NIM : 1920009
Laporan biaya produksi memiliki bagian informasi satuan dan bagian informasi
biaya. Bagian informasi unit berkaitan dengan pengukuran output, dan bagian
informasi biaya yang bersangkutan dengan mengidentifikasi semua biaya dan
akuntansi. Lima langkah harus diikuti dalam mempersiapkan laporan biaya
produksi adalah:
FIFO (First-In-First-Out)
Metode biaya rata-rata tertimbang Tidak termasuk pekerjaan sebelum periode dan
biaya menciptakan beberapa kompleksitas akuntansi dan komputasi yang dapat
dihindari jika kondisi tertentu terpenuhi. Jika biaya produksi tetap sangat stabil
dari satu periode ke periode lainnya, metode ini dapat digunakan sebagai rata-rata
tertimbang. Metode ini tidak melacak produksi dan biaya pra-periode secara
terpisah dari arus dan biaya produksi periode. Metode biaya rata-rata menghitung
biaya persediaan dan produksi dan menyertainya dan memperlakukannya seolah-
olah itu milik periode berjalan. Produksi pra-periode dan biaya produksi
sebelumnya digabungkan dengan produksi periode berjalan dan biaya produksi
saat ini.
Spoilage/ KERUSAKAN adalah barang yang sudah jadi atau setengah jadi tetapi
tidak memenuhi kriteria pembeli, sehingga biasanya dijual dengan harga yang
lebih rendah. Jika masih dalam bentuk WIP (setengah jadi), maka barang spoilage
dapat dijual atau dikerjakan kembali (rework). Spoilage terbagi menjadi :
• Normal spoilage, tetap terjadi walaupun operasional sudah efisien.
• Abnormal spoilage, terjadi karena operasional tidak efisien.
Scrap/BARANG SCRAP adalah sisa material yang masih dapat dijual atau
dipakai lagi.
Kerusakan Normal
Kerusakan normal (normal spoilage) adalah kerusakan yang melekat dalam proses
produksi tertentu yang tetap saja terjadi meskipun operasi telah berlangsung
secara efisien. Manajemen memutuskan bahwa tingkat kerusakan yang dianggap
normal bergantung pada proses produksi. Tingkat kerusakan normal dihitung
dengan membagi unit kerusakan normal dengan total unit yang baik yang telah
selesai, bukan total unit aktual yang dimulai dalam produksi.
Kerusakan Abnormal
Unit kerusakan abnormal harus diperhitungkan dan dicatat secara terpisah dalam
akun Kerugian dari Kerusakan Abnormal. Sebaliknya, pada unit kerusakan
normal unit-unit tersebut dapat diperhitungkan (pendekatan A) ataupun tidak
diperhitungkan (pendekatan B) ketika menghitung unit output fisik atau ekuivalen
dalam sistem kalkulasi biaya proses.
Titik inspeksi (inspection point) adalah tahap proses produksi di mana produk
akan diuji untuk menentukan apakah produk tersebut merupakan unit yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima. Biasanya kerusakan diasumsikan terjadi pada
tahap penyelesaian, yaitu ketika inspeksi dilakukan. Hal ini disebabkan karena
kerusakan belum akan terdeteksi hingga inspeksi dilakukan.
Langkah 5 : Membebankan total biaya ke unit yang telah selesai, ke unit yang
rusak, dan ke unit barang dalam proses akhir.
Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu metode
perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu
perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem
perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang
terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan
membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.
Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang digunakan sebagai perincian
mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan kartu biaya pesanan (job cost
sheet). Lembar biaya tersebut digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi
agar diketahui hasil biaya tersebut terjadi karena produksi tertentu. Banyak
sedikitnya kartu biaya pesanan (job cost sheet) dibuat sesuai dengan berapa
banyaknya pesanan yang diminta. Sistem yang digunakan dengan menggunakan
sistem urutan. Cara ini dibuat dengan memberi nomor urut pada pesanan
disesuaikan waktu atau jenis dari pesanan yang diminta. Di dalam lembaran biaya
produksi dibebankan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan pada bon
permintaan. Jadi biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada
pesanan yang diminta.
2. Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan job ticket
(kartu kerja). Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
3. Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap
pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah) dan biaya
overhead pabrik (BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan harga
pokoknya.
Tujuan dari sistem perhitungan ini adalah untuk menentukan harga pokok produk
dari setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan tiap pesanan
maupun per satuan. Maka dari itu, sistem perhitungan ini sangat berperan penting
di berbagai pabrik maupun perusahaan. Contoh perusahaan yang biasanya
menggunakan sistem job order costing adalah adalah perusahaan pembuatan
pesawat udara, perusahaan mebel, perusahaan modister, industri gelanggang
kapal, pembuatan mesin atau alat berat khusus, jam tangan mewah, percetakan,
dan lainnya. Umumnya, produknya dicirikan sebagai produk yang khusus
(custome) dan tidak diproduksi secara masal. Kartu harga pokok di samping
dipergunakan untuk menghitung harga pokok suatu pesanan juga berfungsi sebagi
rekening pembantu (subsidiary account) dari rekening control. Perhitungan biaya
berdasarkan pesanan melibatkan delapan ayat jurnal yang digunakan untuk
mencatat transaksi. Ayat-ayat jurnal sebagai berikut.