Praktikum bakteriologi ii
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
NILAI
Nama : Nawang Prima Ilmiafee
Kelas/Tkt : B / 3
Institusi : D4 TLM
No Absen : 20118056
Tujuan : Mengetahui perbedaan kecepatan pertumbuhan koloni, tingkat spesifitas dan sensitivitas
antara media LJ dan CBM pada sputum pasien suspek tuberkulosis .
Prinsip : Desain penelitian ini adalah true experiment post test only control group design
dengan melakukan uji diagnostik media kultur coco blood malachite green (CBM)
dibandingkan dengan media lowestein jensen (LJ) sebagai gold standar. Dalam rancangan ini
dilakukan randominasi, artinya pengelompokan kelompok control dan kelompok eksperimen
dilakukan berdasarkan acak atau random.
Alat :
Ose bulat
Ose jarum
Objek glass
Lampu spiritus
Mikroskop
Bahan :
Pz
Oil imersi
Kuman Mycobacterium Tuberculosis
Media CBM dan LJ
Sputum
Prosedur Kerja
Sampel
Sputum Suspek
LJ ( Lowenstain-Jensen)
Pewarnaan BTA
(Ziel Nielsen)
- Bentuk : batang
- Warna : merah
- Susunan : berderet
- Sifat : tahan asam
Akumulasi niasin +
Identifikasi
Catatan Mahasiswa :
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Morfologi
- Kuman batang lurus atau agak bengkok.
- Susunan berderet
- Berukuran panjang 1-4 µ dan lebar 0,2- 0,8 µ.
- Dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok.
- Bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak.
- Tidak berspora.
- Tidak bersimpai.
Sifat
- Tidak tahan panas.
- Mati pada suhu diatas 65°C selama 1 jam.
- Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.
- Dalam sputum, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil
yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
- Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan
dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan
tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan
bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC.
Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain
menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat
melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki
dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri
ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik
dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer.
Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga
bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Cara penularan
Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang satu ke orang yang lain
melalui jalan pernapasan. Pada waktu batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
pernapasan/menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Khomsan, 2007).
Perjalanan penyakit
1) Tuberkulosis primer (infeksi primer)
Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak mempunyai imunitas
sebelumnya terhadap Mycobacterium tuberculosis. Penularan TB terjadi karena
kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
(Bahar, 2001).
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan
diri di paru, yang mengakibatkan terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek
primer adalah 4–6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Khomsan, 2007).
Menurut Soeparman(2003), komplek primer ini selanjutnya dapat berkembang
menjadi:
1. Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
klasifikasi di hilus atau sarang.
3. Berkomplikasi dan menyebar secara:
(a) Perkontinuiatum yakni dengan menyebar ke sekitarnya.
(b) Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan bersama sputum
dan ludah sehingga menyebar ke usus.
(c) Secara limfogen ke organ tubuh lainnya.
(d) Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
2). Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan/tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat infeksi
HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas dari TB pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas/efusi pleura (Khomsan, 2007).
2. Gejala khusus
Gejala khusus pada penderita TB tergantung dari organ tubuh mana
yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
B. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah anamnesa baik terhadap
pasien maupun keluarganya, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (darah,
dahak, cairan otak), pemeriksaan patologi anatomi (PA), Rontgen dada (thorax
photo) dan uji tuberculin (Bahar, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z & Bahar, A. (2006). Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
UI
Asril Bahar. 2001. Tuberkulosis paru. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. h. 819.
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. New York : John Wiley & Sons
Khomsan, A. 2007. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian IPB
Mengetahui