DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 13
KELAS :A
PERINTIS PADANG
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
kimiatubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.Penyakit
gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit seriusatau
terluka dimana hal itu berdampak langsu ng pada ginjal itu sendiri.
Penyakit gagalginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih
pada kaum lanjut usia.Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni
gagal ginjal akut (Acute Renal Failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (Chronic
Renal Failure = CRF). Pada gagal ginjalakut terjadi penurunan fungsi ginjal
secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai
dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dankreatinin darah) dan kadar urea
diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak
6. Apa saja obat yang memerlukan perhatian khusus untuk kondisi gagal ginjal ?
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Definisi
Ginjal (renal ) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaringdan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat.
masuk keglomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang
disebutkapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan
beberapayang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan
sel darahmerah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam
darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut
kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini
air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi
dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil
seriusatauterluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit
gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum
lanjut usia. Secaraumum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit
yang menyerangtraktus urinarius.Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni
gagal ginjal akut (acute renalfailure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal
failure = CRF). Pada gagal ginjalakut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil
pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dankreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam
darah yang meningkat. Sedangkan padagagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama
sekali (end stage renal disease). Gagalginjal kronis dibagi menjadilima stadium
GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawahini. GFR normal adalah 90-120
ml/menit.
B. Patofisiolgi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejala akan semakin berat. Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada
gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yamng berfungsi, yang
ginjal Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk
tahap akhir ; respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Abnormalitas yang lain pada gagal ginjal
kronis adalahgangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik jika salhsatunya meningkat yang
lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terhadap
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal dan
cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang tidak mengalami kondisi ini.
C. Manifestasi klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain
yang mendasari, dan usia pasien. Manifestasi kardiovaskuler. Pada gagal ginjal kronis
mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin
cairan berlebihan), dan perikarditis, (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin
uremik). Gejala dermatologi. Yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif pada penyakit ginjal tahap akhir
Gejala gastrointestinal. Juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muntah,
tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Mekanisme yang pasti untuk
D. Rasionalitas Obat
Obat yang digunakan untuk mengobati penderita penyakit ginjal memiliki
karakteristik berikut:
simetidin.
dosis yang paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada konsep penyakit gagal ginjal
adalah Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik
tubuh atau melakukan funsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi diurin
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal
ginjal terdiri atas gagal ginjal akut, dimana gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi
ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau
disfungsi tubular dan glomerular yang berlangsung lebih lama dari pada penyakit
2. Saran
Gagal ginjal merupakan penyakit yang sangat berbahaya, untuk itu perlu
dapat kita lakukan sedini dan seefektif mungkin. Dalam penulisan makalah ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
Contoh kasus
Kasus Seorang wanita berusia 59 tahun dengan berat badan awal 73 kg dan
tinggi badan 156 cm didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis dan penyakit arteri
koroner. Pasien merupakan peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Pasien
masuk rumah sakit dengan keluhan utama pusing yang terasa berputar sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit, mual, muntah, dan tekanan darah yang meningkat.
Diagnosis awal pasien adalah penyakit jantung hipertensi, suspek gagal
jantung kongestif, dan gagal ginjal kronis. Pasien merasa tubuhnya lemas, serta
terdapat nyeri dada dan sesak. Setelah 3 hari dirawat, pasien mengeluh gangren di
tangan kiri jari ketiga menjadi lebih parah. Ayah kandung dari pasien diketahui
menderita diabetes mellitus (DM). Pasien juga didiagnosis menderita DM sekitar 2–3
tahun yang lalu disertai penyakit jantung dan gangren di kaki dan tangan sekitar 1
tahun yang lalu. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan dari 104 kg, saat
belum didiagnosis DM, menjadi 73 kg. Pasien mengeluh penglihatannya sudah mulai
tidak jelas atau kabur. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan.
Diagnosis akhir pasien adalah penyakit ginjal kronis dengan penyulit
penyakit arteri koroner dan gangren derajat 3 di tangan kiri (jari ke 3). Pengukuran
petanda vital dan pemantauan gejala klinis menunjukkan bahwa kondisi pasien
cenderung membaik dari hari ke hari, dibandingkan dengan saat awal masuk rumah
sakit. Keluhan lemas, sesak, dan nyeri dada masih ada sejak hari pertama hingga
ketujuh walaupun keluhan sesak terasa berkurang sejak hari keempat. Sejak hari ke-4
hingga ke-8, nyeri dada juga berangsur menghilang. Namun, pada hari ketiga pasien
mengeluh gangren di tangan kirinya semakin parah. Pasien dipulangkan dengan status
mengalami perbaikan.
Pemeriksaan laboratorium pasien hanya dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu
pada hari ke-1, ke-2, dan ke-8 perawatan. Dokter tidak melakukan pemeriksaan
labarotorium secara rutin dengan alasan hasil dari pemeriksaan laboratorium sering
terlambat keluar sehingga tidak menggambarkan kondisi aktual pasien. Selain itu,
keterbatasan pembiayaan dalam JKN juga menjadi pertimbangan dokter untuk tidak
melakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin. Instalasi patologi klinik rumah
sakit yang bersangkutan juga tidak memiliki fasilitas untuk kultur mikroba sehingga
dokter cenderung melakukan penilaian kondisi pasien hanya berdasarkan pada
kondisi klinis pasien. Pada hari pertama perawatan pasien, hasil dari pemeriksaan
laboratorium menunjukkan nilai tidak normal pada nilai hemoglobin, hematokrit,
leukosit, glukosa darah sewaktu, ureum, dan kreatinin. Hasil pemeriksaan foto toraks
menunjukkan kardiomegali ringan dan hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH). Nilai indeks massa tubuh (body mass index/BMI) pasien adalah
29,9 sehingga termasuk pada kategori overweight.
Estimasi bersihan kreatinin (ClCr) pasien dengan metode Cockroft-Gault
adalah 7,66 mL/menit/1,73 m2, sedangkan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang
ditetapkan dengan metode MDRD (modification of diet in renal disease)4 adalah 3,16
mL/menit/1,73 m2 . Nilai ClCr pasien menandakan pasien mengalami penyakit ginjal
tahap akhir (endstage renal disease/ESRD) dan nilai LFG menandakan pasien
mengalami gagal ginjal dan diindikasikan untuk hemodialisis. Pada hari kedelapan,
pasien menerima perawatan hemodialisis dan nilai bersihan kreatinin pasien lalu
mengalami perbaikan.
Pasien memperoleh terapi kaptopril 2 x 25 mg, isosorbid dinitrat 1 x 5 mg,
asetosal 1 x 80 mg, furosemid 1 x 40 mg, ketoasid 3 x 1 kapsul, kalsium polistiren
sulfonat 3 x 5 g, natrium bikarbonat 3 x 500 mg, asam folat 3 x 1 mg, dan amoksisilin
4 x 500 mg. Kondisi gangren pasien tidak mengalami perbaikan. Dokter lalu
menyarankan untuk melakukan pembedahan terhadap bagian tubuh yang terkena
gangren. Namun, pasien menolak untuk dibedah saat dalam perawatan dan meminta
pembedahan dilakukan beberapa waktu setelah pasien diperbolehkan pulang.