Fiqh 2.1e
Fiqh 2.1e
SHOLAT FARDLU
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAMA (IAI) SUNAN GIRI BOJONEGORO
2019
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada kita semua, sehingga kita semua bisa menjalankan aktifitas sehari-hari
termasuk mencari ilmu dalam keadaan sehat tanpa ada halangan suatu apapun.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi
Muhammad SAW, karena beliaulah kita semua sampai saat ini bisa merasakan masa yang
penuh dengan kedamaian juga cahaya penerang kehidupan yaitu agama Islam, dan semoga
kita semua kelak tergolong umat beliau yang mendapatakan syafaat di hari kiamat nanti.
Dengan segala kerendahan hati serta atas berkat pertolonganNya, kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti
Umayyah” dengan lancar. Akan tetapi kami juga menyadari dengan sepenuh hati bahwa karya
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih perlu banyak pembenahan juga
bimbingan.
Oleh sebab itu, kami ingin memohon maaf apabila dalam sebuah karya makalah ini
terdapat banyak kesalahan maupun kekurangan, dan kami sangat berharap kritik dan juga
saran dari para pembaca sebagai bentuk apresiasi untuk kami kedepannya dalam membuat
karya makalah supaya menjadi lebih baik dan benar dari sebelumnya.
Dan kami juga ingin berterima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang sudah mau
membimbing kami dan juga kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan
semangat untuk kami, semoga karya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
BAB 1
PENDAHULUAN
ii
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam seperti sholat, puasa,
haji,membaca al-Qur’an, jihad, dll.
Sholat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh,
berakal, dan harus dikerjakan oleh orang mukmin. Sholat merupakan rukun Islam
kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) dan salah satunya adalah
sholat. Sehingga, barang siapa yang mendirikan sholat, maka ia telah mendirikan
agama. Dan barang siapa yang meninggalkan sholat, maka ia telah meruntuhkan agama
(Islam).
Sholat yang wajib haus didirikan dalam sehari semalam sebanyak 5 kali, dan
keseluruhan berjumlah 17 raka’at. Sholat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim
baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain sholat wajib yang lima waktu ada juga
sholat sunnah.
Dalam makalah ini, penulis memberikan batasan makalah tentang pengertian
sholat, waktu-waktu sholat fardlu, syarat-syarat wajib dan sah sholat, serta hal-hal yang
dapat membatalkan sholat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian dari sholat?
2. Apa saja syarat-syarat sholat itu?
3. Kapan waktu yang telah di tentukan untuk mengerjakan shalat fardlu?
4. Apa saja perkara yang dapat membatalkan sholat?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang pengertian sholat;
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tenteng waktu-waktu melaksanakan
sholat fardlu;
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang syarat-syarat wajib dan sah
sholat;
iii
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang hal-hal yang dapat
membatalkan sholat
BAB II
iv
PEMBAHASAN
Begitu pula semua kaum muslim telah sepakat bahwa Allah SWT telah
mewajibkan shalat lima waktu kepada mereka dalam sehari semalam. Shalat diwajibkan
kepada setiap muslim, yang balig dan berakal kecuali yang sedang haid dan nifas. Shalat
juga tidak diwajibkan kepada orang-orang gila dan kafir.
Seperti dalil berikut. Golongan yang menyatakan bahwa meraka adalah sebagai
orang-orang kafir, berdasarkan hadist Jabir, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang
berarti;
“Yang membedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir adalah karena
meninggalkan shalat”.(HR. Jamaah)
Sebagaiman juga mereka berdalil dengan hadist Ubadah bin Shamit, yang
artinya;
“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda , ada lima shalat yang telah Allah
SWT wajibkan kepada hambanya, barang siapa yang menepatinya dan tidak
meninggalkan sedikitpun karena menyepelekannya, maka niscaya Allah telah memiliki
janji untuk memasukan dirinya ke dalam surganya. Dan barang siapa yang tidak
menepati, maka Allah tidak memiliki kepadanya, jika dia berkehendak dia menyiksanya
dan jika berkehendak dia mengampuninya”. (HR. Ahmad)2
1
Ayyub, Syekh Hasan, Fikih ibadah, Pustaka Al-kautsar, Jakarta, 2004 Cet. Ke-2, Hlm. 113.
2
Ayyub, Syekh Hasan, Fikih ibadah, Pustaka Al-kautsar, Jakarta, 2004 Cet. Ke-2, Hlm. 119.
v
B. Syarat-Syarat Wajib dan Sahnya Shalat
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Suci dari hadats (kecil maupun besar)
5. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
6. Menutup aurat
7. Telah masuk waktunya sholat
8. Menghadap kiblat
9. Mengetahui mana yang termasuk rukun dan mana yang sunnah3
C. Rukun-Rukun Shalat
1. Niat
Niat adalah sikap menyengajakan diri untuk melakukan sesuatu. Adapun niat
juga merupakan tujuan untuk berbuat dengan motivasi melaksanakan perintah Allah.
Melafadzkan niat itu sendiri hukumya sunnah karena sejatinya niat itu tempatnya di
dalam hati.
2. Takbiratul Ihram
Seseorang yang melakukan shalat tanpa takbiratul ihrom ia shalatnya tidak
akan sempurna, adapun lafal takbirotul ihram menurut Imamiyah, Maliki, dan
Hambali yakni Allaahu Akbar dan tidak boleh di ganti. Semua Ulama Madzhab
sepakat selain Imam Hanafi bahwa mengucpakan takbiratul ihram itu harus memakai
bahasa arab meskipun orang ajam (selain arab).
3. Berdiri bagi yang mampu
Semua Ulama Madzhab sepakat, bahwa salah satu rukun shalat itu berdiri
dari takbirotul ihram sampai ruku, apabila tidak mampu berdiri maka shalat sambil
duduk kemudian apabila tidak mampu duduk maka ia shalat sambil miring kekanan
seperti orang yang di kubur di liang lahat. Hal ini di sepakati oleh seluruh Ulama
Madzhab keculai Mazhab Hanafi.
4. Membaca surat al-Fatihah
Hukum membaca surat Al-fatihah Ulama Mazhab berbeda pendapat
diantaranya :
Mazhab Hanafi : membaca al-Fatihah di dalam shalat itu tidak wajib, pendapat ini
didasarkan pada ayat al-Qur’an surat muzammil ayat 20: " bacalah apa yang mudah
bagimu dari Al-qur'an". Membaca surat juga hanya wajib ketika dua rokaat awal saja
dan menurut Mazhab Hanafi membaca basmallah tidak termasuk bagian dari surat
dan boleh meningalkannnya.
Mazhab Syafi'i : membaca al-Fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rakaat dan
membaca basmallah juga demikian karena basmallah bagian dari al-Fatihah, hal ini
di lakuakn baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Membaca surat hendaknya di
baca keras ketika shalat subuh dan di sunnahkan membaca doa qunut dan membaca
keras ketika dua rokaat solat maghrib dan Isya’.
3
Ust. Maftuh Ahnan, Risalah ShalatLengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2002 Cet. Ke-2, Hlm.60.
vi
Mazhab Maliki : membaca Al-fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rokaat dan
membaca basmallah hukumnya lebih baik di tinggalkan karena basmallah tidak
bagian dari surat. Ketika shalat subuh di sunahkan membaca qunut.
Mazhab Hambali : membaca Al-Fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rokaat dan
membaca basmallah hukumnya juga wajib akan tetapi membacanya harus dengan
pelan-pelan. Qunut hanya di baca pada shalat witir.
Mazhab Imamiyah: membaca Al-Fatihah wajib di dua rakaat tiap-tiap shalat, dan
boleh membacanya di rakaat yang lainnya. Basmallah wajib di baca karena
basmallah bagian dari surat. Imamiyah berpendapat membaca Amien adalah haram
dan shalatnya batal, baik ketika shalat sendiri maupun berjama'ah. Namun Empat
mazhab menyatakan sunah membaca amien, hal ini di dasarkan pada hadis nabi, dai
Abu hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Kalau ingin mengucapkan Ghairil maghdzubi 'alaihim waladzallin, maka kalian
harus mengucapkan amien".
5. Ruku’ dengan thuma’ninah
Semua Ulama Mazhab sepakat bahwa ruku adalah wajib di lakukan ketika
shalat. Akan tetapi ulama madzhab berbeda pendapat mengenai thuma’ninah di
dalam ruku’ yakni diam sebentar tidak bergerak.
6. I’tidal dengan thuma’ninah
7. Sujud dengan tuma’ninah
Semua Ulama Mazhab sepakat bahwa sujud wajib dilakukan dua kali tiap-
tiap rakaat. Akan tetapi ulama berbeda pendapat mengenai batasan muka yang harus
menyentuh ketempat sujud.
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
9. Duduk tasyahhud akhir dengan thuma’ninah
10. Membaca tasyahhud akhir
11. Membaca sholawat Nabi pada tasyahhud akhir
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib.
G. Keutamaan-Keutamaan Sholat
1. Keutamaan shalat fardlu yang lima
قَا َل.ٌٔٔىz{ اَل يَب ْٰقى ِم ْن َد َرنِ ٖه َش: ٔى قَالُوْ اz{ٌٔ هَلْ يَب ْٰقى ِم ْن َد َرنِ ِه َش،ت َ ب اَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل فِ ْي ِه ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْم
ٍ س َمرَّا ِ لَوْ اَ َّن نَ ْهرًابِبَا
متفق عليه.س يَ ْمحُوهّٰللا ُ بِ ِه َّن ْالخَ طَايَا ِ ت ال َخ ْم ِ صلَ َوا َ ِفَ َك ٰذل
َّ ك َمثَ ُل ال
Artinya :
“Sekiranya sebuah sungai mengalir di pintu rumah seorang kaum, ia mandi
disitu tiap hari lima kali, tinggalkah kotoran di badannya?” Menjawab para
sahabat : Tidak, tidak mungkin tinggal barang sedikit daropadanya. Rasulullag
bersabda lagi : Demikianlah keadaannya sholat yang lima waktu (itu) : Allah
menghapuskan dengannya segala kesalahan.” (HR. Bukhory dan Muslim)
2. Keutamaan shalat subuh dan ‘ashar
Rasulullah SAW bersabda :
َصلَّى ْالبَرْ َدي ِْن َدخَ َل ْال َجنَّة
َ َم ْن.
Artinya :
“Barang siapa yang bersholat Subuh dan ‘Ashar, niscaya ia akan masuk
syurga.”(HR. Bukhory dan Muslim)
3. Keutamaan sholat berjama’ah
ُصاَّل هَا َم َع ااْل ِ َم ِام ُغفِ َر لَهُ َذ ْنبُه َ ض ُو َء ثُ َّم َم َشى اِ ٰلى
َ َصاَل ٍة َم ْكتُوْ بَ ٍة ف ُ َم ْن تَ َوضَّٲ َ فَا َ ْسبَ َغ ْال ُو.
ix
Artinya :
“Barang siapa berwudlu dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi sholat
fardlu, lalu ia mengerjakan shalat itu bersama imam (berjama’ah), maka
diampunilah dosanya.” (HR. Ibnu Khuzaiman)
ًصاَل ِة ْالفَ ِّذ بِ َسب ٍْع َو ِع ْش ِر ْينَ َد َر َجة َ صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة اَ ْف.
َ ض ُل ِم ْن َ
Artinya :
“Sholat berjama’ah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan (nilai)
dua puluh tujuh derajat.”(HR. Malik bin Muslim)4
4
Ust. Maftuh Ahnan, Risalah ShalatLengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2002 Cet. Ke-2, Hlm. 184-186.
x
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh
Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak
menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan
secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah
melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan mengenai
praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing memilki dasar
dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki
paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk
melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat
tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni bisa
mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
B. Saran
Makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, dalam penyusunan makalah
ini, penulis memohon kritik dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2009. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Penerbit Lentera.
Ayyub, Syaikh Hasan. 2005. Fiqih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Sabiq, sayyid. 1993. Fiqih Sunnah. Bandung: Al-Ma'arif.
Ahnan, Maftuh. 2002. Risalah ShalatLengkap, Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Ahnan, Maftuh. 2002. Risalah ShalatLengkap, Surabaya : Bintang Usaha Jaya
xii