Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BIMA SAKTI W A P

NIM : 1920009

1. Teori normatif mencoba menjelaskan informasi apa yang harus


dikomunikasikan kepada pengguna informasi akuntansi dan bagaimana
informasi tersebut akan disajikan. Dengan demikian, teori normatif mencoba
menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan akuntan dalam proses penyajian
informasi keuangan kepada pengguna, dan bukan menjelaskan tentang apakah
informasi keuangan itu atau mengapa hal tersebut terjadi. Di sisi lain, tujuan
dari pendekatan teori positif adalah untuk mencoba menggambarkan dan
menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan dan
dikomunikasikan kepada pengguna informasi akuntansi atau, dengan kata
lain, pendekatan teori positif bukan untuk memberikan nasihat tentang
bagaimana seharusnya praktik akuntansi, tetapi untuk menjelaskan mengapa
akuntansi harus dipraktikkan, akuntansi telah mencapai keadaan sekarang.
2. Perbedaan utama antara teori positif dan normatif adalah teori normatif
bersifat preskriptif sedangkan teori positif bersifat deskriptif, penjelasan atau
prediksi. Teori normatif menuntun untuk memerintah bagaimana akuntan
seharusnya bertindak untuk meraih outcome yang dianggap baik, cocok, adil
dan sebagainya. Sedangkan teori positif menggambarkanbagaiman seseorang
bertindak dengan baik, menjelaskan mengapa orang-orang harusbertindak
dengan cara tepat.
3. Kerangka kerja konseptual adalah sebuah sistem yang terdiriatas tujuan dan
konsep dasar yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sistem
tersebutmenjadi dasar atau landasan dalam penetapan standar akuntansi yang
konsisten dan dalam penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Dalam pemanfaatannya, kerangka kerja
konseptual dibutuhkan untuk menggabungkan organisasi beruparangkaian
sistem pembuat konsep dan tujuan, menyajikan kerangka kerja untuk
menyelesaikanmasalah-masalah yang muncul, meningkatkan pemahaman
para pemakai laporan keuangantentang bagaimana tata cara pelaporan
keuangan, dan menaikkan tingkat komparabilitas sebuahlaporan keuangan
perusahaan.

Kerangka konseptual merumuskan konsep-konsep yang mendasari penyusunan


dan pengembangan SAP, yang selanjutnya disebut standar :
1. penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya

2. penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi


yang belum diatur dalam standar

3. pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan


keuangan disusun sesuai dengan standar

4. para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang 12


disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.

4. Materialitas adalah prinsip akuntansi dimana elemen yang relatif penting dalam
proses pengambilan keputusan harus dimasukkan dalam laporan keuangan, dan
digunakan untuk memastikan keputusan ekonomi yang andal oleh pengguna
laporan keuangan.

Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentuan


luasnya prosedur audit. Materialitas akan digunakan antara lain untuk :

1. Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit


2. Menetapkan konteks untuk strategi audit menyeluruh
3. Merencanakan sifat, waktu, dan luas prosedur audit spesifik
4. Menentukan materialitas untuk golongan transaksi saldo akun atau
pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang
jumlahnya lebih rendah daripada materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan mempengaruhi
keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pemakai berdasarkan laporan
keuangan tersebut.
Materialitas bersifat subyektif dan bervariasi tergantung pada ukuran entitas.
Angka yang sama dapat dianggap material untuk perusahaan kecil, tetapi tidak
material untuk perusahaan besar karena ukuran asetnya. Misalnya, perusahaan
besar dengan aset Rp100 triliun menganggap transaksi Rp1 juta tidak penting.
Meski demikian, angka tersebut merupakan bahan untuk usaha kecil dengan total
aset Rp100 juta. Karena sifatnya subyektif, setiap perusahaan harus dapat
menentukan item mana yang material relatif terhadap operasinya. Auditor menilai
materialitas berdasarkan keadaan sekitar. Untuk menentukan tingkat materialitas,
auditor mengandalkan aturan praktis dan penilaian profesional. Itu tergantung
pada persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan pengguna dan
ukuran atau sifat salah saji.

5. Substance Over Form adalah bahwa akuntansi mengakui fakta terjadinya


transaksi keuangan daripada bukti hukum. Misalnya: akuntansi harus mengakui
dan mencatat semua transaksi keuangan yang terkait dengan bisnis yang dimiliki
oleh perusahaan real estat di atas tanah, meskipun tanah tersebut belum
dibeli/dilepaskan secara sah.

Anda mungkin juga menyukai