Anda di halaman 1dari 2

Bea Materai

Oleh: Galuh Pramesti Wirabuana

182304015/Manajemen S1

Universitas Jendral Achmad Yani Yogyakarta

Fungsi Meterai sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang No 13 Tahun 1985


adalah “Sebagai pajak atas dokumen yang digunakan masyarakat dalam lalu lintas hukum
untuk membuktikan suatu keadaan, kenyataan dan perbuatan yang bersifat perdata”. Salah
satu definisi bea meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen
tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada
pihak lain jika dokumen itu hanya dibuat oleh satu pihak. Artinya jika ada perjanjian tetapi
tidak dibuat dokumen (tanpa surat perjanjian), tidak perlu ada Meterai, karena yang
dikenakan Bea Meterai adalah dokumen, bukan perbuatan hukumnya. Tanpa dokumen
berarti tidak ada objek yang dikenakan Bea Meterai. Dalam hal itu perlu diperhatikan dalam
penggunaan Bea Meterai. Sehingga subjek bea materai adalah; Pihak yang menerima atau
mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang bersangkutan menentukan berbeda,
Jika dokumen dibuat secara sepihak, seperti kuitansi, bea meterai terutang oleh penerima
kwitansi, Jika dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-
masing pihak terutang bea meterai.

Hadirnya meterai dalam setiap transaksi yang tentunya bukan merupakan sesuatu
yang asing lagi di dalam masyarakat. Namun perlu diperhatikan bahwa ada atau tidaknya
meterai dalam sebuah perjanjian bukanlah suatu indikator yang menjadi ukuran untuk
mengartikan keabsahan suatu perjanjian. Pemungutan Bea Meterai walaupun jumlah yang
kecil, namun merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran masyarakat untuk secara
langsung dan Bersama-sama turut dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Tanggung jawab berada pada anggota masyarakat sendiri. Pemerintah dalam hal ini
bertindak Dalam pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaannya,
anggota masyarakat diberi kepercayaan memenuhi kewajibannya dengan menggunakan
sendiri meterai pada dokumen-dokumen yang bersangkutan. Dengan sistem administrasi
dapat diselenggarakan dengan sederhana dan mudah

Dari penjelasan di atas dapat diartikan walaupun dokumen/surat perjanjian


menggunakan sekian banyak meterai tetapi kalau isinya palsu atau tidak benar pasti tidak
punya nilai pembuktian. Jadi bukanlah berarti surat perjanjian yang tidak benar atau
terlarang, kalau sudah menggunakan meterai sudah jadi sah/benar. Disitulah kelihatan
meterai tidak menentukan sah tidaknya suatu dokumen atau surat perjanjian, yang
menentukannya adalah isi perjanjian tersebut apakah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH
Perdata atau tidak.

REFRENSI

S.N. Fauza Tuanaya, (2020). Fungsi Bea Meterai Dalam Surat Perjanjian. Notarius. Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/view/31290

Evie Rachmawati Nur Ariyanti. (2020). Tinjauan Yuridis Terhadap Bea Meterai Di Indonesia1. Adil
Jurnal Hukum. Retrived from http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/Jurnal-
ADIL/article/view/1444

Anda mungkin juga menyukai