang berasal dari
perorangan anggota kelompok untuk memenuhi kerugian keuangan yang tidak pasti
akibat kematian. Definisi inimemiliki dua elemen kunci, pertama, agar terdapat
asuransi harus terdapat pengalihan resiko dari perorangan ke kelompok. Kedua,
harus terdapat pembagian resiko oleh anggota kelompok.
Dari sudut pandang perorangan asuransi jiwa dapat didefinisikan sebagai suatu
perjanjian (polis asuransi) yang mana satu pihak (polis asuransi) membayar suatu
perangsang (premium) kepada pihak lain (penanggung) sebagai imbalan
persetujuan penanggung untuk memyr jumlah tertentu jika orang yang di
tanggung meninggal. Dalam definisi ini, penekanan ada pada aspek hukum dan
keuangan.
Dengan demikian kegunaan asuransi jiwa adalah memberikan perlindunga
ekonomis terhadap kerugian yang mungkin terjadi akibat suatu kemungkinan
kejadian, seperti kematian, sakit, atau kecelakaan.
b. Asuransi kerugian
Asuransi kerugian di kelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Asuuransi wajib (compulsory insurance)

3
Khotibul umam Memahami dan memilih produk asuransi 2013 29-30
4
Ibid 31

12
Adalah asueansi yang wajib di laksanakan oleh setiap orang yang
berkepentingan sehubung dengan adanya undang-undang atau peraturan
pemerintah mengenai hal tersebut. 5Contoh dari asuransi ini antara lain:
a. Auransi dana kecelakaan lalulintas jalan dan dana jasa raharja, di atur
berdasarkan Undang-Undang No 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang No 34
Tahun 1964.
b. Asuransi sosial tenaga kerja (astek) di atur berdasarkan Undang-Undang
kecelakaan buruh 1947 dan peraturan pemerintah No 33 Tahun 1977.
2. Asuransi sukarela (voluntary insurance)
1. Asuransi jiwa (life insurance)
2. Asuransi kerugian (non life insurance)
antara lain sebagai berikut:
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi pengangkutan transport laut, darat, dan udara
c. Asuransi kendaraan bermotor
d. Asuransi peralatan berat
e. Asuransi kecelakaan diri
f. Asuransi chas
Dibedakan menjadi tiga yaitu:
 Asuransi chas in transit
 Asuransi chas in chasier box
 Asuransi chas in safe
g. Asuransi konstruksi
h. Asuransi pemasangan mesin
i. Asuransi kerusakan mesin
j. Asuransi pembongkaran
k. Asuransi penggelapan 6

5
Ibid 39
6
Ibid 39-47

13
H. Perjanjian Asuransi
Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu
perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian
asuransi. Disamping itu, karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada
pengertian dasar dari perjanjian.
Mengingat arti penting nya perjanjian Asuransi sesuai dengan tujuannya, yaitu
sebagai perjanjian yang memberikan proteksi, maka sebenarnya perjanjian ini
menawarkan suatu kepastian dari suatu ketidakpastian mengenai kerugian kerugian
ekonomis yang mengukir di derita karena suatu peristiwa yang belum pasti. Jadi
perjanjian asuransi diadakan dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian
atas kembali nya keadaan sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa.
Dari pasal 246 dan 426 KUHD, dapat disimpulkan bahwa pasal tersebut
mengandung 3 sifat pokok dari perjanjian asuransi. Yaitu :
1. Asuransi pada dasarnya merupakan kontrak atau perjanjian ganti kerugian
atau kontrak idemnitas pihak yang satu mengikat dirinya terhadap pihak yang lain
untuk mengganti kerugian yang mungkin di derita oleh dirinya.
2. Asuransi merupakan perjanjian bersyarat dalam arti bahwa penanggung
mengganti kerugian pihak tertanggung dengan ditentukan atau tertanggung pada
peristiwa yang tidak dapat dipastikan lebih dahulu.
3. Asuransi merupakan perjanjian timbal balik dan penanggung terdapat ikatan
bersyarat terhadap tertanggung untuk membayar ganti rugi, tetapi sebaliknya dari
sisi tertanggung terdapat ikatan tidak bersyarat untuk membayar premi.

I. Terjadinya Asuransi
Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan
penanggung itu terjadi dan mengikat kedua belah pihak, dapat dipelajari melalui
dua teori perjanjian yang terkenal dalam ilmu hukum, yaitu teori tawar menawar
dan teori penerimaan.
 Teori tawar menawar
Di negara anglo saxon, teori penawaran dikenal juga dengan sebutan offer and
acceptance theory.menurut teori ini,setiap perjanjian hanya akan terjadi antara

14
kedua pihak apabila Penawaran dari pihak yang satu dihadapkan dengan
penerimaan oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Hasil yang diharapkan adalah
kecocokan penawaran dan penerimaan secara timbal balik antara kedua pihak.
Keunggulan dari bargaining theory ini adalah kepastian hukum yang diciptakan
berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak. Akan tetapi, kelemahan
teori ini adalah pihak penanggung selalu berposisi lebih kuat daripada tertanggung,
karena penanggung lebih berpengalaman mengenai resiko dan kerugian akibat
evenemen yang mungkin terjadi. Dalam kesepakatan yang dicapai selalu ada
kecenderungan pembatasan tanggung jawab penanggung terhadap kerugian yang
mungkin timbul akibat Evenemen, hal mana tidak dipahami oleh ttertanggung.
 Teori penerimaan
Dalam literatur hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie. Mengenai
saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung,
tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang peransurasian. Yang ada hanya
persetujuan kehendak antara pihak-pihak. Untuk mengetahui saat terjadi dan
mengikat perjanjian asuransi, dapat dikaji melalui teori penerimaan. Menurut teori
perjanjian, saat terjadi perjanjian bergantung pada kondisi konkret yang dibuktikan
oleh perbuatan nyata atau dokumen perbuatan hukum. Melalui perbuatan nyata atau
dokumen perbuatan hukum, baru dapat diketahui saat terjadi perjanjian, yaitu
tempat, pada hari dan tanggal perbuatan nyata itu dilakukan, atau dokumen
perbuatan hukum itu ditanda tangani oleh pihak-pihak.
Keunggulan acceptance theory adalah saat terjadi dan mengikat nya perjanjian
antara kedua belah pihak dapat ditentukan secara pasti sehingga saat mulai dipenuhi
nya kewajiban dan akibat hukumnya juga dapat dipastikan. Akan tetapi kelemahan
nya adalah pihak penerima segala konsekuensi yuridis yang tertera pada saat dia
menyatakan menerima atau menandatangani nota kesepakatan.

J. Resiko dalam perjanjian Asuransi


Dalam hukum asuransi, ancaman bahaya yang menjadi beban penanggung
merupakan peristiwa penyebab timbulnya kerugian, cacat badan atau kematian atas
objek asuransi. Selama belum terjadi peristiwa penyebab timbulnya kerugian,

15
selama ini pula bahaya yang sedang mengancam objek asuransi disebut resiko.
Selama tidak terjadi peristiwa, selama itu pula resiko menjadi beban ancaman
penanggung sampai asuransi berakhir. Jadi, dapat dipahami kriteria atau ciri resiko
dalam asuransi sebagai berikut :
A. Bahaya yang mengancam benda atau objek asuransi
B. Berasal dari faktor ekonomi, alam, atau manusia
C. Diklasifikasikan menjadi resiko pribadi, kekayaan, tanggungjawab
D. Hanya berpeluang menimbulkan kerugian
Cara mengatasi resiko, yaitu ;
A. Menghindari Resiko, tidak melakukan kegiatan yang memberi peluang
kerugian, misalnya menghindari pembangunan gedung bertingkat di daerah
rawan gempa
B. Mengurangi resiko, memperkecil peluang terjadi kerugian, misalnya
menyediakan alat penyemprot anti kebakaran di perkantoran
C. Menahan resiko, tidak melakukan apa-apa terhadap resiko karena dapat
menimbulkan kerugian
D. Membagi resiko, membagi resiko dengan pihak lain, misalnya melalui
reasuransi
E. Mengalihkan resiko, memindahkan resiko kepada pihak lain, yaitu perusahaan
asuransi
Beberapa kriteria yang perlu dipenuhi agar resiko dapat diasuransikan :
A. Dapat dinilai dengan uang
B. Harus resiko murni, artinya hanya berpeluang menimbulkan kerugian
C. Kerugian timbul akibat bahaya
D. Tertanggung harus memiliki insurable interest
E. Tidak dilarang undang-undang dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

Resiko yang dapat diasuransikan digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :


1. Resiko pribadi, yaitu resiko yang ancamannya mengurangi atau menghilang kan
kemampuan diri seseorang untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan,

16
misal bahaya kecelakaan kerja, resiko pribadi ini dapat dialihkan kepada
perusahaan asuransi sosial atau asuransi jiwa.
2. Resiko harta, yaitu resiko yang ancamannya menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan kekayaan seseorang, misalnya pencurian kendaraan motor.
3. Resiko tanggung gugat, yaitu risiko yang ancamannya mengganti kerugian
kepada pihak ketiga akibat perbuatan pelaku, misalnya pesawat terbang jatuh
merugikan rumah penduduk.
Jadi, setiap risiko pada hakikatnya adalah suatu yang sama sekali tidak dikehendaki
oleh siapapun. Oleh karena itu juga selalu berdaya upaya bagaimana caranya
sesuatu yang tidak diharapkan itu andai kata tidak terlalu menjadi beban sendiri.

K. Evenemen dalam asuransi


Evenemen adalah istilah yang di adopsi dari bahasa Belanda evenemen, yang
berarti peristiwa tidak pasti, bahasa Inggrisnya fortuitous event. Evenemen adalah
peristiwa terhadap mana asuransi diadakan tidak dapat dipastikan terjadi dan tidak
diharapkan terjadi.
Jika peristiwa itu sudah diketahui saat terjadinya, maka tidak ada artinya bagi
asuransi, kendatipun terjadi juga asuransi, maka asuransi itu batal, (pasal 251
KUHD).
Apabila pengertian evenemen itu dirumuskan maka yang dimaksud dengan :
“Evenemen adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia norma tidak dapat
dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi, saat terjadinya itu tidak dapat
ditentukan dan juga tidak diharapkan terjadi. Jika terjadi juga mengakibatkan
kerugian.
Ciri-ciri evenemen adalah sebagai berikut :
a. Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian
b. Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat di prediksi terlebih dahulu
c. Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia
d. Kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang.

17
Dalam KUHD ada 2 pasal yang menentukan jenis evenemen, yaitu pasal 290
KUHD tentang asuransi kebakaran dan pasal 637 KUHD tentang asuransi laut.
a. Pasal 290 KUHD
Pasal ini Menyatakan beberapa peristiwa bahkan tidak terbatas karena
dibagian akhir pasal tersebut dinyatakan dengan kata-kata :
“dan lain-lain dengan nama apa saja, dengan cara bagaimana pun kebakaran itu
terjadi, sengaja atau tidak sengaja, biasa atau luar biasa, dengan tidak ada kecuali
nya”
b. Pasal 637 KUHD
Pasal ini menyatakan Jenis peristiwa yang terjadi sebagai akibat pelayaran
melalui laut, bahkan ditambah lagi dengan bagian kalimat ini :
“ atau pada umumnya karena semua bahaya yang datang dari luar apapun namanya.

L. Polis Asuransi
1. Fungsi Asuransi
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-
syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan
kewajiban para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan
asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah
terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.
Mengingat fungsi nya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak (khususnya
tertanggung) wajib memerhatikan kejelasan isi polis di mana sebaiknya tidak
mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi
sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dipute).7

2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi
jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:

7
Zainal asikin, Hukum dagang (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 282

18
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang di asuransikan
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)
e. Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh penanggung
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung
g. Premi asuransi
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala
janji-janji khusus yang diadakan antara para puhak, antara lain mencantumkan
BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang menimbulkan
kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa pemilik atau pemegang
hak.

Untuk jenis asuransi tertentu, misalnya asuransi kebakaran pasal 287 KUHD
menentukan bahwa di dalam polisnya harus pula menyebutkan :
a. Letak barang tetap serta batas-batasnya
b. Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang berpengaruh
terhadap objek pertangunggan
c. Pemakaiannya
d. Harga barang-barang yang dipertanggungkan
e. Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana barang-
barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada.

Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis asuransi, perlu
diperhatkan tujuh aspek penutupannya, yaitu :
a. Bencana yang ditutup
b. Yang ditutup
c. Kerugian yang ditutup
d. Orang-orang yang ditutup
e. Lokasi-lokasi yang ditutup
f. Jangka waktu yang ditutup

19
g. Bahaya-bahaya yang dikecualikan8

3. Jenis klausula Asuransi dalam polis


Perjanjian asuransi memuat janji-janji khusu yang dirumuskan secara tegas dalam
polis, janji. Jenis atau kesepakatan itu disebut klausa asuransi yang maksudnya
untuk menentukan batas-batas hak dan kewajiban para pihak.
Klausa yang dimaksud antara lain :
a. Klausula premier Risqui
Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi di bawah nilai benda menjadi
kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya sampai
maksimum jumlah yang di asuransikan (pasal 253 ayat 3 KUHD). Klausula ini
biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian, asuransi tanggung
jawab.
b. Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala risiko atau benda
yang diasuransikan.
1. Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penangung hanya menanggung kerugian yang
merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang diasuransikan.
2. Klausula sudah diletahui (All Seen)
Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan bahwa
penanggung sudah mengetahui keadaan, konstruksi, letak dan cara pemakaian
bangunan yang diasuransikan.
3. Klausula Renunsiasi (Renunciation)
Menurut klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung dengan alasan
pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus
diberlakukan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan kebiasaan.
4. Klausula free pacticular Average (FPA)

8
Zainal asikin, Hukum dagang (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 283

20
Bahwa penanggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian yang
timbul akibat peristiwa khusus di laut (paricular Average) seperti ditentukan dalam
pasal 709 KUHD dengan lata lain penanggung menolak pembayaran ganti kerugian
yang diklaim oleh tertanggung yang sebenarnya timbul daro akibat peristiwa
khusus yang sudah dibebaskan klausula (RSCC).
5. Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC)
Riot (Kerusuhan) adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal sebanyak 12
orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana
gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta
pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai huru-hara.
6. Banker’s Clause
Banker’s Clause atau klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam
polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak bank di mana dalam polis
secara tegas dinyatakan bahwa pihak bank adalah sebagai penerima ganti rugi atas
peristiwa yang terjadi atas objek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam
perjanjian asuransi (polis).9

M. Batalnya Asuransi
Suatu pertanggungan hakikatnya adalah suatu perjanjian maka ia dapat pula
diancam dengan risiko batal atau dapat dibatlkan apabila tidak memenuhi syarat
sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam perjnajian
asuransu apabila :
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan
kepada penanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian asuransi tersebut
(pasal 251 KUHD)
2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi di
tandatangani (pasal 269 KUHD); memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan

9
Zainal asikin, Hukum dagang (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 284

21
pemberitahuan melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari segala
kewajibannya yang akan datang (pasal 272 KUHD)
3. Apabila Objek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak
boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal indonesia atau kapal
asing yang digunakan untuk mengangkut objek pertanggungan menurut
peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdangankan (pasal 599 KUHD).

N. Obyek Asuransi
1. Pengertian Objek Asuransi (Voorwerp der Verzekering) Dalam Pasal 268
KUHD disebutkan, bahwa dapat menjadi objek asuransi, ialah semua
kepentingan yang:
• Dapat dinilai dengan jumlah uang (op geld waardeerbaar).
• Dapat takluk pada macam-macam bahaya (aangevaar on derhevig)
• Tidak di kecualikan oleh undang-undang Perumusan objek asuransi dalam
pasal 268 KUHD tersebut di atas mengenai objek suatu perjanjian pada
umumnya, yaitu suatu kekayaan harta benda atau sebagian dari kekayaan harta
benda seseorang.
2. Benda Asuransi dan Teori Kepentingan Benda asuransi adalah benda yang
menajdi objek perjanjian asuransi (object of insurance). Benda asuransi adalah
harta kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi, yang dapat dihargai dengan
sejumlah uang. Benda asuransi selalu berwujud, misal gedung pertokoan, rumah,
kapal. Benda asuransi erat hubungannya dengan teori kepentingan (interesrt
theory) yang secara umum dikenal dalam hukum asuransi. Menurut teori
kepentingan, pada benda asuransi melekat hak subjektif yang tidak berwujud.
Keunggulan teori kepentingan (interest theory) adalah sebagai upaya
pencegahan terjadinya perbuatan memperkaya diri tanpa hak dengan
mengharapkan memperoleh ganti kerugian dari penanggung dalam hal terjadi
evenemen melalui asuransi tanpa kepentingan. Dalam hal ini penanggung
dilindungi dari perbuatan spekulatif pihak yang tidak jujur. Akan tetapi,
kelemahannya adalah tertanggung yang beritikad baik dirugikan oleh kebatalan
asuransi akibat terlambatnya kuasa tertulis dari pemilik barang, sedangkan

22
evenemen terjadi mendahului kuasa tertulis tersebut. Benda asuransi adalah
harta kekayaan karena kepentingan itu melekat pada benda asuransi, maka
kepentingan juga adalah harta kekayaan. 10

10
Ibid, 87

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung,
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Asuransi sebagai lembaga yang mendapatkan pengalihan resiko dari para
nasabahnya memiliki banyak mafaat. Manfaat asuransi bagi kehidupan antara lain
yaitu:
- Memberikan jaminan perlindunga dari resiko-resiko kerugian yang diderita satu
pihak.
- Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengwasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga waktu dan biaya.
- Pemerataan biaya, yaitu cukup hannya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul, yang mana jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
- Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang di berikan oleh peminjam uang.
- Sebagai tabungan, karena jumlah yang di bayar kepada pihak asuransi akan di
kembalika dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi
jiwa.

24
B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan melakukan perbaikan susunan makalah dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

25
Daftar Pustaka

Abdulkadir Muhammad, hukum asuransi Indonesia, (bandung: citra aditya bakti,


2006)

hukum dagang dalam sejarah dan perkembangannya di indonesia “ martha


eri safika MH,2017 ,PENERBIT CV NATA KARYA, ponorogo

Zainal asikin, Hukum dagang (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013)

Khotibul umam S.H, LL.M 2013, Memahami dan memilih produk asuransi,
Yogyakarta, Medpress Digital

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

26

Anda mungkin juga menyukai