Anda di halaman 1dari 42

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

BAB -5
KESEHATAN KELUARGA

5.1. Kesehatan Ibu


5.1.1. Jumlah Lahir Hidup
Jumlah kelahiran hidup merupakan salah satu indikator pertumbuhan penduduk,
di Kecamatan Ketapang jumlah kelahiran hidup terjadi fluktuatif yaitu di tahun 2016
tercatat jumlah kelahiran hidup 1.016 (angka kelahiran Hidup 20.9Kh) di tahun 2017
jumlah kelahiran hidup tercatat 960 (angka kelahiran Hidup 19,3Kh) dan pada tahun 2018
kembali naik tercatat 1.005 angka kelahiran Hidup 19,8Kh) Gambar 5.1 trend jumlah
kelahiran hidup kurun waktu tiga tahun.
Gambar 5.1 : Trend Jumlah kelahiran Hidup Tahun 2016 s.d 2018.

1,030

1,020
1,016
1,010
1,005
1,000

990

980

970

960 960

950

940

930
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber Laporan Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

5.1.2. Angka Lahir Mati


Lahir mati merupakan bagian dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan
indikator dari derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah baik pada tatanan kabupaten,
provinsi maupun nasional. AKB menurutWHO adalah jumlah bayi yang meninggal terkait
pada fase kelahiran hingga bayi sebelum berumur 1 tahun yang dihitung per 1.000
kelahiran hidup. AKB di Kecamatan Ketapang pada tahun 2018 sebesar 2,0 per 1.000 KH
(2 kasus dengan jumlah 1.005 KH) ada penurunan dari tahun sebelumnya 5 per 1.000 KH
(5 kasus dengan jumlah 960 KH).
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

24
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.2 : Trend Angka Kematian Bayi Per 1000 Kh Di Kecamatan Ketapang
Tahun 2016 s.d 2018
9

8 8
7

5 5
4

2 2
1

-
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber Laporan Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Penyebab Kematian bayi di Kecamatan Ketapang pada tahun 2018 adalah


asfiksia 1 kasus dengan umur hidup setengah jam di desa Ketapang dan Berat Badan Lahir
Rendah (BBRL) 1 kasus dengan umur hidup tiga hari di desa Pematang Pasir.
Pembangunan kesehatan di Indonesia pada dasarnya menitik fberatkan pada upaya
penurunan AKB, oleh karena itu kasus kematian bayi perlu mendapat perhatian dan
dukungan khusus dari semua sektor terkait demi tercapainya percepatan penurunan AKI.
Percepatan upaya penurunan AKI dipengaruhi oleh semakin baiknya kwalitas dan
kwantitas pelayanan kesehatan. Peningkatan pendapatan masyarakat sangat berdampak
pada pengingkatan status gizi ibu baik pada masa sebelum hamil, pada saat masa
kehamilan yang akan memberi pengaruh besar pada kesehatan ibu maupun janin.
Upayatelah dilakukan untuk menekan AKB antara lain dengan upaya sejak awal kehamilan
melalui program ANC (Ante Natal Care) yang berkualitas dan berintergrasi dengan
berbagai lintas program.
Upaya yang dilakukan dengan menjalin kerjasama lintas program dengan
programpengendalian masalah kesehatan untuk berbagai masalah penyakit Malaria dan
HIV, program Gizi untuk tata laksana penanganan kasus ibu hamil Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia. Upaya yang lain adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
kepada ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) agar bayi tidak lahir dengan kondisi
BBLR, sosialisasi tentang cara perawatan bayi, sosialisasi ASI eksklusif, dan kelas ibu
hamil, pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas dalam tatalaksana BBLR dan asfiksia serta.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

25
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

5.1.3. Jumlah Kematian Ibu


Kematian ibu (Maternal) merupakan indikator dari derajat kesehatan masyarakat,
Angka Kematian Ibu (AKI) dapat menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat,
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan melahirkan dan masa
nifas. Termasuk dalam kematian ibu maternal adalah jumlah kematian ibu selama
masakehamilan, jumlah kematian ibu pada prosespersalinan dan kematian ibu pada masa
nifas yang dihitung per 100.000 Kh.Kematian Ibu menurut World Health Organization
(WHO) adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan dan terjatuh. Jumlah kematian ibu di Kecamatan Ketapang dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir priode tahun 2016 sampai dengan 2018, tidak ditemukan
kejadian kematian ibu.

5.1.4. Kunjungan Ibu Hamil K1 Dan K4.


Pelayanan antenatal diberikan sekurang-kurangnya 4 kali selama kehamilan
dengan waktu pemeriksaan minimum 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimum 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali
pada trimester ketiga (usia kehamilan 25-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi
di faktor-faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal sebaiknya memenuhi standar kualitas 10 T, yaitu
1. Pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan
2. Pengukuran Tekanan Darah
3. Pengukuran Tinggi puncak rahim ( Fundus uteri)
4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi
5. Pembelian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Pelaksanaan Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling termasuk keluarga berencana)

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

26
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes haemoglobin darah (Hb)


dan Hepatitis,HIV,Sphilis ,Malaria dan Golongan darah
8. Nilai Status gizi
9. Tentukan presentasi janin
10. Tata laksana kasus.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan serta perawat)
kepada ibu hamil selama kehamilan, sesuai denganpedoman pelayanan antenatal, yang
bersifat promotif dan preventif. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam
pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
Cakupan ibu hamil K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan,
(satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga). Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan kunjungan K4 adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali
sesuai jadwal yang dianjurkan dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
waktu satu tahun.
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 di Kecamatan Ketapang pada tahun
2018 Kunjungan K1 sebesar 100,2% (1.057 ibu hamil), Kunjungan K4 sebesar 98,2%
(1.036 ibu hamil)
Cakupan K1 dan K4 pada tahun 2018 ada peningkatan dibandingkan dua tahun
sebelumnya dan telah mencapai target SPM Kabupaten Lampung Selatan sebesar 90%.
Lihat gambar 5.3.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

27
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar5.3: Cakupan K1 dan K4 Di Kecamatan Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

105.0%
100.2%
98.2%
100.0%
93.8%
95.0% 91.8%

90.0%
84.9% 84.9%
85.0%

80.0%

75.0%
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

K1 K4
Sumber : Program Kesga Tahun 2016s.d 2018

Gambar 5.4 : Cakupan K1 Dan K4 Menurut Desa Di Kecamatan Ketapang


Tahun 2018

120

100

80

60

40

20

K1 K4
Sumber : Program Kesga Tahun2018

Gambaran cakupan K1 dan K4 menurut desa digambarkan dalam Gambar 5.4


desa dengan cakupan K1 tertinggi adalah desa Sumur 107%, sedangkan cakupan K1
terendah desa Tridarmayoga 69%, cakupan K4 tertinggi desa Legundi 108%, sedangkan
cakupan K4 terendah desa Tridarmayoga 66%.

5.1.5. Ibu Hamil Dengan Imunisasi Td2+


Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus adalah toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Tetanus timbul bila terjadi spora bakteri
Clostridium tetani masuk ke dalam luka atau tali pusat (pada bayi baru lahir), spora secara
umum terdapat pada tanah. Manusia dari segala umur bisa terkena tetanus, tetapi penyakit
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

28
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

ini lebih sering ditemukan dan bersifst serius pada bayi baru lahir (tetanus neonatal).
Tetanus neonatal biasanya bersifat fatal, terutama sering ditemukan di daerah rural dimana
persalinan terjadi dirumah tanpa terjadi prosedur yang cukup steril.
Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi TT (Tetanus Toxoid), tetanus
neonatal bisa dicegah dengan dengan mengimunsasi wanita usia subur (WUS) baik saat
hamil maupun di luar kehamilan, hal ini akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer
antibodi tetanus ke bayi. Tak kalah pentingnya proses pertolongan persalinan yang bersih
(steril) bisa mencegah tetanus neonatal dan ibu. WUS yamg sekarang adalah generasi yang
belum menjalani imunisasi lengkap tetanus toxoid. Pemberian Imunisasi TT pada ibu
hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum
kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Imunisasi TT ibu hamil yang menjadi indikator adalah pencapaian hasil kegiatan
adalah cakupan imunisasi TT2+, dapat didefinisikan TT2+ adalah ibu hamil yang telah
mempunyai status imunisasi TT2 sampai dengan TT5.
Pencapaian cakupan imunisasi Td2+ ibu hamil pada tiga tahun terakhir terjadi
fluktuatif, yaitu pada tahun 2016 tercapai 95% (1.087 Bumil) dari jumlah bumil 1.144,pada
tahun 2017 turun tercapai 54.3% (628 Bumil) dari jumlah bumil 1.156 dan pada tahun
2018 tercapai 100.5% (1.060 Bumil) dari jumlah bumil 1.055. Cakupan target pemberian
dan Screening layanan Imunisasi Td 2(+) telah melampaui target SPM Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2018 yaitu (90%). Untuk lebih jelas pada gambar 5.5

Gambar 5.5 : Trend Persentase Cakupan Pemberian Imunisasi TT2+ Ibu Hamil
Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

120%

100%
95.0%

80% 100.5%

60%

40% 54.3%

20%

0%
Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018
Sumber : Laporan Program Imunisasi Tahun 2016 s.d 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

29
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Pencapaian imunisasi ibu hamil Td2+ di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan


Ketapang pada tahun 2018 telah melampaui target SPM Kabupaten Lampung Selatan
(100,5%). Pencapaian cakupan imunisasi Td2+ di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
menurut desa hanya satu desa yang tidak mencapai target, pencapaian tertinggi di desa
Sidoluhur, desa Pematang Pasir dan desa Bangunrejo. Sedangkan yang belum mencapai
target desa Tridarmayoga. Untuk lebih jelas lihat gambar 5.6

Gambar 5.6 : Cakupan Imunisasi TT2+ Ibu Hamil Menurut Desa Di Puskesmas
Rawat Inap KetapangTahun 2018

116.7
120.0 108.2107.3105.3103.5
103.0102.4100.8100.0 98.5 100.5
96.6 96.3 96.3 95.8 94.6 91.7
100.0

80.0 68.8

60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber: Laporan Program Imunisasi Tahun 2018

5.1.6. Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah 90


Pemberian tablet besi (Fe) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil dalam upaya meningkatkan kualitas kehamilannya dan
mempersiapkan persalinan yang sehat dan aman.Kebijakan program Kesehatan Keluarga
bahwa setiap ibu hamil diberikan tablet Fe/pil tambah darah sebanyak 1 tablet sehari
selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan
(100 mg). Tablet Fe berguna untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi (ADB)
pada ibu hamil. Pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi kasus
anemia dan meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan tablet besi (Fe) pada ibu
hamil.
Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe (tablet besi) di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang pada tiga tahun terakhir terjadi fluktuatif yaitu pada tahun tercapai 2016 tercapai
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

30
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

93% (1.032 ibu hamil) yang mendapat Fe dari sasaran bumil sebesar 1.144 bumil,pada
tahun 2017 turun hanya tercapai 79.5% (928 ibu hamil) yang mendapat Fe dari sasaran
bumil sebesar 1.168 bumil dan pada tahun 2018 naik tercapai 98,2% (1.036 ibu hamil)
yang mendapat Fe dari sasaran bumil sebesar 1.055 bumil. Cakupan ini tidak memenuhi
target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten Lampung Selatan tahun 2018 (90%).
Untuk lebih jelas lihat gambar 5.7
Gambar 5.7 : Trend Persentase Cakupan Ibu Hamil Dapat Fe 90 hari Di Puskesmas
Rawat Inap KetapangTahun 2016 s.d 2018

100%
93.0%
90%
80% 98.2%

70% 79.5%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2016 – 2018

Gambar 5.8 dibawah ini menggambarkan pencapaian cakupan Fe3 bumil per desa
sebagian besar telah mencapai target, bahkan ada sepuluh desa melebihi 100%, namun
masih ada tiga desa yang tidak mencapai target yaitu desa Lebungnala, desa Sido Asih dan
desa Tridarmayoga.
Gambar5.8 : Cakupan Bumil Dapat Fe1 dan Fe3 Per Desa Di Puskesmas
Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

120.0
107.6
102.6101.5101.2100.0100.0100.0100.0100.0100.0
99.2 96.7 96.4 98.2
100.0 92.6
86.2 85.2

80.0
65.6

60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

31
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

5.1.7. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan kelahiran oleh
tenaga kesehatan terlatih atau cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih seperti dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya dengan jumlah seluruh
persalinan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam
persen.Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa persalinan, hal ini disebabkan antara lain karena pertolongan persalinan tidak
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional).
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Ketapang
dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi flukuasi, yaitu pada tahun 2016 tercapai 90%
(986 persalinan) dari 1.093 sasaran ibu bersalin, pada tahun 2017 tercapai 87% (965
persalinan) dari 1.168 sasaran ibu bersalin dan pada tahun 2018 tercapai 98,3% (993
persalinan) dari 1.010 sasaran ibu bersalin. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
belum mencapai target SPM Kabupaten Lampung Selatan dan target menurut MDGs tahun
2018 (90%). seperti yang tergambar pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9 : Trend Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga


Kesehatan Di Kecamatan Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

100
98.3
98

96

94

92
90
90

88 87

86

84

82

80
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Pada tahun 2018 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebagian
besar desa telah mencapai target SPM 90%, hanya ada empat desa yang tidak tercapai
target yaitu desa Lebungnala,desa Sido Asih, desa Sumber nadi dan desa Tridarmayoga.
Untuk lebih jelas tergambar pada Gambar 5.10
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

32
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.10 : Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

120.0 109.5
104.9 102.9 102.7
101.9 101.6 100.0 100.0
99.1 98.3 98.1 98.3
96.2 94.9
100.0 89.3 87.0
80.8
80.0
64.5

60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber : Program Kesga Tahun 2018

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Ketapang pada Tahun


2018, semua dilakukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan baik yang ada di Kecamatan
maupun di Rumah Sakit / Klinik Swasta di luar Kecamatan Ketapang. Adapun fasilitas
pelayanan kesehatan yang melayani pelayanan persalinan di Kecamatan Ketapang adalah
Puskesmas, Poskesdes, Polindes dan Bidan Praktik Mandiri (BPM).

5.1.8. Pelayanan Ibu Nifas KF3


Masa nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan,
dimana organ reproduksi mulai mengalamai masa pemulihan, pelayanan pada ibu nifas
pasca persalinan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu yaitu 6 jam-3
hari satu kali, 4–28 hari satu kali dan 29–42 hari satu kali. Dalam masa nifas, ibu
memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara,
dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Pelayanan ibu nifas
dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat perlindungan ibu nifas, karena komplikasi dan
kematian ibu maternal dan bayi baru lahir juga dapat terjadi pada masa nifas.
Cakupan pelayanan ibu nifas dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami
fluktuatif yaitu pada tahun 2016 naik tercapai 97%, pada tahun 2017 turun hanya tercapai
80.6% dan pada tahun 2018 turun hanya tercapai 99,9% (1.009 KF3) dari 1.010 persalinan.
Cakupan ini telah mencapai target SPM 88%. Untuk lebih jelas tergambar pada Gambar
5.11 di dibawah.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

33
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.11 : Trend Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF3) Di Puskesmas
Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

120

100
99.9
97

80
80.6

60

40

20

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber : Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Cakupan pelayanan ibu nifas (KF3) per desa tahun 2018, sebagian besar telah
tercapai target bahkan lebih dari lebih dari 100%, hanya dua desa yang tidak mencapai
target SPM 88%, yaitu desa Tridarmayoga dan desa Sumber nadi. Tertera pada gambar
5.12.
Gambar 5.12 : Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Desa Di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

120.0 109.9 109.5


102.9 101.9 101.8 101.8 101.6 101.3
100.0 100.0 99.1 97.4 99.9
94.2
100.0 89.3 89.1
83.9
80.8
80.0

60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber Program Kesga Tahun 2018

5.1.9. Ibu Nifas Mendapat Vitamin A


Pemberian vitamin A pada ibu nifas memberikan manfaat penting bagi ibu dan
bayi yang disusuinya, selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
kelangsungan hidup anak juga dapat membantu pemulihan kesehatan ibu.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

34
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
terjadi fluktuatif yaitu, pada tahun pada tahun 2016 tercapai 93% (1.017 ibu nifas) dari Ibu
nifas sebanyak 1.144 bufas, pada tahun 2017 turun hanya tercapai 81.8% (911 ibu nifas)
dari Ibu nifas sebanyak 1.168 bufas dan pada tahun 2018 kembali naik tercapai 98,9% (999
ibu nifas)dari Ibu nifas sebanyak 1.010 bufas.Cakupan vitamin A ibu nifas pada tahun
2018 telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten Lampung
Selatan tahun 2018 (90%). Lihat gambar 5.13
Gambar 5.13 : Trend Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas Di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

120

100
97 98.9
80
81.8

60

40

20

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2016 s.d 2018

Menurut desa sebagian besar telah mencapai target, hanya ada empat desa yang
tidak mencapai target yaitu desa Karangsari, desa Sumbernadi, desa Berundung dan desa
Tridarmayoga..Cakupan pemberian vitamin A ibu nifas terendah ada di desa
Tridarmayoga.Lihat Gambar 5.14
Gambar 5.14 : Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas Menurut Desa Di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

140.0
122.2

120.0 109.5 108.7


104.9 104.5 102.9
101.9 100.0 100.0 100.0 98.9
98.1
94.9
100.0 89.3
83.1 80.8
78.8
80.0
64.5

60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2018


Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

35
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

5.1.10. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang profesional. Tenaga kesehatann disini dibagi menjadi dua yaitu tenaga
profesional (dokter spesilais kandugan, dokter dan bidan) yang kedua adalah dukun bayi
terlatih. Komplikasi kebidanan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ketapang baik pada
ibu maupun bayi hanya dilakukan tindakan pertama untuk selanjutnya di rujuk ke Rumah
Sakit BOB Bazar Kalianda/dokter Kebidanan lainnya untuk penanganan lebih lanjut.

5.1.11. Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang Dirujuk


Ibu Hamil resiko tinggi (resti) adalah keadaan penyimpangan / keabnormalan dari
suatu kehamilan, kondisi ini secara langsung akan menyebabkan kesakitan pada ibu
maupun janinyang akan berdampak pada kematian ibu dan bayi. Adapun yang termasuk
kategori ibu hamil dengan resiko tinggi antara lain ; ibu hamil dengan Hb kurang dari 8gr
%, tekanan darah tinggi (tekanan systole lebih dari 140 mmHg, diastole lebih dari 90
mmHg, Oedema nyata, ekslampsia, pendarahan pervaginam, infeksi berat dan persalinan
premature.
Pelayanan yang diberikan oleh bidan desa dan puskesmas pada kasus ibu hamil
yang memiliki Resiko tinggi (Resti) yang ditemukan kemudian ditangani, sesuai dengan
kebutuhan sedangkan yang tidak mampu ditangani dilakukan upaya rujukan ke unit
pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Cakupan ibu hamil resiko tinggi yang ditangani
dan dirujuk selama tiga tahun terakhir terjadi kenaikan yaitu, pada tahun 2016
ditemukan/ditangani 44,5% (102 ibu hamil), sasaran ibu hamil resiko tinggi 229 ibu hamil,
pada tahun 2017 naik ditemukan/ditangani 68% (183 ibu hamil) sasaran ibu hamil resiko
tinggi 234 ibu hamil dan pada tahun 2018 naik lagi ditemukan/ditangani 83,4% (176 ibu
hamil) sasaran ibu hamil resiko tinggi 211ibu hamil. Lihat gambar Gambar 5.15.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

36
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.15 : Trend Penemuan Cakupan Komplikasi Kebidanan (Ibu Hamil


Resiko Tinggi) Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
Tahun 2016 s.d 2018

90

80 83.4
70
68
60

50

4044.5

30

20

10

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Gambar 5.16 : Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan (Ibu Hamil Resiko


Tinggi) Ditangani Per Desa Di Kecamatan Ketapang Tahun 2018

200.0 180.6
180.0
150.0 148.1 146.3
160.0
140.0
120.0 107.4
95.7
90.9
100.0 83.3 83.4
75.8 74.1
80.0 62.5
56.3 54.5
51.7
60.0 46.9
41.2
40.0 20.8
20.0
0.0

Sumber : Program Kesga Tahun 2018

Cakupan pelayanan komplikasi kebidanan (ibu hamil resti) yang ditangani


tercapai 83,4% (176 ibu hamil resti), namun ada lima desa yang mencapai lebih dari target
(100%) yaitu desaWay Sidomukti, desa Sidoluhur,desa Sumbernadi. Desa Kemukus dan
desa Ketapang. Cakupan komplikasi kebidanan (ibu hamil resti) yang terendah, adalah
desa Tridarmayoga,desa Pematang Pasir dan desa Berundung.Lebih jelas lihat gambar
5.16.diatas.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

37
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

5.1.12. Pelayanan Keluarga Berencana


5.1.12.1. Peserta KB Aktif
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau “melawan” dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma.
Keluarga Berencanan adalah suatu usaha untuk menjarangkan kehamilan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau
anti konsepsi (Conception control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi
dengan menggunakan alat atau obat-obatan.
Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan salah satu cara/alat dan atau pasangan usia subur yang menggunakan
kembali salah satu cara/alat kontrasepsisetelah mereka berakhir masa kehamilan.Cakupan
peserta aktif KB adalah cakupan peserta aktif KB dibandingkan dengan jumlah pasangan
usia subur (PUS) suatu wilayah pada kurun waktu yang sama.Tingkat pencapaian
pelayanan program Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB
yang ditunjukkan melalui peserta KB aktif, kelompok sasaran program yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor.
Keberhasilan Program Keluarga Berencana dapat dilihar dari pencapaian
indikatorpeserta KB aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS). Adapun cakupan Keluarga
Berencana (KB) aktif tahun dalam kurun waktu 3 tahun terkhir ini terjadi fluktuasi yaitu
pada tahun 2016 peserta KB aktif 84,7% (8.198 peserta) dari jumlah PUS sebesar 9.681,
tahun 2017 peserta KB aktif 67.6% (6.559 peserta) dari jumlah PUS sebesar 9.696 dan
tahun 2018 peserta KB aktif 83,8 (8.108 peserta) dari jumlah PUS sebesar 9.681.Cakupan
ini telah mencapai target SPM tahun 2018 sebesar 70%.Untuk lebih jelasnya lihat Gambar
5.17 di bawah

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

38
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.17 : Trend Persentase Peserta KB Aktif Di Puskesmas Rawat Inap


Ketapang Tahun 2016 dan 2018

90

8084.7 83.8

70
67.6
60

50

40

30

20

10

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber : Laporan Program KB Tahun 2016 s.d 2018

Cakupan peserta KB Aktif menurut sebagian besar telah mencapai target SPM,
hanya satu desa yang belum mencapai target yaitu desa Kemukus, lihat gambar 5.18

Gambar 5.18 : Persentase Peserta KB Aktif Menurut Desa Puskesmas Rawat Inap
Ketapang Tahun 2018

180.0 161.8
160.0

140.0

120.0
96.2
100.0 90.6 88.5 88.3 87.5 86.5 86.2
84.8 84.6 83.5 82.8 80.2 83.8
79.7 76.8 76.2
80.0
55.5
60.0

40.0

20.0

0.0

Sumber : Laporan Program KB Tahun 2018

Cakupan peserta KB aktif menurut jenis alat kontrasepsi yang digunakan adalah
Suntik 48% (3.889 peserta), pil 28,1% (2.275 peserta) dan implant 19,1% (1.550 peserta)
Sedangkan alat kontrasepsi yang rendah digunakan adalah MOP 0,3% (21 peserta) dan
kondom 0,2% (19 peserta) Lihat gambar 5.19 dibawah.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

39
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.19 : Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Di


Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018
48.0
50.0

45.0

40.0

35.0
28.1
30.0

25.0
19.1
20.0

15.0

10.0
2.8
5.0 1.5
0.3 0.2
0.0
suntik Pil Implant AKDR MOW MOP Kondom

Sumber : Laporan Program KB Tahun 2018

5.1.12.2. Peserta KB Pasca Persalinan


Peserta KB pasca persalinan adalah ibu adalah pemanfaatan atau penggunaan alat
kontrasepsi segera sesudah melahirkan sampai enam minggu (42 hari). Cakupan pelayanan
KB Pasca persalinan di Puskesmas Ketapang tercapai 47,5% (480 peserta) dari jumlah
sasaran persalinan 1.010 ibu bersalin, dengan pemakaian alat kontrasepsi terbanyak suntik
92,7% (445 peserta) dan pil 5% (25 peserta).

5.2. Kesehatan Anak


5.2.1. Jumlah Kematian Neonatal
Infant Mortality Rate atau angka kematian Bayi (AKB) umur 0 – 11 bulan
merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat, baik pada tatanan kabupaten, provinsi maupun nasional. Kematian bayi
menurut umur kematian dibagi tiga yaitu umur 0 – 7 hari kematian perinatal, umur 7 – 28
hari kematian neonatal dan umur 28 – 11 bulan kematian bayi. Kematian bayi merupakan
indikator yang sangat penting untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat, karena bayi baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat
tinggal orang tua dan berkaitan erat dengan status ekonomi orang tua bayi. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain penyakit infeksi dan Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR), hal ini berhubungan dengan kondisi kehamilan, pertolongan
persalinan yang aman dan perawatan bayi baru lahir.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

40
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Kasus kematian neonatal di Kecamatan Ketapang pada tiga tahun terakhir terjadi
secara fluktuasi namun menunjukan penurunan pada tahun 2013 sampai dengan 2015,
penemuan kasus pada lima terakhir sebagai berikut yaitu pada tahun 2016 ditemukan 8
kasus bayi dari 1.016 kelahiran hidup (7,87 per 1000Kh), pada tahun 2017 turun ditemukan
5 kasus bayi dari 999 kelahiran hidup (5.00 per 1000Kh) dan pada tahun 2018 turun lagi
ditemukan 2 kasus bayi dari 1.005 kelahiran hidup (1,9 per 1000Kh).

5.2.2. Jumlah Balita Mati


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak balita yang
terjadi pada balita berumur 1 tahun dan sebelum berumur 5 tahun per 1000 Kelahiran
Hidup. AKABA menggambarkan permasalahan kesehatan pada anak balita dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan anak balita seperti masalah gizi, sanitasi dan
penyakit infeksi.
Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA
adalah :
1. Sangat tinggi dengan nilai > 140
2. Tinggi dengan nilai 71 – 140
3. Sedang dengan nilai 20 – 70
4. Rendah dengan nilai < 20
Menurut SDKI tahun 2007 mengestimasikan nilai AKABA sebesar 44 per
1000Kh. Di Kecamatan Ketapang kasus kematian balita padatiga tahun terakhir hanya
ditemukan2 kasus pada tahun 2018 (2 per 1000 Kh), sedangkan pada dua tahun
sebelumnya tahun 2016 s.d 2017, tidak ditemukan kematian balita.

5.2.3. Penanganan Komplikasi Neonatal


Pelayanan neonatus resiko tinggi/komplikasi neonatal adalah penanganan
neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
berujung pada kematian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
kesehatan (polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin Pemerintah maupun
swasta). Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari pertama kelahiran bayi adalah hari yang sangat penting oleh karena banyak

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

41
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

perubahan yang terjadi pada bayi dalam hal menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam
rahim dengan kehidupan diluar rahim.
Penemuan neonatal resiko tinggi/komplikasi neonatal di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang pada tahun 2016 ditemukan 35 bayi terdiri dari 17 bayi laki-laki dan 15 bayi
perempuan atau sebesar 20,5% dari jumlah perkiraan neonatal resiko/komplikasi
neonatal,pada tahun 2017 ditemukan 38 bayi terdiri dari 19 bayi laki-laki dan 19 bayi
perempuan atau sebesar (51%) dan pada tahun 2018 ditemukan 25 bayi terdiri dari 17 bayi
laki-laki dan 8 bayi perempuan atau sebesar (16,6%) dari jumlah perkiraan neonatal
resiko/komplikasi neonatal 151 bayi. Penemuan tersebut terjadi fluktuasi namun terjadi
penurunan yang signifikan pada tahun 2018. Penanganan yang dilakukan adalah merujuk
ke Rumah Sakit Bob Bazar Kalianda. Lebih jelas lihat pada gambar 5.20
Gambar 5.20 : Trend Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

60

50 51

40

30

20 20.5
16.6

10

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Gambar 5.21 : Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Per Desa


Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

70.0 63.5

60.0
51.3
50.0

40.0
31.3
28.7
30.0 23.5 22.8
18.0 16.9 16.3 16.6
20.0 13.1

10.0 6.1
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

42
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Cakupan penanganan komplikasineonatalpada tahun 2018 menurut desatertinggi


di desa Sumbernadi dan desa Lebungnala, namun juga masih ada enam desa yang tidak ada
komplikasi neonatal. Lihat gambar 5.21.

5.2.4. Bayi Baru Lahir Ditimbang


BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2.499 gram). Berat Badan Bayi Lahir rendah mungkin prematur
(kurang bulan) mungkin juga cukup bulan matur) (Saifuddin, 2006). Bayi Lahir Dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal, bayi BBLR juga dapat
mengalami gangguan mental dan fisikpada usia tumbuh kembang. Faktor resiko BBLR
diantaranya adalah usia ibu terlalu muda kurang dari 16 tahun atau terlalu tua lebih dari 35
tahun, status sosio-ekonomi yang merupakan salah satu penentu utama status gizi, serta
tingkat pendidikan yang rendah.
Penimbangan bayi baru lahir di Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tiga tahun
terakhir, yaitu pada tahun 2016 ditimbang 522 bayi laki-laki dan 494 bayi perempuan,
ditemukan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 35 bayi (3,4%), pada tahun 2017
ditimbang 500 bayi laki-laki dan 460 bayi perempuan, ditemukan bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) 26 bayi (2,7%) dan pada tahun 2018 ditimbang 485 bayi laki-laki dan 520
bayi perempuan, ditemukan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 30 bayi (3%).
Penemuam bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) terjadi fluktuasi lihat gambar 5.22
Semua bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) telah mendapat
penanganan.
Gambar 5.22 : Jumlah Bayi Baru lahir Ditimbang Dg Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

1200
1016 1005
960
1000

800

600

400

200
35 3.4 26 2.7 30 3.0
0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Ditimbang BBLR Persen


Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2016 s.d. 2018
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

43
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Berat Badan Lahir Rendah per desa terbanyak ada di desa Pematang Pasir 5 bayi,
desa Ruguk 5 bayi, dan desa Sumur 5 bayi, namun ada enam desa tidak ada kasus
komplikasi neonatal. lebih jelas ada pada gambar 5.23 dibawah
Gambar 5.23 : Jumlah BBLR Menurut Desa Puskesmas Rawat Inap Ketapang
Tahun 2018
5 5 5
5
4.5 4
4
3.5
3
2.5 2 2 2 2
2
1.5 1 1 1
1
0.5 0 0 0 0 0 0
0

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2018

Berdasarkan Gambar 5.24. di bawah Proporsi kejadian BBLR menurut jenis


kelamin bayi laki-laki 21 bayi dari pada bayi perempuan 9 bayi.
Gambar 5.24 : Proporsi BBLR Menurut Jenis Kelamin Di Puskesmas Rawat Inap
KetapangTahun 2018

9; 30%

Laki-laki
Perempuan

21; 70%

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2018

5.2.5. Kunjungan Neonatus


Neonatus adalah bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan kelompok umur yang
memiliki resiko tinggi gangguan kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan pada
neonatal adalah pelayanan kesehatan saat lahir dan pelayanan kesehatan kunjungan
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

44
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

neonatal sebanyak 3 kali. Pelayanan yang diberikan terkait pemeriksaan sesuai standar
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan resiko pada neonatus adalah anatara
lain dengan melakukan pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan dan pemberian pelayanan kesehatan minimal 3 kali, dengan rentang
waktu satu kali pada usia 6 jam – 2 hari, satu kali pada usia 3 – 7 hari dan satu kali pada
usia 8 – 28 hari. Pada saat pelayanan neonatus petugas perlu memeriksa kesehatan bayi,
deteksi jika terdapat kelainan pada bayi, memberikan konseling terhadap perawatan bayi
baik kepada ibu maupun keluarga, juga konseling masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusive.Tingginya angka kematian bayi juga erat kaitannya dengan mutu
pelaksanaan kunjungan neonatus karena pada kunjungan neonatus seharusnya sudah
terdeteksi gangguan kesehatan pada bayi sehingga dapat di tangani secara dini.
Cakupan kunjungan neonatus di Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tiga tahun
terakhir terjadi penurunan yaitu pada tahun 2016 KN1 tercapai 97,7% (1.016 bayi) dan
KN3 tercapai 95,5%(993 bayi),pada tahun 2017 KN1 tercapai 92,3% (886 bayi) dan KN3
tercapai 92,3% (886 bayi) dan pada tahun 2018 KN1 tercapai 88,9% (893 bayi) dan KN3
tercapai 98,4% (989 bayi). cakupan kunjungan neonatus telah mencapai target SPM
Kabupaten Lampung Selatan (90%). Lihat gambar 5.25 dibawah
Gambar 5.25 : Trend Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Puskesmas Rawat
Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018
250

20095.5 92.3 98.4

150

97.7 92.3
100 88.9

50

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

KN1 KN3
Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2016 s.d 2018

Cakupan kunjungan neonatus menurut desa yaitu KN1 sebagian telah mencapai
target hanya 7 desa yang belum tercapai dengan desa pencapaian terendah dibawah 60% di
desa yaitu desa Tridarmayoga, desa Bangunrejo dan desa Tamansari, KN3 sebagian besar

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

45
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

telah mencapai target dengan pencapaian tertinggi di desaTridarmayoga 145% dan


pencapaian terendah di desa Sumbernadi 85,7%.Lebih jelas lihat gambar 5.26
Gambar 5.26 : Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Desa Puskesmas
Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

160.0 145.0
140.0
120.0 107.7 104.3104.3103.6
102.0101.6 100.0 97.6
95.1 94.1 93.7 93.6 92.2 91.7
100.0 86.5 85.7
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0

KN1 KN3

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2017

5.2.6. Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif


5.2.6.1. Bayi Usia 0 – 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
ASI Eksklusive adalah air susu ibu yang diberikan untuk bayi sejak baru lahir
sampai usia 6 bulan tanpa makanan pendamping dan minuman pralakteal lainnya ( hanya
ASI saja yang diberikan kepada bayi). Pemberian ASI secara eksklusive ini dianjurkan
untuk jangka waktu setidaknya 4 bulan, bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi
berumur 6 bulan harus mulai dikenalkan dengan makanan padat atau Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI), sedangkan ASI bisa diberikan sampai usia 2 tahun.
Cakupan Bayi usia 0 – 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif terjadi kenaaikan
yaitupada tahun 2016 tercapai sebanyak 27 % (276 bayi) dari jumlah seluruh bayi
1.040,pada tahun 2017 naiktercapai sebanyak 63% (296 bayi) dari jumlah seluruh bayi 473
dan pada tahun 2018naiklagi tercapai sebanyak 92,8% (432 bayi) dari jumlah seluruh bayi
466. Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif telah mencapai target SPM Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2018(90%). Lihat gambar 5.27.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

46
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.27 : Persentase Cakupan Bayi Diberi ASI Eksklusif Di Puskesmas Rawat
Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

100
92.8
90

80

70
63
60

50

40

30
27
20

10

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2016 s.d 2018

Desa dengan cakupan bayi diberi ASI eksklusif tertinggi adalah desa Legundi
144%, desa Bangunrejo 133%, dan desa Sidoluhur 125%,sedangkan cakupan terendah
desa Sumur 54% dan Pematang Pasir 64%. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.28
dibawah.
Gambar 5.28 : Persentase Cakupan Bayi Di beri ASI Eksklusif Menurut Desa
Puskesmas Rawat Inap KetapangTahun 2018

160 144
133
140 125 123
114
120
102 101 98 96 93
100 87 86
73 73 73
80 64
54
60

40

20

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2018

5.2.6.2. Bayi Mendapat Inisiasi Dini Menyusui (IMD)


Cakupan bayi baru lahir mendapatkan Inisiasi Dini Menyusui (IMD) di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tahun 2018 adalah 76,4% (768 bayi). Cakupan bayi
baru lahir mendapatkan Inisiasi Dini Menyusui (IMD) menurut desa adalah cakupan
tertinggi di desa Tridarmayoga 120% (24 bayi) dan terendah di desa Tamansari 41,2%
( 21 bayi). Gambar 5.29
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

47
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.29 : Persentase Cakupan Bayi Mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Menurut Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018
120
120
100 98 97
100 89 85 85 82 81 79
80 73
67
62 62
54
60 48
41
40

20

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2018

5.2.7. Pelayanan Kesehatan Bayi


Upaya Pelayanan kesehatan bayi meruapakan salah satu upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan guna menekan angka kematian
bayi di Kecamatan Ketapang. Bayi adalah anak yang berumur 28 hari sampai dengan
kurang lebih 1 tahun. Perawatan kesehatan bayi meliputi penyuluhan kesehatan kepada
keluarga khususnya ibu tentang :
a. Pemberian ASI eksklusive untuk bayi dibawah 6 bulan dan makanan
pendamping ASI untuk bayi di atas 6 bulan.
b. Cara menyusui baik yang baik.
c. Pengertian teknik menyusui yang benar yaitu memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
d. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan.
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epithel yang
lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjolkan untuk
memudahkan isapan bayi
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan operasi.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

48
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Upaya pelayanan kesehatan bayi sudah dilaksanakan di Puskesmas Rawat Inap


Ketapang dalam rangka penurunan angka kematian bayi. Cakupan kunjungan bayi di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang selama tiga tahun terakhir terjadi fluktuasi, pada tahun
pada tahun 2016 tercapai 106,8% (1.111 bayi) dari bayi lahir hidup sebanyak 1.028 bayi,
pada tahun 2017 turun tercapai 95.7%) (919 bayi) dari bayi lahir hidup sebanyak 960 bayi
dan pada tahun 2018 naik tercapai 100,2%) (933 bayi) dari bayi lahir hidup sebanyak 931
bayi.Cakupan ini sudah mencapai target Standard Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2018 (95%). Lihat gambar 5.30
Gambar 5.30 : Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018
108
106.8
106

104

102

100 100.2

98

96 95.7

94

92

90
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Kesgas Tahun 2016 s.d. 2018.

Gambar 5.31 : Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Mendapat Pelayanan


Kesehatan Menurut Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
Tahun 2018

200 181
180
160 133
140
109 108 105 105 104 102
120 100 98 98 94
100 86 80 79 74 71
80
60
40
20
0

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

49
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Berdasarkan Gambar 5.31 di atas cakupan pelayanan kesehatan bayi secara umum
sebagian belum tercapai target, namun ada dua desa yang telah mencapai sangat jauh yaitu
desa Way Sidomukti 181% dan desa Sidoluhur 133%.

5.2.8. Desa/Kelurahan UCI Universal Child Immunization (UCI)


Pelayanan imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang dinilai sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Berdasarkan KEMENKES RI Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010 tentang
Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010 – 2014 (GAIN
UCI 2010–2014), indikator keberhasilan UCI jika UCI desa mencapai 90% dengan
persentase cakupan bayi usia 0 – 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 4
antigen BCG, DPT3, Polio 4 dan Campak tercapai 85%.Di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang jumlah desa UCI dihitung berdasarkan jumlah dusun, dari 88 dusunyang
telahUCI sebanyak tercapai 73,9% (65 dusun) di 13 desa, adapun desa yang belum
mencapai UCI desa Tridarmayoga, desa Sumbernadi, desa Karangsari, dan desa
Ketapang.

5.2.8.1. Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi


Program imunisasi merupakan program yang sangat effektif dan effisien terbukti
dengan keberhasilan mengeradikasi penyakit cacar di dunia. Agar target Komitmen
Nasional dan Global untuk mencapai reduksi, eliminasi dan eradikasi terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat dicapai, kegiatan imunisasi perlu terus
ditingkatkan dan dipertahankan baik kuantitas maupun kualitas.
Indikator program imunisasi antara lain adalah anak usia 0-11 bulan yang
mendapatkan imunisasi dasar lengkap (91,5%), anak usia 18–36 bulan mendapatkan
imunisasi tambahan Pentavalen dan Campak (40%).Gambaran imunisasi dasar lengkap
bayi di Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tahun 2016, semua cakupan cakupan
kumulatif Hb < 7 hari (99,4%), BCG (98,6%), DPT/HB3 (105%), Polio4 (109,5%) dan
Campak (79,5%) dan Imunisasi Dasar Lengkap/IDL (103,5%), data terinci per desa ada
pada tabel 5.1.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

50
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Tabel 5.1 : Data Cakupan Imunisasi Bayi Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
Tahun 2018

Cakupan
NO Antigen Sasaran
Abs %
1 Hb < 7 hari, < 24 jam 922 91,7
1 – 7 hari 1.005 77 7,7
2 BCG 991 98,6
3 DPT/HB3 982 105
4 Polio4 1.019 109,5
931
5 Campak 740 79,5
6 IDL 964 103,5
Sumber : Program Imunisasi Tahun 2018

5.2.8.2. Cakupan Imunisasi Campak /MR pada Bayi


Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kabupaten Lampung Selatan khususnya di
Kecamatan Ketapang baru dimulai pada tahun 2018, adapun sasaran Imunisasi Measles
Rubella (MR) adalah yang dilaporkan disini adalah sasaran bayi dan dan anak dibawah tiga
tahun. Pencapaian Imunisasi MR bayi tercapai 23,8% (222 bayi) dan anak dibawah tiga
tahun tercapai 29,8% (279 bayi).
Cakupan imunisasi Measles Rubella (MR) Per Desa pada bayi pencapaian tertinggi desa
Sido Asih 38,3% dan terendah desa Tridarmayoga 10,7%, pada anak di bawah tiga tahun
pencapaian tertinggi desa Sumbernadi 87% dan terendah desa Sido Asih 9,4%, gambar
5.32
Gambar 5.32 : Persentase Cakupan Imunisasi MR Bayi Dan Anak Di bawah Tiga
Tahun Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

Bayi Anak < 3 Th


Sumber : Program Imunisasi Tahun 2018
5.2.9. Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

51
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Program Pemberian vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995


dengan suplementasi vitamin A dosis tinggi, Program ini bertujuan untuk mencegah
masalah kebutaan karena kekurangan vittamin A dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Pemberian kapsul vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan kematian
anak (30-50%).
Kebutuhan vitamin A dalam tubuh berhubungan dengan daya tahan tubuh, kadar
serum vitamin A yang rendah berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan angka
kematian balita. Strategi penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA) dilaksanakan
dengan pemberian vitamin A dosis tinggi, dengan sasaran pemberian Vitamin A biru
(100.000 SI) untuk bayi 6 – 11 bulan, diberikan satu kali dalam setahun dan vitamin A
merah (200.000 SI) diberikan pada anak balita 1 – 4 tahun, diberikan dua kali dalam
setahun setiap bulan Februari dan Agustus, serta ibu nifas diberikan paling lambat 30 hari
setelah melahirkan.
Masalah kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama yang ada di Indonesia, program tetapi juga berkaitan dengan ini bukan hanya
mencegah kebutaan tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan
perkembangan anak guna menunjang penurunan angka kematian bayi (AKB) dan
berpotensi untuk peningkatan produktifitas kerja.

5.2.9.1. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi


Cakupan bayi mendapat kapsul vitamin A di Puskesmas Rawat Inap
Ketapangpada tahun 2016 tercapai 85% (882 bayi) yang mendapat kapsul vitamin A dari
sasaran 1.040 bayi, pada tahun 2017 tercapai 89% (440 bayi) yang mendapat kapsul
vitamin A dari sasaran 497 bayi dan pada tahun 2018 tercapai 105,9% (493 bayi) yang
mendapat kapsul vitamin A dari sasaran 466 bayi, Cakupan ini naik dari tahun dua tahun
sebelumnya, dan telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2018 (90%). Lebih jelas lihat gambar 5.33

Gambar 5.33 : Persentase Cakupan Bayi Dan Anak Balita Mendapat Vitamin A Di
Puskesmas Rawat Inap KetapangTahun 2016 s.d 2018
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

52
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

250

200 100.7

93
89.7
150

100
105.9
85 89

50

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Bay An-Bal
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2016 s.d 2018.

5.2.9.2. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita


Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2X per tahun di Puskesmas Rawat
Inap Ketapang terjadi trend naik yaitu pada tahun pada tahun 2016 tercapai 89,7% (4.094
anak balita) dari 4.675 anak balita, pada tahun 2017 naik menjadi 93% (4.423 anak balita)
dari 4.740 anak balita dan pada tahun 2018 naik lagi tercapai 100,7% (3.911 anak balita)
dari 3.884 anak balita. Cakupan ini telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Kabupaten Lampung Selatan tahun 2018 (90%). Lebih jelas lihat gambar 5.34 di
atas.
Gambar 5.34 : Cakupan Pemberian Vitamin A Bayi dan Anak Balita Per Desa
Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

200.0
180.0
160.0
140.0
120.0 105.9
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0

Bayi An-Bal
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2018

Berdasarkan Gambar 5.34 menggambarkan persentase cakupan pencapaian


cakupan vitamin A Bayi dan Vitamin A 2x per tahun pada anak balita menurut desa, secara

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

53
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

keseluruhan telahmencapai target SPM Kabupaten Lampung Selatan tahun 2018 (90%).
Namun ada dua desa yang tidak mencapai target pencapaian cakupan vitamin A bayi yaitu
desa desa Berundung dan desa Tridarmayoga, sedangkan untuk pemberian vitamin 2 kali
pada anak balita ada empat yang tidak mencapai target yaitu desa Tamansari, desa Sido
Asih, desa Lebungnala, dan desa Tridarmayoga.

5.2.10. Pelayanan Kesehatan Balita


Pelayanan Kesehatan Balita di Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tahun 2018
tercapai 49,3% (2.376 balita) dari keseluruhan jumlah balita 4.816 balita. Cakupan
pelayanan kesehatan balita menurut desa tertinggi di desa Ketapang tercapai 93,7% (514
balita) dan terendah di desa Lebungnala tercapai 18,9% (24 balita)
Gambar 5.35 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Per Desa Di Puskesmas Rawat
Inap Ketapang Tahun 2018

100.0 93.7
85.6
90.0
78.4
80.0
70.0
59.5 58.3
56.0
60.0
48.9 47.0 49.3
50.0 42.7
38.8 38.0
35.4 32.9
40.0
30.0 22.7 21.7 20.7
18.9
20.0
10.0
0.0

Sumber : Laporan Program Kesga Tahun 2018

5.2.10.1. Balita Ditimbang (D/S)


Pemantauan status gizi pada balita dilakukan pemantauan pertumbuhan berat
badan melalui penimbangan secara rutin di posyandu setiap bulan, dengan indikator
menggunakan SKDN. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu
jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja
posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%).
Cakupan Balita yang ditimbang di Puskesmas Rawat Inap Ketapang terjadi
fluktuasi, yaitupada tahun 2016 tercapai 73% (4.116 balita) dari jumlah sasaran 4.675
balita,pada tahun 2017 tercapai 68%(3.958 balita) dari jumlah sasaran 5.834 balita dan
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

54
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

pada tahun 2018 tercapai 84,2%(4.053 balita) dari jumlah sasaran 4.816 balita. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada peningkatan cakupan penimbangan balita.
Cakupan ini sudah mencapai target SPM Kabupaten Lampung Selatan (70%). Lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 5.36
Gambar 5.36 : Trend Persentase Cakupan Penimbangan Di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang Tahun 2016 s.d 2018
90%

80% 84%

70%73%
68%
60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun 2016 s.d 2018

Gambar 5.37 di bawah ini menggambarkan cakupan penimbangan balita di


Puskesmas Rawat Inap Ketapang tahun 2018 menurut desa, sebagian desa sudah mencapai
target hanya ada dua desa yang belum mencapai target yaitu desa Tridarmayoga dan desa
Sido Asih.
Gambar 5.37 : Persentase Cakupan Penimbangan Balita Menurut Desa
Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

100.0 95.3
92.5 91.2 90.7 90.5
89.3 88.9 88.7 87.4
90.0 82.6 82.4 81.7 84.2
79.6
75.5 73.7
80.0
66.1 63.5
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

Sumber : Laporan Program Gizi Tahun2018


Cakupan penimbangan balita (D/S) menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam hal peduli terhadap kesehatan terutama kesehatan keluarga. Di
Kecamatan Ketapang pencapaian D/S telah mencapai target yang berarti tingkat partisipasi

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

55
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

masyarakat dalam progam kesehatan khususnya dalam memantau pertumbuhan balita juga
cukup baik.

5.2.10.2. Balita Gizi Kurang (BB/Umur) Balita Stunting (TB/U) dan Balita Kurus
(BB/TB).
Pemantauan Tumbuh Kembang (Balita Ditimbang) di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang di dapatkan status gizi balita, adapun indikator masalah gizi balita adalah Balita
Gizi Kurang (BB/U), Balita Stunting (TB/U) dan Balita Kurus (BB/TB). Berdasarkan hasil
pengukuran antropometri didapatkan status gizi balita, Balita Gizi Kurang (BB/U) 1,1%
(43 balita), Balita Stunting (TB/U) 1,5% (60 balita) dan Balita Kurus (BB/TB) 6,7% (270
balita). Lihat gambar 5.38
Gambar 5.38 : Persentase Cakupan Balita Gizi Kurang (BB/Umur) Balita Stunting
(TB/U) dan Balita Kurus (BB/TB) Desa Di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang Tahun 2018

7.00%

6.00%

5.00%

4.00% 6.70%

3.00%

2.00%
1.50%
1.00% 1.10%

0.00%
Balita Gizi Kurang (BB/U) Balita Stunting (TB/U) Balita Kurus (BB/TB)
Sumber : Laporan Program Gizi Tahun2018

Penanganan terhadap masalah status gizi balita telah dilakukan upaya tindak
lanjut agar tidak bertambahnya jumlah masalah status gizi balita dan memperbaiki masalah
status gizi balita, antara lain upaya yang dilakukan penemuan masalah status gizi balita,
melakukan intervensi pemberian makanan tambahan MP-ASI berupa roti terhadap balita
dan bubur terhadap bayi, pemberian susu, konseling gizi terhadap orang tua balita tentang
pola asuh anak serta penyuluhan masalah gizi.
5.3. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah
5.3.1.1. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

56
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Pendidikan kesehatan masyarakat yang dilakukan di sekolah merupakan media


yang sangat efektif mudah diterima dan bisa disampaikan ke masyarakat lainnnya melalui
orangtua masing-masing dirumah dan anak sekolah sendiri mempunyai masalah yang
sangat kompleks terutama masalah kesehatan yang berkaitan dengan Pola Hidup Bersih
Sehat (PHBS). Masalah kesehatan yang sering dialami anak sekolah adalah karies gigi
kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan maslah gizi. Maka perlu adanya
skerining/penjaringan kesehatan anak sekolah terutama murid kelas I baru SD sederajat.
Dan selanjutnya diberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan pada anak didik untuk
meningkatkan kualitas kesehatan peserta didik/anak sekolah.
Kegiatan pemeriksaan kesehatan (penjaringan) siswa SD/MI, SMP/MTs dan
SMU/MA setingkat telah secara rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Biasanya kegiatan ini
dilaksanakan pada awal tahun ajaran SD/MI. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan hygiene sanitasi perorangan. Selain melakukan pemeriksaan, juga
dilakukan penyuluhan kepada siswa agar dapat belajar menjaga kebersihan dan kesehatan.
Bila ditemukan siswa yang perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut, maka diberikan
rujukan untuk pemeriksaan di Puskesmas.
Cakupan penjaringan terhadap murid kelas I baru SD/MI sederajatdi Puskesmas
Rawat Inap Ketapang pada tahun 2016tercapai 96,4% (1.043 siswa) dari 1.082 murid,
terdiri dari murid laki-laki 550 orang (53%) dan murid perempuan 493 orang (47%) pada
34 Sekolah Dasar,pada tahun 2017tercapai 94% (1.920 siswa) dari 2.043 murid, terdiri dari
murid laki-laki 768 orang (40%) dan murid perempuan 1.152 orang (60%) pada 33
Sekolah Dasar,pada tahun 2018 tercapai 95,1% (980 siswa) dari 1.030 murid, pada 33
Sekolah Dasar. Gambar 5.39

Gambar 5.39 : Trend Persentase Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1


SD/MI Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 s.d 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

57
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

97%

97%
96%
96%

96%

95%
95%
95%

94%
94%
94%

93%

93%
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sumber : Laporan Program UKS Tahun 2016 s.d 2018

Gambar 5.40 : Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI Setingkat


Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018
100.0100.0100.0100.0100.0100.0 98.4
97.1 95.8 95.1 95.1
100.0 93.9 92.9 92.4
90.6 88.5
86.7
90.0 83.3
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

Sumber : Laporan Program UKS Tahun2018

Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI Per Desa, cakupan


tertinggi di desa Pematang Pasir sebesar 288% dan cakupan terendah di desa Sumbernadi
83,3%. Gambar 5.40

5.3.1.2. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 SMP/MTs


Cakupan penjaringan terhadap murid kelas 7 baru SMP/MTs setingkat di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tahun 2016 tercapai 94%, pada tahun 2017 tercapai
95% dan pada tahun 2018 tercapai 99,4% (816 siswa) dari 821 siswa, pada 11 SMP/MTs
setingkat. Gambar 5.41
Gambar 5.41 : Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 SMP/MTs Setingkat
Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

58
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

100 100 100 100 100 100


100 99.38 99.39

99

98

97
95.79
96

95

94

93

Sumber : Laporan Program UKS Tahun2018

5.3.1.3. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 10 SMA/MA


Cakupan penjaringan terhadap murid kelas 10 baru SMU/MA setingkat di
Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada tahun 2016 tercapai 95%,pada tahun 2017 tercapai
98% dan pada tahun 2018 tercapai 100% (709 siswa) dari 709 siswa, pada 6 SMU/MA
setingkat.
Gambar 5.42 : Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 10 SMU/MA Setingkat
Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Sumber : Laporan Program UKS Tahun2018

5.4. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

59
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan salah satu program pelayanan
dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dilakukan di Puskesmas BP Gigi, di Posyandu Upaya Kesehatan Gigi
Masyarakat (UKGMD) dan Pelayanan Kesehatan Gigi Pada Anak SD/MI Setingkat
5.4.1. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Umum
`Pelayanan kesehatan gigi Dan mulut umum dilakukan di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas, adapun pencapaian cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Rawat Inap Ketapang adalah jumlah seluruh kunjungan 1,8% (919 orang) dari jumlah
penduduk, cakupan ini belum tercapai target SPM tahun 2019 (4% jumlah penduduk).
Pelayanan yang diberikan tumpatan gigi tetap 6 kasus, pencabutan gigi tetap 89 kasus dan
rujukan 8 kasus.
Gambar 6.43 menunjukan cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut per desa
terlayani pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Cakupan pelayanan untuk tumpatan gigi
tetap yaitu pada tahun 2016 tercapai 28 pasien dengan pencabutan gigi tetap sebanyak 171
pasien dengan rasio 0,16, pada tahun 2017 turun tercapai 15 pasien dengan pencabutan gigi
tetap sebanyak 139 pasien dengan rasio 0,11 dan pada tahun 2018turun lagi tercapai 6
pasien dengan pencabutan gigi tetap sebanyak 89 pasien dengan rasio 0,07, artinya
penemuan pasien dengan tumpatan gigi tetap lebih kecil dbandingkan dengan pencabutan
gigi tetap.
Gambar 5.43 : Rasio Tumpatan /Pencabutan Gigi Tetap Pada Pelayanan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016 – 2018

171
180
160 139
140
120
89
100
80
60
28
40 15
20 6 0.7
0.16 0.11
0
Kasus Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap Rasio Tumpatan / Pencabutan
Gigi Tetap

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018


Sumber : Laporan Program UKGS Tahun2017

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

60
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Adapun kasus-kasus penyakit gigi dan mulut di Puskesmas Rawat Inap Ketapang
adalah penyakit karies gigi 292 kasus, Pulpitis 229 kasus, abses gusi 163 kasus, gangren
pulva 128 kasus dan impaksi 93 gigi kasus.
Gambar 5.44 : Jumlah Kasus Penyakit Gigi dan Mulut Di Puskesmas Rawat Inap
Ketapang Tahun 2018

Impaksi 93

Ganggren Pulva 128

Abses Gusi 163

Pulpitis 229

Karies Gigi 292

Jumlah 905

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Sumber : Laporan Program Kesehatan Gigi Dan Mulut Tahun2018

5.4.2. Pelayanan Kesehatan Gigi Pada Anak SD/MI Setingkat


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD/MI sederajat, bertujuan untuk
mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang
dilakukan meliputi upaya promotif, dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa SD tentang kesehatan gigi dan mulut preventif dengan memberikan
bimbingan teknis sikat dengan pasta gigi berflouride yang benar dan sikat gigi massal di
sekolah dan kuratif dengan pencabutan gigi susu yang karies serta pencabutan tumpatan
gigi. Semua kegiatan tersebut di atas dilaporkan atau diakumulasi dalam laporan kegiatan
Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang bertujuan untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik.
Gambar 5.45 menunjukan bahwa cakupan pemeriksaan gigi anak sekolah sangat
rendah, dari 6.220 anak sekolah yang diperiksa kesehatan gigi mulutnya hanya 8,6% (535)
anak sekolah, penurunan sangat sifnifikan dibanding kan tahun 2017 tercapai22,8% (1.464
siswa).Hasil pemeriksaan yang perlu perawatan 83% (446 siswa) anak sekolah, dan yang
mendapatkan perawatan 100% (446 siswa). Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut anak sekolah dikarenakan program kesehatan gigi dan mulut (UKGS) tidak
berjalan, dan tidak ada tenaga dokter gigi.

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

61
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.45 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Sekolah SD/MI
Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

600 535

500 446 446

400
285
300 250 249 249
197 197
200

100

0
Laki-laki Perempuan Total

Siswa Diperiksa Perlu Perawatan Mendapat Perwatan


Sumber : Laporan Program UKGS Tahun2018

Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah per desa, tertinggi di
desa Tridamayoga 20,8% dan terendah di desa Sumur 1,3%, hal ini menunjukkan belum
ada pemerataan pelayanan pada setiap desa. Lebih jesa pada gambar 5.46

Gambar 5.46 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Sekolah SD/MI
Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

25.0
20.8 20.6
19.4
20.0
16.7

14.6
15.0
11.0
10.3
9.1 8.6
10.0 8.3 8.1 7.8 7.4
6.7 6.4
5.6

5.0
1.5 1.3

0.0

Sumber : Laporan Program UKGS Tahun2018

5.5. Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut


5.5.1. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
Pelayanan kesehatan pada usia produktif untuk meningkatkan produktifitas
masing-masing individu dan menjaga meningkatkan derajat kesehatan. Adapun kegiatan
yang dilakukan adalah screening kesehatan untuk mendeteksi kesehatan penderita dan
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

62
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

menemukan faktor resiko terjadinya penyakit. Pada tahun 2018 telah dilakukan skreening
kesehatan sesuai standar tercapai 31,5% (10.003 jiwa) dari 31.715 jiwa usia produktif,
ditemukan faktor resiko 31,3% (3.134 jiwa).
Gambar 5.47 : Cakupan Skreening Kesehatan Sesuai Standar Pada Usia Produktif
Per Desa Di Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
297 273 253 233 220 200 197 188 180
500 173 164 158 140 138 118 113 89
0

JUMLAH USIA PRODUKTIF DI SKREENING MEMILIKI FAKTOR RESIKO


Sumber : Laporan Program PTM Tahun2018

Hasil skreening kesehatan sesuai standar pada usia produktif per desa didapatkan
faktor resiko terkena penyakit di desa Pematang Pasir 31,8% (297 jiwa), desa Ruguk 35%
(273 jiwa), desa Sido Asih 32,9% (233 jiwa) sedangkan faktor resiko terendah ada di desa
Lebungnala 17,1% (89 jiwa).

5.5.2. Pelayanan Kesehatan Usila (60 + tahun)


Pelayanan kesehatan rutin bagi usila (usia = 60 tahun keatas) sangat diperlukan.
Hal ini dikarenakan pada masa tersebut merupakan masa rawan timbulnya masalah
kesehatan. Selain fungsi saraf pusat sensorik, motorik dan kognitif resiko terjadinya
gangguan kardiovaskuler juga mulai meningkat. Pelayanan kesehatan tersebut dapat
diberikan di sarana kesehatan terdekat sepertiPuskesmas, Pustu, Polindes/PKD atau
diPosyandu lansia. Bertambah baiknya pola hidup sehat dan status kesehatan yang baik
akan meningkatkan umur harapan hidup (UHH), Keberadaan para usia lanjut tidak dapat
diabaikan begitu saja, karena dengan meningkatnya kualitas hidup usila maka beban
ketergantungan dan biaya kesehatan yang ditimbulkan akan semakin berkurang.
Cakupan pelayanan pada usila terjadi fluktuasi, pada tahun 2016tercapai 49,7%
(1.763 jiwa) usila mendapatkan pelayanan kesehatan dari sasaran sebesar 3.544 usila, pada
tahun 2017turun hanya tercapai 37% (1.263 jiwa) usila mendapatkan pelayanan kesehatan

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

63
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

dari sasaran sebesar 3.413 usila dan pada tahun 2018naik tercapai 58,9% (2.526 jiwa) usila
mendapatkan pelayanan kesehatan dari sasaran sebesar 4.292 usila. Cakupan ini masih
dibawah targetSPM kabupaten Lampung Selatan tahun 2018(75%).Lihat gambar 5.48
Gambar 5.48 : Trend Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Di Puskesmas
Rawat Inap Ketapang Tahun 2016–2018

60.0%

50.0% 49.7% 58.9%

40.0%

30.0% 37.0%

20.0%

10.0%

0.0%
Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018
Sumber : Laporan Program Usila Tahun 2016 –2018

Gambar 5.49 : Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Per Desa Di


Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018.

140.0 130.1

120.0
105.0
99.3
100.0

80.0 69.7 68 .8
63.8
58.0
54.5 52 .8 52.6 52.4 51.9 51.8
60.0 49.1 47.3
42.9

40.0 27.5

20.0

0.0

Sumber : Laporan Program Usila Tahun2018

Pada tahun 2018 sudah semua desa terlayani pelayanan kesehatan usila,namun
yang telah tercapai target dua desa yaitu desa Way Sidomukti dan desa Lebungnala. Desa
dengan cakupan terendah desa Ketapang 27,5%.terlihat pada gambar 6.49 di atas.
Pelayanan pra usia lanjut dan usia lanjut menurut jenis kelamin kunjungan jenis
kelamin lak-laki sebanyak 669 orang (26%) dan jenis kelamin perempuan 1.857(74%)
tergambar dalam Gambar 5.50

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

64
Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

Gambar 5.50 : Cakupan Pelayanan Usia Lanjut Berdasarkan Jenis Kelamin Di


Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

669; 26%

Laki-laki
Perempuan

1857; 74%

Sumber : Laporan Program Usila Tahun2018

Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2018

65

Anda mungkin juga menyukai