Anda di halaman 1dari 9

Vol. 15 No.

2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen

Kecernaan, Retensi Nitrogen dan Hubungannya dengan Produksi Susu


Pada Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberi Pakan Pollard
dan Bekatul
Sri Susanti dan Eko Marhaeniyanto
Fakultas Peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Email: marhaeniyanto@yahoo.co.id
9

Abstrak
Latar Belakang: Bagi ternak perah, produksi susu yang tinggi terkait erat dengan kualitas
pakan yang dikonsumsi terutama protein. Pemanfaatan protein pada ternak dapat didekati
melalui retensi Nitrogen (N). Namun demikian, retensi N pada masing-masing bahan pakan
selain dipengaruhi oleh kandungan N pakan juga dipengaruhi oleh kandungan energinya.
Retensi N dalam jaringan ditentukan oleh besarnya pasokan energi dan N dalam jaringan.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari penggunaan pollard dan bekatul terhadap nilai
kecernaan pakan, dan hubungan retensi N dengan produksi susu pada sapi perah laktasi.
Metode: Materi yang digunakan dalam penelitian adalah delapan ekor sapi PFH masa laktasi
2-3 bulan dengan bobot badan berkisar antara 310-504 kg. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Cross over design. Periode pendahuluan selama 15 hari
untuk adaptasi pakan percobaan. Periode pengumpulan data selama 15 hari yaitu 10 hari
koleksi feses dan 5 hari koleksi urin. Parameter yang diukur meliputi kecernaan nutrient
(bahan kering, bahan organik, dan protein kasar), dan produksi susu.
Hasil: Penelitian menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05)
terhadap nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun terdapat perbedaan
pengaruh yang nyata (P<0,05) pada kecernaan protein kasar. Penggunaan pollard
memberikan nilai kecernaan yang lebih baik daripada bekatul, terutama pada nilai konsumsi
tercerna dari protein kasar. Rata-rata sekitar 40% produksi susu dipengaruhi oleh nilai retensi
nitrogen.
Kata kunci : pollard – bekatul –kecernaan –retensi nitrogen

Abstract
Background: For dairy cattle, high milk production relate closely with feed quality intake
especially protein content. Protein usage could be seen from nitrogen retention point of view.
Furthermore N retention for each feedstuff is inflenced by its energy content. N retention in
tissue is determined by energy supply and N. Research was conducted to study pollard and
bran into feed digetibility, and correlation between N retention with milk production.
Method: Eight dairy cattle in 2-3 lactation period with 310-504 kg body weight were used as
research material. Cross Over Design used for this reseach, 15 days as preliminary for feed
adaptation and 15 days for collected data (10 days for feces collection and 5 days for urine)
for each periode. Measured parameter included feed digestibility (dry matter, organic matter,
and crude protein), and milk production.
Result: Research showed that treatment have non significant (P>0,05) into dry matter and
organic matter digestibility, but gave significant (P<0,05) effect into crude protein
digestibility. The usage wheat pollard gave betterdigestibility than rice bran, especially at
digestible crude protein. Fourty percent in average of milk production was influenced by
nitrogen retention.
Key word: wheat pollard – rice bran –digestibility – nitrogen retention

141
Susanti, Jurnal PROTEIN

PENDAHULUAN menurunkan konsumsi pakan. Sementara itu


bekatul mempunyai nilai nutrisi yang berbeda–
Sebagian besar pakan ruminansia beda tergantung dari asal biji padinya, varietas,
adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan cara penanaman padi dan cara
kecernaan rendah, oleh karena itu harus pengolahan/mesin yang digunakan.
diusahakan agar ternak sebanyak mungkin
mengkonsumsi makanan untuk mencukupi Hasil penelitian Chuzaemi, Hermanto,
kebutuhannya akan zat-zat makanan (Mc Soebarinoto dan Sudarwati (1997)
Donald, Edwards dan Greenhalgh, 1973). mendapatkan kandungan bahan kering (BK)
Faktor bahan pakan selain menentukan dan bahan organik (BO) pada pollard dan
kecernaan juga menentukan kecepatan aliran bekatul berturut-turut adalah : 90,10% dan
pakan meninggalkan rumen. Bahan pakan yang 92,49%; serta 95,73 %BK dan 84,49 %BK.
mengandung serat kasar tinggi sukar dicerna Sementara nilai kecernaan BK dan BO adalah
sehingga kecepatan alirannya rendah (Tillman, sebesar 78.84% dan 78,65% pada pollard;
Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan serta 39,42 % dan 41,46% pada bekatul.
Lebdosukojo, 1983). Kecepatan pengeluaran
makan dari saluran pencernaan dipengaruhi Bagi ternak perah, produksi susu yang
oleh absorbsi bahan-bahan yang dapat dicerna. tinggi terkait erat dengan kualitas pakan yang
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dikonsumsi terutama protein. Pemanfaatan
terhadap kecernaan pakan antara lain : faktor protein pada ternak dapat didekati melalui
ternak, komposisi ransum, bentuk fisik dari retensi Nitrogen (N). Namun demikian, retensi
ransum, jumlah ransum yang diberikan dan N pada masing-masing bahan pakan selain
nilai nutrisi pakan. Pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kandungan N pakan juga
kecernaan pakan akan berpengaruh pada dipengaruhi oleh kandungan energinya.
pasokan nutrisi baik untuk mikroba rumen Percobaan pengukuran retensi N dapat
maupun untuk ternak itu sendiri. dilakukan bersama-sama dengan percobaan
kecernaan secara in-vivo ditambah dengan
Pollard dan bekatul merupakan bahan pengukuran urin yang diekskresikan ternak
pakan konsentrat untuk sapi perah yang banyak percobaan (Harris, 1970). Nitrogen dalam
digunakan oleh peternak sebagai sumber energi keadaan seimbang apabila jumlah N
dan protein. Selain itu bahan pakan ternak ini dikonsumsi sama dengan jumlah N yang
banyak tersedia karena tidak bersaing dengan diekskresikan. Retensi N negatif menunjukkan
kebutuhan manusia. Pollard adalah hasil sisa bahwa N yang diekskresikan lebih banyak
penggilingan dari gandum yang dapat daripada N yang dikonsumsi, sedangkan
digunakan sebagai pakan ternak, kaya akan apabila jumlah N yang dikonsumsi lebih
protein, lemak, zat-zat mineral dan vitamin- banyak daripada jumlah N yang diekskresikan
vitamin dibandingkan dengan biji keseluruhan, maka akan terjadi Retensi N yang positif (Mc.
akan tetapi banyak mengandung polikasarida Donald, Edwards dan Greenhalgh, 1988).
struktural dalam jumlah yang banyak.
Polisakarida struktural tersebut terdiri dari Bines dan Balch (1973) menyatakan
selulosa, hemiselulosa, selebiosa, lignin dan bahwa retensi N dalam jaringan ditentukan oleh
silica oleh karena itu bahan ini sangat sesuai besarnya pasokan energi dan N dalam jaringan.
untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak Besarnya pasokan energi untuk ternak
ruminansia (Maynard dan Loosli, 1973). Ruminansia yang dimaksud adalah produksi
Church (1980) menyatakan bahwa pollard Volatile Fatty Acid (VFA) dari rumen (Ørskov,
memiliki sifat bulky, laxantive dan palatable 1992), edangkan pasokan N berasal dari sintesa
bagi sapi, tetapi jika diberikan dalam jumlah N mikroba rumen (Strom dan Ørskov, 1982).
besar (lebih dari 40-50%) dalam ransum dapat Kedua material ini merupakan hasil aktivitas

142
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen

dari mikroba rumen yang merupakan fungsi Bahan Dan Metoda


dari pasokan N dan konsumsi bahan organik Materi yang digunakan dalam
tercerna (Hermanto, 1996). penelitian adalah delapan ekor sapi peranakan
FH masa laktasi 2-3 bulan dengan bobot badan
Tujuan penelitian adalah untuk berkisar antara 310-504 kg. Pakan yang
mempelajari : (1) penggunaan pollard dan diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat.
bekatul terhadap nilai kecernaan pakan pada Hijauan berupa daun jagung muda (tebon), dan
sapi PFH ; (2) hubungan retensi N dengan konsentrat terdiri dari Pollard dan Bekatul.
produksi susu pada sapi PFH. Kandungan bahan kering (BK), bahan organik
(BO), dan protein kasar (PK) bahan pakan yang
digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan BK, BO dan PK dari bahan pakan yang digunakan dalam penelitian.
Bahan Pakan BK (%) BO (%BK) PK (%BK)
Pollard 90,10 95,73 17,98
Bekatul 92,49 84,49 9,92
Tebon 92,18 91,76 8,45
Keterangan : Hasil analisis di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Unibraw.

Metode penelitian yang digunakan adalah


percobaan kecernaan dan retensi N dengan Periode I :
menggunakan metode koleksi total sesuai - Perlakuan A : sapi nomor satu sampai
petunjuk Harris (1970), terdiri dari : dengan empat mendapat pakan pollard dan
hijauan dengan imbangan 38,32 % dan
– Periode pendahuluan selama 15 hari untuk 61,68 % dalam BK.
adaptasi pakan percobaan; - Perlakuan B : sapi nomor lima sampai
– Periode pengumpulan data selama 15 hari dengan delapan mendapat pakan bekatul
yaitu 10 hari koleksi feses dan 5 hari dan hijauan dengan imbangan 40,59 % dan
koleksi urin. 59,41 % dalam BK.

Rancangan percobaan yang digunakan Periode II :


dalam penelitian ini adalah Cross over design - Perlakuan A : sapi nomor lima sampai
dengan model sebagai berikut : dengan delapan mendapat pakan Pollard
Yijk = μ + αj + βk + εijk dan hijauan dengan imbangan 38,32 % dan
i =1,2………. 61,68 % dalam BK.
j = 1.2.3……. - Perlakuan B : sapi nomor satu sampai
k = 1.2.3……. dengan empat mendapat pakan bekatul dan
Dimana : hijauan dengan imbangan 40.59 % dan
Y ijk = Pengamatan pada periode waktu 59,41 % dalam BK.
ke–j, ulangan ke–k yang
mendapat perlakuan ke-i Pada setiap periode I & II, periode
μ = Nilai tengah umum koleksi data dilakukan selama 15 hari terdiri
αj = Pengaruh dari periode waktu dari 10 hari untuk koleksi feses dilanjutkan
ke–j dengan koleksi urin selam 5 hari terakhir. Pola
βk = Pengaruh dari ulangan ke–k pemberian pakan selama penelitian yaitu pakan
konsentrat diberikan ± 15 menit sebelum
Sesuai dengan rancangan yang digunakan dilakukan pemerahan sapi, dilanjutkan dengan
maka selama penelitian delapan ekor sapi pemberian hijauan.
dibagi menjadi 2 kelompok sehingga masing-
masing kelompok terdiri dari empat ekor sapi
yaitu :

143
Susanti, Jurnal PROTEIN

Koleksi Sampel Feses  Metode analisa kadar lemak yang dipakai


Koleksi sampel feses sesuai dengan adalah metode Garben.
petunjuk Harris (1970) yaitu dengan Untuk mengetahui bentuk hubungan
menggunakan koleksi total feses dalam satu antara retensi N dengan produksi susu di
hari (24 jam). Cara mengoleksi feses tersebut gunakan persamaan regresi linier sederhana :
adalah :
 Feses diambil setiap kali ternak Y = a + bX
membuang feses dan dikumpulkan pada Dimana :
bak penampung. Feses segar tersebut Y = Nilai produksi susu
disemprot dengan formalin 10%. X = Nilai retensi nitrogen
 Pada akhir koleksi selama 24 jam, feses a = bilangan konstanta
ditimbang untuk mengetahui berat b = Koefisien regresi
totalnya. r = Koefisien korelasi
 Feses diaduk sampai merata, kemudian
diambil sampel sebesar 300 gram untuk  n   n  n 
kemudian dimasukkan oven 60 0C untuk n  XiYi     Xi   Yi 
analisis BK udara kemudian dikomposit
sampai periode koleksi selesai.
b   i 1 n   i 1 n  i 1 
   
Selanjutnya diambil sampel untuk n  X 2     X 
dianalisis kandungan BK, BO, dan PK.  i 1   i 1 
n n
Koleksi Sampel Urin  Yi  b Xi
Pengambilan sampel urin dilakukan yaitu a i 1 i 1

dengan menggunakan total koleksi urin dalam n


satu hari (24 jam) dan terpisah dengan feses.  n   n   n 
Cara mengoleksi urin tersebut adalah sebagai n  XiYi     Xi     Yi 
berikut : r  i 1   i 1   i 1 
 Tempat penampungan urin sebelumnya 2 2
n
 n  n
 n 
disi dengan H2SO4 10% sebanyak kurang n Xi   n. Xi 
2
n. Yi    Yi 
2
lebih 100 ml. i 1  i 1  i 1  i 1 
 Pada setiap akhir koleksi harian urin
sebelumnya disi dengan H2SO4 10% tI = Pengaruh dari perlakuan ke –i
sedikit demi sedikit sampai pH urin di εijk = Galat percobaan pada periode
bawah 3. waktu ke–j ulangan ke–k yang
 Urin yang sudah diencerkan tersebut mendapat perlakuan ke-i
diaduk dan diukur total volume urin
harian, kemudian disaring dengan Glass
wool untuk diambil sampel kira-kira 10
ml.
 Sub sampel yang diperoleh diberi label
kode sapi, periode, hari, tanggal, dan
bulan koleksi kemudian disimpan dalam
lemari pendingin untuk dianalisis
kandungan N-nya.

Koleksi Sampel Susu


 Pengukuran produksi susu dilakukan di
kandang ternak dengan timba ukuran
berskala 1 -10 liter.
 Pengambilan sampel susu untuk diuji
kadar lemak dilakukan secara proporsi
sampling dengan interval 10 hari.

144
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen

HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Maynard dan Loosli (1973)


kuantitas pakan merupakan hal yang
Kecernaan Nutrisi Pakan berpengaruh terhadap kecernaan. Kecernaan
Dari hasil penelitian terdapat perbedaan tertinggi dicapai pada saat pemberian pakan
yang tidak nyata (P>0,05) pada kecernaan BK sebesar 80-90 persen dari kemampuan ternak
(KcBK) dan kecernaan BO (KcBO). Kedua mengkonsumsi pakan.
bahan pollard dan bekatul mempunyai
kandungan BK dan BO yang hampir sama
sehingga meskipun jumlah pakan yang
dikonsumsi ternak semakin tinggi namun
kandungan BK dan BO dari kedua bahan pakan
tidak jauh berbeda sehingga mengakibatkan
banyaknya BK dan BO yang dapat dicerna
tidak berbeda pula. Sementara itu nilai
kecernaan PK (KcPK) menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05) karena kandungan PK
pollard lebih tinggi daripada PK bekatul.
Seperti tampak pada Tabel 2 secara keseluruhan
perlakuan A dengan bahan pakan pollard
menghasilkan KcBK, KcBO dan KcPK yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
bekatul.

145
Susanti, Jurnal PROTEIN

Tabel 2. Rataan KcBK, KcBO dan KcPK pada masing-masing perlakuan


Kecernaan (%) Perlakuan A (pollard) Perlakuan B (bekatul)
BK 58,123 ± 4,307a 56,021 ± 4,380a
a
BO 60,539 ± 4,126 59,352 ± 4,535a
b
PK 63,076 ± 3,929 56,938 ± 4,744a
Keterangan :
a-b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Karakteristik pakan sebaiknya 1990). Hungate (1996) mengemukakan bahwa


disesuaikan dengan fungsi rumen sebagai aktifitas fermentasi mikroba rumen sangat
tempat pencernaan bahan pakan berserat kasar ditentukan oleh komposisi jenis mikroba dalam
tinggi, artinya bahan pakan tersebut harus rumen, karena masing-masing mikroba tersebut
merangsang pertumbuhan mikroba karena mempunyai peran yang sangat spesifik dalam
besarnya kecernaan pakan pada ternak mendegradasi pakan.
ruminansia sekitar 65 persen tergantung dari
mikroba rumen (ARC, 1984). Kecernaan juga Hasil perhitungan konsumsi tercerna
sangat tergantung pada komposisi zat makanan BK (KBKT), BO (KBOT) dan PK (KPKT)
yang terkandung dalam pakan dan laju aliran selama penelitian disajikan pada Tabel 3
pakan meninggalkan rumen (Ørskov dan Ryle, berikut :

Tabel 3. Rataan KBKT, KBOT dan KPKT pada masing-masing perlakuan


Kecernaan Tercerna Perlakuan A (pollard) Perlakuan B (bekatul)
0,75
(g/kgBB )
BK 67,264 ± 0,088a 67,264 ± 0,110a
a
BO 67,449 ± 0,098 64,946 ± 0,139a
b
PK 8,792 ± 0,100 6,511 ± 0,133a
Keterangan :
a-b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut tampak mikroorganisme yang dapat berpengaruh
bahwa adanya perbedaan pengaruh yang nyata terhadap produksi ternak.
(P<0,05) pada nilai KPKT, hal ini memberikan
implikasi bahwa bahan pakan pada perlakuan A Retensi N
yaitu pollard mengindikasikan dapat Hasil analisis retensi N dan produksi susu
meningkatkan sintesis protein mikroorganisme, pada sapi perah laktasi yang diberi pakan
mengingat bahwa dari pollard tersebut pasokan pollard dan bekatul menunjukkan bahwa
N lebih tinggi dibandingkan dengan bekatul. konsumsi total N pada perlakuan A lebih tinggi
Oleh karena itu hasil penelitian ini masih perlu daripada perlakuan B.
dilengkapi dengan data sintesis protein

Tabel 4. Rataan Retensi N dan Produksi susu pada sapi perah pada masing-masing perlakuan
Konsumsi N Perlakuan A (pollard) Perlakuan B (bekatul)
(g N/ekor/hari)
Hijauan 90,89 80,47
Konsentrat 86,91 88,21
Total 177,80 169,17
Retensi N 66,02 67,54
Produksi susu 6,26 7,50
(l/ekor/hari)

146
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen

Pada dasarnya penelitian ini merupakan Hubungan Retensi N dengan Produksi Susu
penelitian Rumen Degradable Nitrogen (RDN) pada Sapi Peranakan FH Laktasi
yaitu jumlah pakan diatur agar RDN yang Berdasarkan hasil analisis regresi dan
merupakan N yang dapat didegradasi dalam korelasi antara retensi N dengan produksi susu
rumen sama besrnya antar perlakuan, namun pada sapi perah laktasi yang diberi pakan
ternyata konsumsi N total pada pollard lebih pollard dan bekatul (seperti yang tersaji pada
tinggi dari bekatul. Hal ini disebabkan pollard Tabel 5.) menunjukkan bahwa rata-rata 40
mengandung N yang tidak mudah terdegradasi persen produksi susu dipengaruhi oleh pakan
dalam rumen lebih tinggi dibandingkan bekatul. yang dikonsumsi.

Tabel 5. Hasil analisis regresi dan korelasi retensi N dengan produksi susu sapi perah pada
masing-masing perlakuan
Variabel diukur Perlakuan A Perlakuan B Pollard dan bekatul
(pollard) (bekatul)
r 0,545 0,726 0,638
R2 0,297 0,553 0,407
b 0,041 0,045 0,044
a 3,601 4,474 3,921
Persamaan regresi Y = 3,601+ 0,041 X Y = 4,474+ 0,045 X Y = 3,921+ 0,044 X
Keterangan : Y = produksi susu (l/ekor/hari); X = retensi N (g/ekor/hari)

Pada perlakuan B (bekatul) 55 persen produksi lebih efisien dibandingkan dengan retensi N
susu dipengaruhi oleh retensi N sedangkan pada yang tinggi. Melihat fenomena ini maka
perlakuan A (pollard) hanya sebesar 30 persen, dimungkinkan retensi N yang besar dapat
padahal kandungan PK dan besarnya retensi N digunakan untuk produksi susu bila disertai
pada pollard lebih besar dibandingkan bekatul. dengan konsumsi energi yang tinggi. Namun
Kondisi ini menggambarkan bahwa produksi demikian dari hasil penelitian ini tergambarkan
susu bukan hanya dipengaruhi oleh besarnya bahwa setiap kenaikan retensi N pada sapi
retensi N tetapi banyak faktor sepert besarnya perah masih terus diikuti peningkatan produksi
energi. Menurut Schmidt dan Van Vlack (1974) susu, sebagaimana yang dijelaskan dari nilai
produksi susu lebih banyak dipengaruhi oleh koefisien regresi yang rata-ratanya sebesar
energi dibandingkan protein. Selanjutnya 0,044.
dikemukakan bahwa pada ternak masa laktasi
masih dapat memproduksi susu meskipun
terdapat kekurangan N pada pakannya, tetapi
ternak berhenti memproduksi susu bila terjadi KESIMPULAN
defisiensi energi. Pemanfaatan energi lebih
diprioritaskan untuk produksi susu sedangkan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
protein digunakan untuk meningkatkan kualitas sebagai berikut :
susu. 1. Penggunaan pollard memberikan nilai
kecernaan yang cenderung lebih baik
Melihat besarnya retensi N pada sapi daripada bekatul, terutama pada nilai
yang mengkonsumsi pollard yang tidak diikuti kecernaan dan konsumsi tercerna PK
dengan produksi susu, menunjukkan bahwa N sehingga pollard dapat digunakan sebagai
yang berhasil diretensi dalam tubuh ternak bahan pakan sumber protein bagi sapi
tersimpan di dalam jaringan. Dari hasil perah.
penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan 2. Sekitar 40 persen besarnya produksi susu
retensi N yang rendah ternyata pemanfaatan N dipengaruhi oleh retensi N. Dengan adanya

147
Susanti, Jurnal PROTEIN

keterbatasan pasokan energi, maka retensi Maynard L., A. and J. K. Loosli. 1973. Animal
N yang rendah ternyata menghasilkan Nutrition. Sixth Edition. Tata Mc. Graw
pemanfaatan N yang lebih efisien untuk Hill Publishing Company Ltd., New
produksi susu dibandingkan dengan retensi Delhi.
N yang tinggi
Mc.Donald, P.,R.A. Edwards And J.D.F.
Greenhalgh, 1973. Animal Nutrition.
Ucapan Terima Kasih
Fourth Edition. Longman, London and
Ucapan terima kasih disampaikan
New York.
kepada Saudara Elizabeth Ema dan I Made
Paryoko Adi yang telah banyak membantu Mc.Donald, P.,R.A. Edwards And J.D.F.
dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Greenhalgh, 1988. Animal Nutrition.
Fourth Edition. Longman Group Limited.
Longman House, Burn Mill. Harlow.
DAFTAR PUSTAKA Essex. England.
Ørskov, E.R., 1988. Protein Nutrition In
ARC, 1984. The Nutrient Requirement Of Ruminants. Academic Press. Inc.
Ruminant Livestock. Commonwealth London.
Agricultural Bureaux, Slough. England.
Ørskov, E.R., And Ryle., 1990. Energi
Bines, J.A. and C.C. Balch, 1973. Relatives Nutrition In Ruminats. Elsevier
Retention of The N of Urea and Applied Science. London And New
Groundnut in Diets for Growing York.
Heifers. Brit. J. Nut.
Schmidt and L. D. Van Vlack. 1974. Principle
Chuzaemi, S., Hermanto, Soebarinoto dan of Dairy Science. Freeman, W.H. and
Sudarwati, H., 1997. Evaluasi Protein Company, San Francisco.
Pakan Ruminan melalui Pendekatan
Sintesis Protein Mikrobal : Evaluasi Strom, E. and E. R. Ørskov, 1982. Biological
Kandungan RDP dan UDP pada Value and Digestibility of Rumen
beberapa Jenis Hijauan Segar, Microbial Protein in Lamb Small
Limbah Pertanian dan Konsentrat. Intestine. Proc. Nutr. Soc. 41 : 78
Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Hayati 9:77- Tillman, A.D., Hartadi, H.,
90. Reksohadiprodjo,S.,Prawirokusumo, S.,
Haris, L.E., 1970. Chemical And Biological dan Lebdoseokojo, S., 1983. Ilmu
Methods For Feed Analiysis. University Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
Of Florida. Gansville. USA. University Press. Yogyakarta.
Hartadi, H; S. Reksohadiprojo, S.
Lebedosukojo, A.D. Tillman, L.C. Kearl
And L.E. Harris. 1980. Tabel-tabel Dari
Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Published By IFI Utah
Agric.EXP. Sta. Utah Sate University.
Hermanto, 1993. Ekskresi Derivat Purin
Dalam Urin Sebagai Estimator
Mikroba Rumen. Laporan Studi
Liberatur dan Hasil Training di Rowwet
Research Institute Aberdeen.
SCOLAND. Fakultas Peternakan.
Unibraw. Malang.
Hungate, I.D., 1996. The Rumen And Its
Microbes. Academic Press. London.

148
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Kecernaan, Retensi Nitrogen

149

Anda mungkin juga menyukai