Abstrak
Latar Belakang: Bagi ternak perah, produksi susu yang tinggi terkait erat dengan kualitas
pakan yang dikonsumsi terutama protein. Pemanfaatan protein pada ternak dapat didekati
melalui retensi Nitrogen (N). Namun demikian, retensi N pada masing-masing bahan pakan
selain dipengaruhi oleh kandungan N pakan juga dipengaruhi oleh kandungan energinya.
Retensi N dalam jaringan ditentukan oleh besarnya pasokan energi dan N dalam jaringan.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari penggunaan pollard dan bekatul terhadap nilai
kecernaan pakan, dan hubungan retensi N dengan produksi susu pada sapi perah laktasi.
Metode: Materi yang digunakan dalam penelitian adalah delapan ekor sapi PFH masa laktasi
2-3 bulan dengan bobot badan berkisar antara 310-504 kg. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Cross over design. Periode pendahuluan selama 15 hari
untuk adaptasi pakan percobaan. Periode pengumpulan data selama 15 hari yaitu 10 hari
koleksi feses dan 5 hari koleksi urin. Parameter yang diukur meliputi kecernaan nutrient
(bahan kering, bahan organik, dan protein kasar), dan produksi susu.
Hasil: Penelitian menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05)
terhadap nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun terdapat perbedaan
pengaruh yang nyata (P<0,05) pada kecernaan protein kasar. Penggunaan pollard
memberikan nilai kecernaan yang lebih baik daripada bekatul, terutama pada nilai konsumsi
tercerna dari protein kasar. Rata-rata sekitar 40% produksi susu dipengaruhi oleh nilai retensi
nitrogen.
Kata kunci : pollard – bekatul –kecernaan –retensi nitrogen
Abstract
Background: For dairy cattle, high milk production relate closely with feed quality intake
especially protein content. Protein usage could be seen from nitrogen retention point of view.
Furthermore N retention for each feedstuff is inflenced by its energy content. N retention in
tissue is determined by energy supply and N. Research was conducted to study pollard and
bran into feed digetibility, and correlation between N retention with milk production.
Method: Eight dairy cattle in 2-3 lactation period with 310-504 kg body weight were used as
research material. Cross Over Design used for this reseach, 15 days as preliminary for feed
adaptation and 15 days for collected data (10 days for feces collection and 5 days for urine)
for each periode. Measured parameter included feed digestibility (dry matter, organic matter,
and crude protein), and milk production.
Result: Research showed that treatment have non significant (P>0,05) into dry matter and
organic matter digestibility, but gave significant (P<0,05) effect into crude protein
digestibility. The usage wheat pollard gave betterdigestibility than rice bran, especially at
digestible crude protein. Fourty percent in average of milk production was influenced by
nitrogen retention.
Key word: wheat pollard – rice bran –digestibility – nitrogen retention
141
Susanti, Jurnal PROTEIN
142
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen
Tabel 1. Kandungan BK, BO dan PK dari bahan pakan yang digunakan dalam penelitian.
Bahan Pakan BK (%) BO (%BK) PK (%BK)
Pollard 90,10 95,73 17,98
Bekatul 92,49 84,49 9,92
Tebon 92,18 91,76 8,45
Keterangan : Hasil analisis di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Unibraw.
143
Susanti, Jurnal PROTEIN
144
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen
145
Susanti, Jurnal PROTEIN
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut tampak mikroorganisme yang dapat berpengaruh
bahwa adanya perbedaan pengaruh yang nyata terhadap produksi ternak.
(P<0,05) pada nilai KPKT, hal ini memberikan
implikasi bahwa bahan pakan pada perlakuan A Retensi N
yaitu pollard mengindikasikan dapat Hasil analisis retensi N dan produksi susu
meningkatkan sintesis protein mikroorganisme, pada sapi perah laktasi yang diberi pakan
mengingat bahwa dari pollard tersebut pasokan pollard dan bekatul menunjukkan bahwa
N lebih tinggi dibandingkan dengan bekatul. konsumsi total N pada perlakuan A lebih tinggi
Oleh karena itu hasil penelitian ini masih perlu daripada perlakuan B.
dilengkapi dengan data sintesis protein
Tabel 4. Rataan Retensi N dan Produksi susu pada sapi perah pada masing-masing perlakuan
Konsumsi N Perlakuan A (pollard) Perlakuan B (bekatul)
(g N/ekor/hari)
Hijauan 90,89 80,47
Konsentrat 86,91 88,21
Total 177,80 169,17
Retensi N 66,02 67,54
Produksi susu 6,26 7,50
(l/ekor/hari)
146
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen
Pada dasarnya penelitian ini merupakan Hubungan Retensi N dengan Produksi Susu
penelitian Rumen Degradable Nitrogen (RDN) pada Sapi Peranakan FH Laktasi
yaitu jumlah pakan diatur agar RDN yang Berdasarkan hasil analisis regresi dan
merupakan N yang dapat didegradasi dalam korelasi antara retensi N dengan produksi susu
rumen sama besrnya antar perlakuan, namun pada sapi perah laktasi yang diberi pakan
ternyata konsumsi N total pada pollard lebih pollard dan bekatul (seperti yang tersaji pada
tinggi dari bekatul. Hal ini disebabkan pollard Tabel 5.) menunjukkan bahwa rata-rata 40
mengandung N yang tidak mudah terdegradasi persen produksi susu dipengaruhi oleh pakan
dalam rumen lebih tinggi dibandingkan bekatul. yang dikonsumsi.
Tabel 5. Hasil analisis regresi dan korelasi retensi N dengan produksi susu sapi perah pada
masing-masing perlakuan
Variabel diukur Perlakuan A Perlakuan B Pollard dan bekatul
(pollard) (bekatul)
r 0,545 0,726 0,638
R2 0,297 0,553 0,407
b 0,041 0,045 0,044
a 3,601 4,474 3,921
Persamaan regresi Y = 3,601+ 0,041 X Y = 4,474+ 0,045 X Y = 3,921+ 0,044 X
Keterangan : Y = produksi susu (l/ekor/hari); X = retensi N (g/ekor/hari)
Pada perlakuan B (bekatul) 55 persen produksi lebih efisien dibandingkan dengan retensi N
susu dipengaruhi oleh retensi N sedangkan pada yang tinggi. Melihat fenomena ini maka
perlakuan A (pollard) hanya sebesar 30 persen, dimungkinkan retensi N yang besar dapat
padahal kandungan PK dan besarnya retensi N digunakan untuk produksi susu bila disertai
pada pollard lebih besar dibandingkan bekatul. dengan konsumsi energi yang tinggi. Namun
Kondisi ini menggambarkan bahwa produksi demikian dari hasil penelitian ini tergambarkan
susu bukan hanya dipengaruhi oleh besarnya bahwa setiap kenaikan retensi N pada sapi
retensi N tetapi banyak faktor sepert besarnya perah masih terus diikuti peningkatan produksi
energi. Menurut Schmidt dan Van Vlack (1974) susu, sebagaimana yang dijelaskan dari nilai
produksi susu lebih banyak dipengaruhi oleh koefisien regresi yang rata-ratanya sebesar
energi dibandingkan protein. Selanjutnya 0,044.
dikemukakan bahwa pada ternak masa laktasi
masih dapat memproduksi susu meskipun
terdapat kekurangan N pada pakannya, tetapi
ternak berhenti memproduksi susu bila terjadi KESIMPULAN
defisiensi energi. Pemanfaatan energi lebih
diprioritaskan untuk produksi susu sedangkan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
protein digunakan untuk meningkatkan kualitas sebagai berikut :
susu. 1. Penggunaan pollard memberikan nilai
kecernaan yang cenderung lebih baik
Melihat besarnya retensi N pada sapi daripada bekatul, terutama pada nilai
yang mengkonsumsi pollard yang tidak diikuti kecernaan dan konsumsi tercerna PK
dengan produksi susu, menunjukkan bahwa N sehingga pollard dapat digunakan sebagai
yang berhasil diretensi dalam tubuh ternak bahan pakan sumber protein bagi sapi
tersimpan di dalam jaringan. Dari hasil perah.
penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan 2. Sekitar 40 persen besarnya produksi susu
retensi N yang rendah ternyata pemanfaatan N dipengaruhi oleh retensi N. Dengan adanya
147
Susanti, Jurnal PROTEIN
keterbatasan pasokan energi, maka retensi Maynard L., A. and J. K. Loosli. 1973. Animal
N yang rendah ternyata menghasilkan Nutrition. Sixth Edition. Tata Mc. Graw
pemanfaatan N yang lebih efisien untuk Hill Publishing Company Ltd., New
produksi susu dibandingkan dengan retensi Delhi.
N yang tinggi
Mc.Donald, P.,R.A. Edwards And J.D.F.
Greenhalgh, 1973. Animal Nutrition.
Ucapan Terima Kasih
Fourth Edition. Longman, London and
Ucapan terima kasih disampaikan
New York.
kepada Saudara Elizabeth Ema dan I Made
Paryoko Adi yang telah banyak membantu Mc.Donald, P.,R.A. Edwards And J.D.F.
dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Greenhalgh, 1988. Animal Nutrition.
Fourth Edition. Longman Group Limited.
Longman House, Burn Mill. Harlow.
DAFTAR PUSTAKA Essex. England.
Ørskov, E.R., 1988. Protein Nutrition In
ARC, 1984. The Nutrient Requirement Of Ruminants. Academic Press. Inc.
Ruminant Livestock. Commonwealth London.
Agricultural Bureaux, Slough. England.
Ørskov, E.R., And Ryle., 1990. Energi
Bines, J.A. and C.C. Balch, 1973. Relatives Nutrition In Ruminats. Elsevier
Retention of The N of Urea and Applied Science. London And New
Groundnut in Diets for Growing York.
Heifers. Brit. J. Nut.
Schmidt and L. D. Van Vlack. 1974. Principle
Chuzaemi, S., Hermanto, Soebarinoto dan of Dairy Science. Freeman, W.H. and
Sudarwati, H., 1997. Evaluasi Protein Company, San Francisco.
Pakan Ruminan melalui Pendekatan
Sintesis Protein Mikrobal : Evaluasi Strom, E. and E. R. Ørskov, 1982. Biological
Kandungan RDP dan UDP pada Value and Digestibility of Rumen
beberapa Jenis Hijauan Segar, Microbial Protein in Lamb Small
Limbah Pertanian dan Konsentrat. Intestine. Proc. Nutr. Soc. 41 : 78
Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Hayati 9:77- Tillman, A.D., Hartadi, H.,
90. Reksohadiprodjo,S.,Prawirokusumo, S.,
Haris, L.E., 1970. Chemical And Biological dan Lebdoseokojo, S., 1983. Ilmu
Methods For Feed Analiysis. University Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
Of Florida. Gansville. USA. University Press. Yogyakarta.
Hartadi, H; S. Reksohadiprojo, S.
Lebedosukojo, A.D. Tillman, L.C. Kearl
And L.E. Harris. 1980. Tabel-tabel Dari
Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Published By IFI Utah
Agric.EXP. Sta. Utah Sate University.
Hermanto, 1993. Ekskresi Derivat Purin
Dalam Urin Sebagai Estimator
Mikroba Rumen. Laporan Studi
Liberatur dan Hasil Training di Rowwet
Research Institute Aberdeen.
SCOLAND. Fakultas Peternakan.
Unibraw. Malang.
Hungate, I.D., 1996. The Rumen And Its
Microbes. Academic Press. London.
148
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen
149