Anda di halaman 1dari 15

TEORI KEPRIBADIAN FREUD

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru

Disusun Oleh :
Trina Febrianti (1910205002)
Wahyuni Ulfa (1910205057)

Dosen Pengampu :
Putri Yulia,M.Pd

MAHASISWA TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yg berjudul ”Teori Kepribadian Freud” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “Pengembangan Kepribadian
Guru” dengan Dosen pengampu ibuk Putri Yulia,M.Pd. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Teori Kepribadian menurut Freud.

Penulis berharap Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sungai Penuh, 18 September 2021

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................................4

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 5

BAB 2 : PEMBAHASAN...................................................................................6

A. Biografi Freud .......................................................................................... 6


B. Psikoanalisis Sigmund Freud ................................................................... 7
C. Aliran Psikoanalisis .................................................................................. 8
D. Tujuan ....................................................................................................... 11
E. Implikasi ................................................................................................... 11

BAB 3 : PENUTUP.............................................................................................14

A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai
kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya
mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai kepribadian yang
sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa
tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita
sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang
lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di
kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut
oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh,
dan masih banyak lagi.

Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori
tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik.
Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat
dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi.

Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami
ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu
memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua
orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Hal itulah yang menjadi latar belakang
kami membuat makalah tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud, seperti yang kita ketahui,
bahwa teori kepribadian Sigmund Freud adalah yang paling kontroversial. Teori
Psikoanalisis, menjadi teori yang paling komprehensif diantara teori kepribadian lainnya.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu:
1. Siapa itu freud?
2. Bagaimana Psikoanalisis sigmund freud?
3. Apa saja Aliran psikoanalisis?
4. Apa tujuan pendidikan dan proses pendidikan menurut psikoanalisis?
5. Bagaimana implikasi Teori Psikoanalisis dalam Pendidikan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui siapa itu freud (Biografinya)
2. Untuk mengetahui bagaimana psikoanalisis sigmund freud.
3. Untuk mengetahui apa saja aliran psikoanalisis.
4. Untuk mengetahui apa tujuan pendidikan dan proses pendidikan menurut psikoanalisis.
5. Untuk mengetahui bagaimana implikasi teori psikoanalisis dalam pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Freud
Sigmund Freud yang dikenal sebagai bapak Psikoanalisis itu lahir di Freiberg,
Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan beliau meninggal pada tanggal 23 September 1939
di London. Freud hampir 80 tahun tinggal di kota Wina dan dia meninggalkan kota itu
ketika Nazi menaklukan Austria. Freud memasuki fakultas kedokteran Universitas Wina
pada tahun 1873 karena mengejar cita-citanya untuk menjadi ahli ilmu pengetahuan dan
tamat pada tahun 1881. Setelah meluluskan kuliahnya sebenarnya freud tidak
berkeinginan untuk membuka praktik sebagai dokter, tetapi karena keadaan yang
memaksa maka dia melakukan praktik. Selama ia melakukan praktik ia mendapatkan
kepuasan karena memiliki kesempatan untuk melakukan research dan menulis, sehingga
jiwa penyelidiknya tersalurkan.
Ketika masih menjadi mahasiswa kedokteran, Freud membangun hubungan
professional dan pribadi yang erat dengan Josef Breuer, dokter terkenal asal Wina yang
berusia empat belas tahun lebih tua dari Freud, dan memiliki tingkat keilmuan yang layak
diperhitungkan. Breuer lah yang mengajarkan katarsis pada Freud, yaitu proses
menghilangkan histeria dengan cara “mengungkapkannya”, sembari menggunakan
kataris, Freud secara bertahap dan penuh keuletan menemukan teknik asosiasi bebas,
yang segera menggantikan hypnosis sebagai teknik terapeutik utamanya.
Akan tetapi kedua ahli tersebut bertentangan pendapat mengenai pentingnya
faktor seksual dalam histeria. Freud berpendapat bahwa konflik-konflik seksual
merupakan sebab dari histeria sedangkan Breuer dalam hal ini berpandangan lain. Sejak
perpisahan dengan Breuer itu Freud, menempuh jalannya sendiri dan mengemukakan
gagasan-gagasanya yang merupakan dasar dari teori psikoanalisis dan memuncak dengan
terbitnya karya utamanya yang pertama “traumdeutung”
Setelah perpisahannya dengan Breuer itu juga Freud menjadi semakin akrab
dengan Wilhelm Fliess, dokter asal Berlin yang berperan memperkuat gagasan-gagasan
barunya Freud. Surat-surat yang ditulis Freud kepada Fliess menjadi sebuah bukti yang
merekam lahirnya psikoanalisis dan tumbuhnya embrio teori Freud.

6
Freud juga sempat menganalisis dirinya sendiri dengan proses yang penuh
pergulatan sepanjang hidup. Selama itu Freud memandang dirinya sebagai pasien yang
paling baik, dengan bukti surat yang ditulisnya kepada Fliess, “Perhatian saya tersita oleh
pasien saya yang paling penting yaitu diri saya sediri”... Analisis itu ternyata lebih sulit
dibanding yang lain, karena itulah yang melumpuhkan kekuatan psikisnya.
Buku-buku serta tulisannya yang lain segera menjadi pusat perhatian para ahli
diseluruh dunia. Freudpun diikuti oleh Ernest Jones dari Inggris, Carl Gustav Jung dari
Zurich, A.A. Brill daro New York, Sandor Jerenzi dari Budapest, Karl Abraham dari
Berlin dan Alfred Adler dari Wina. Dua diantara pengikutnya itu kemudian memisahkan
diri dari Freud karena pendapat yang berbeda, mereka itu adalah : A. Adler (mendirikan
Individual Pscychologie pada tahnun 1910) dan C.G. Jung (mendirikan Analiytische
Pscychologie pada tahun 1913).
B. Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya
istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan
“psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-
masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1. suatu metode penelitian dari pikiran.
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat
dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,
dinamika, dan perkembangannya.

7
C. Aliran Psikoanalisis
1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan
tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut.
Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das
Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi
melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri
dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal,
aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian
tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.
NO UNSUR DIMENSI DAS ES (The Id) DAS ICH DAS UEBER
(The Ego) ICH (The
Super Ego)

1 ASAL Pembawaan Hasil Interaksi Hasil


dengan internalisasi
Lingkungan nilai-nilai dari
figur yang
berpengaruh
2 ASPEK Biologis Psikologis Sosiologis
3 FUNGSI Mempertahankan Mengarahkan 1) Sebagai
Konstansi Individu pada pengen-dali
Realitas Das Es. 2)
Mengarahkan
das Es das Ich
pada perilaku
yang lebih
bermoral.

8
4 PRINSIP OPERASI Pleasure Principle Reality Morality
Principle Principle
5 PERLENGKAPAN 1) refleks dan 2) proses 1) conscientia
proses primer sekunder 2) Ich ideal

2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama
yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari
penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang
dunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa pada
mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh
Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan
das Ueber Ich.

3. Mekanisme Pertahanan Ego


Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai
strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari
dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das
Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan
(Kuntojo, 2015:46). Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah
mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme
pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai.

9
a. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan
dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut ke dalam ketidaksadaran.
b. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah
atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan
primitif das es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku
yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
c. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang
menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan
kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
e. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan,
dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang
seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape
technique dan sweet orange technique.
f. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu
memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat
sebaliknya.
g. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima,
dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase
perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut.
a. Fase oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut.
b. Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

10
c. Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang
sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
d. Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini
dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
e. Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan
selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ
reproduksi.
D. Tujuan Pendidikan dan Proses Pendidikan menurut Psikoanalisis
Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan di
indonesia hanya dilihat pada sisi IQ saja padahal sisi EQ dan SQ adalah yang terpenting.
Kecerdasan intelektual (IQ) hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan
hidup seseorang. Sisanya, 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan
sosial, dan kecerdasan spiritualnya. Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan
untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan
untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan, dan
menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati
dan bekerja sama dengan orang lain.
Psikoanalisis memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan.
Hubungan di antara mereka seperti sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar
akan kebutuhan bersama mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena
juga tidak mengerti akan namanya menyatu (Bettelheim, 1969:73). Jadi tujuan-tujuan
pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan
bagi pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik.
E. Implikasi Teori Psikoanalisis dalam Pendidikan
Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini. Pertama,

11
berbicara tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja berkaitan
pula dengan proses pendidikan. Dalam pendidikan, konsep kecemasan pada tiap individu
dapat diolah dan dikembangkan oleh para pengajar/konselor demi kebaikan peserta didik.
Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu untuk menghargai diri dan oran lain serta
lingkungannya. Dengan kata lain, konsep kecemasan diarahkan ke pendidikan ranah
afektif atau karakternya.
Kedua, dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan pada
proses pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk Menurut Garner, ada beberapa
kecerdasan yang ada pada manusia, yaitu kecerdasan matematik, linguistik, kinestetik,
visual-spasial, musik, intra-personal, inter-personal, naturalistik, dan eksistensial. Sebuah
pendidikan seharusnya menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan kebutuhannya tentu sejalan dengan teori
Freud yang menyebut bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki keinginan dan
kebutuhan dasar.
Ketiga, konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini, pengajar
dapat mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen dalam pendidikan
dapat dikembangkan dengan berbasis pada konsep ini. Kurikulum atau perangkat
pembelajaran misalnya, pendidik harus melakukan berbagai analisis kebutuhan dan
tujuan agar apa yang diajarkannya nanti sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
peserta didik.
Keempat, berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus mampu
mengontrol dan mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih positif. Dalam hal ini,
penyebab munculnya tindakan agresivitas dapat berupa penilaian negatif atau kata-kata
yang menyakitkan. Jika siswa melakukan kesalahan, tidak selayaknya dihukum dengan
kata-kata kasar atau hukuman lain yang justru akan melukai secara psikologis.
Treatment-nya terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan penjajakan secara personal,
memberi sugesti dan wejangan, tidak memberi hukuman tetapi memberi semacam
kebebasan dalam bertanggung jawab, dan membantunya dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.

12
Kelima, perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Dalam hal ini,
sekolah harus mau menampung dan menerima siswa-siswa yang memiliki kebutuhan
khusus. Secara psikologis, anak yang memiliki kekurangan semacam ini akan mengalami
krisis kepercayaan diri atau minder. Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa minder
tersebut, sekolah harus menerima ketunaan tersebut tanpa merasa sebagai bagian yang
terpisah dari masyarakat. Dengan pendidikan inklusif, permasalahan ini diharapkan dapat
membantu bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya
istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan
“psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-
masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1. suatu metode penelitian dari pikiran.
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Psikoanalisis memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan.


Hubungan di antara mereka seperti sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar
akan kebutuhan bersama mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena
juga tidak mengerti akan namanya menyatu (Bettelheim, 1969:73). Jadi tujuan-tujuan
pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan
bagi pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik.

B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan kepada pembaca agar dapat
memahami materi tentang Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. 2014. Problematika Belajar dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal


Pelopor Pendidikan, 6(2), 105—107.

Fakultas psikologi, 2015. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Universitas Sarjanawiyata


Tamansiswa. Diakses pada 15 September 2021.
https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-
freud/

Helaluddin, Syahrul Syawal. 2018. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam
Pendidikan. Diakses pada 15 September 2021.
file:///C:/Users/User/Downloads/Psikoanalisissigmudfreud.pdf dan
file:///C:/Users/User/Downloads/Psikoanalisissigmudfreud.pdf

Husin. 2017. Id, Ego dan Superego Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Al QALAM,
11(23), 48-50. Diakses pada 15 September 2021. file:///C:/Users/User/Downloads/3-
5-1-SM.pdf

Ja’far, Suhermanto. 2015. Struktur Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan Filsafat.
Psymathic: Jurnal Imiah Psikologi, 2(2), 209—221. Diakses pada 15 September 2021.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/461

15

Anda mungkin juga menyukai