Anda di halaman 1dari 5

 Lobus 

frontal mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori, emosi,


kepribadian dan fungsi intelektual, seperti proses berpikir, penalaran,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan.
 Lobus parietal mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri dan
suhu. Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial (pemahaman tentang
ukuran, bentuk dan arah).
 Lobus temporal mengendalikan indera pendengaran, ingatan dan emosi.
Lobus temporal kiri juga mengendalikan fungsi bicara.
 Lobus oksipital mengendalikan penglihatan.

\
 Otak Reptil, Pemberi Naluri Untuk Bertahan Hidup

Mungkin teman-teman kaget mendengar namanya, tapi bagian terdalam otak kita
memiliki struktur yang serupa dengan otak reptil, sehingga dinamai demikian. Otak
reptil ini bertanggung jawab atas naluri untuk bertahan hidup. Secara kasar, naluri
untuk bertahan hidup tersebut dideskripsikan menjadi 4 perilaku yaitu Feeding,
Fighting, Fleeing, Reproduction. Dengan demikian, otak reptil mengatur perilaku
seperti agresi, penetapan teritori masing-masing, dan komunikasi non-verbal.
Misalnya, buaya bertarung untuk memperebutkan wilayahnya masing-masing dari
buaya lainnya. Kehilatannya mengejutkan, tetapi manusia memang memiliki salah
satu lapisan otak yang serupa dengan otak reptil. Tapi kok perilakunya tidak
menggambarkan seperti manusia? Eits, tunggu dulu masih ada 2 lapisan otak
lainnya.

2. Otak Limbik, pengatur perasaan dan motivasi

Lapisan otak ke dua, terletak tepat di atas otak reptil. Tidak seperti reptil, hewan
mamalia dan manusia memiliki otak limbik sehingga lebih berperasaan. Otak limbik
pada manusia bertanggung jawab atas perasaan dan motivasi dan juga kemampuan
untuk memiliki memori dan belajar, sehingga organisme yang memiliki otak limbik
berperilaku lebih fleksibel atau tidak berdasarkan naluri saja. Perilaku yang
ditimbulkan karena otak limbik ini misalnya, induk yang memiliki rasa untuk merawat
anaknya, komunikasi menggunakan suara, mengikuti perilaku induknya.

3. Otak NeoCortex, sang pengatur kecerdasan

Lapisan terakhir atau lapisan terluar disebut lapisan NeoCortex. Otak NeoCortex
hanya dimiliki oleh beberapa mamalia tingkat tinggi dan tentunya manusia. Dengan
adanya otak NeoCortex, manusia dapat lebih peka terhadap lingkungan luarnya
lebih dari organisme lainnya, seperti pengambilan keputusan motorik berdasarkan
rangsangan yang diberikan dari lingkungan, kemampuan memori dan belajar yang
jauh lebih berkembang, kemampuan berpikir abstrak dan rasional. Adanya otak
NeoCortex juga memungkinkan manusia untuk menggunakan bahasa, sebuah alat
komunikasi yang tidak dimiliki oleh organisme lain selain manusia. Selain itu, lapisan
ini memberikan kemampuan kita untuk melakukan introspeksi, berpikir dengan akal
sehat, dan kemampuan untuk merencanakan sesuatu (planning).
Sebagai manusia, kita dapat mengatur diri kita dengan akal sehat, yang tidak dimiliki
oleh organisme-organisme lainnya. Kita diberi otak untuk mengetahui mana yang
baik, mana yang buruk, keputusan mana yang harus kita ambil, dan merespon
lingkungan kita sesuai keinginan kita yang juga tidak dimiliki oleh organisme lainnya.
Baiknya, sebagai manusia kita harus sadar bahwa otak kita lebih berkembang dan
fungsinya jauh lebih baik, dan jangan berperilaku seperti layaknya organisme-
organisme yang tingkatnya lebih rendah daripada manusia.
Rosedural lumba fungsi

Langkah-langkah untuk melakukan pungsi lumbal:


1. Gunakan sarung tangan nonsteril
2. Lokasi intervertebra L3-L4 ditentukan dengan palpasi pada crista iliaca superior
kanan dan kiri dan menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang vertebra.
3. Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3 dan L4-L5 untuk membandingkan dan
menentukan intervertebra yang terbesar
4. Tandai daerah tersebut
5. Untuk membantu membuka daerah interlamina, minta pasien untuk membantu
mencondongkan badan terutama pada daerah interlamina ke arah dokter
6. Dekatkan alat-alat yang digunakan untuk pungsi lumbal
7. Ganti sarung tangan nonsteril dengan sarung tangan steril
8. Buka keempat test tube dan posisikan tegak
9. Desinfeksi pada lokasi penyuntikan dengan informasi pada pasien bahwa cairan
desinfektan akan terasa dingin
10. Letakkan duk steril dan atur posisinya (beberapa duk steril memiliki selotip)
11. Dengan menggunakan spuit 10 cc berikan anestesi lokal, mula-mula menggunakan
jarum 25 G untuk membentuk wheal dan kemudian ganti menjadi jarum berukuran 20 G
untuk jaringan yang lebih dalam. Dorong jarum terus ke arah dalam Aspirasi untuk
memastikan jarum tidak berada pada pembuluh darah. Injeksikan cairan anestesi sambil
menarik jarum pelan-pelan. Prosedur anestesi ini dilakukan pula pada sisi atas, bawah dan
kedua sisi lateral (proses ini menganestesi seluruh area sekitar vertebra sehingga bila
diperlukan untuk mengarahkan ulang jarum spinal, maka daerah tersebut sudah teranestesi.
Jarum 20 G juga digunakan sebagai penuntun arah apakah jarum mengenai tulang atau tidak)
12. Stabilkan posisi dari jarum 20 G dengan jari kedua dan dorong menggunakan jempol
ke arah umbilical
13. Arahkan bevel jarum paralel dengan serabut dural longitudinal.
14. Dorong pelan-pelan hingga jarum dirasa telah menembus duramater atau
tarik styletbila telah masuk sedalam 4-5  cm
15. Cairan serebrospinal akan keluar bila berada pada posisi yang benar. Bila cairan tidak
keluar, ganti stylet dan posisikan jarum maju atau mundur beberapa milimeter hingga cairan
serebrospinal keluar
16. Untuk melakukan pengukuran tekanan keluar cairan serebrospinal pasien harus
berada dalam posisi telentang menghadap ke lateral dan manometer dipasang pada three-way
stopcock  dan kemudian diukur besar tekanannya. Pastikan pula kaki pasien dalam posisi
lurus
17. Tampung sekitar 10 tetes cairan serebrospinal pada masing-masing tube dimulai pada
tube pertama dan dilanjutkan sesuai urutan.
18. Bila aliran teralu pelan, mintalah pasien untuk batuk atau minta bantuan asisten untuk
menekan abdomen pasien secara intermiten
19. Bila cairan sudah cukup, tarik jarum pelan-pelan, tutup dengan sterile dressing,
posisikan pasien telentang[1]

Anda mungkin juga menyukai