Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SHOLAT FARDLU

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh

Dosen Pembimbing :

AYA MAMLU’AH, S.Sos.I,M.Pd.I


Disusun Oleh :
1. Ahmad Mujiburrohman (201955010104896)
2. Indah Miftahur Rohmah (201955010104714)
3. Novia Anjani (201955010104695)
4. Mas’ad Dhiyaul Id (201955010104694)
5. Wahyu Muqorobin (201955010104693)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAMA (IAI) SUNAN GIRI BOJONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada kita semua, sehingga kita semua bisa menjalankan aktifitas sehari-hari
termasuk mencari ilmu dalam keadaan sehat tanpa ada halangan suatu apapun.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi
Muhammad SAW, karena beliaulah kita semua sampai saat ini bisa merasakan masa yang
penuh dengan kedamaian juga cahaya penerang kehidupan yaitu agama Islam, dan semoga
kita semua kelak tergolong umat beliau yang mendapatakan syafaat di hari kiamat nanti.

Dengan segala kerendahan hati serta atas berkat pertolonganNya, kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti
Umayyah” dengan lancar. Akan tetapi kami juga menyadari dengan sepenuh hati bahwa karya
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih perlu banyak pembenahan juga
bimbingan.

Oleh sebab itu, kami ingin memohon maaf apabila dalam sebuah karya makalah ini
terdapat banyak kesalahan maupun kekurangan, dan kami sangat berharap kritik dan juga
saran dari para pembaca sebagai bentuk apresiasi untuk kami kedepannya dalam membuat
karya makalah supaya menjadi lebih baik dan benar dari sebelumnya.

Dan kami juga ingin berterima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang sudah mau
membimbing kami dan juga kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan
semangat untuk kami, semoga karya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bojonegoro, 01 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3


A. Pengertian Shalat dan Dalil yang Mewajibkan Shalat .............................................. 3
B. Syarat-Syarat Wajib dan Sahnya Shalat ................................................................... 4
C. Rukun-Rukun Shalat ................................................................................................. 4
D. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat ........................................................................... 5
E. Waktu-Waktu Mengerjakan Shalat Fardlu ............................................................... 6
F. Waktu-Waktu yang Dilarang mengerjakan Shalat ................................................... 7
G. Keutamaan-Keutamaan Shalat ................................................................................. 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9


A. Kesimpulan .............................................................................................................. 9
B. Saran ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

BAB 1
PENDAHULUAN
ii
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam seperti sholat, puasa,
haji,membaca al-Qur’an, jihad, dll.
Sholat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh,
berakal, dan harus dikerjakan oleh orang mukmin. Sholat merupakan rukun Islam
kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) dan salah satunya adalah
sholat. Sehingga, barang siapa yang mendirikan sholat, maka ia telah mendirikan
agama. Dan barang siapa yang meninggalkan sholat, maka ia telah meruntuhkan agama
(Islam).
Sholat yang wajib haus didirikan dalam sehari semalam sebanyak 5 kali, dan
keseluruhan berjumlah 17 raka’at. Sholat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim
baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain sholat wajib yang lima waktu ada juga
sholat sunnah.
Dalam makalah ini, penulis memberikan batasan makalah tentang pengertian
sholat, waktu-waktu sholat fardlu, syarat-syarat wajib dan sah sholat, serta hal-hal yang
dapat membatalkan sholat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian dari sholat?
2. Apa saja syarat-syarat sholat itu?
3. Kapan waktu yang telah di tentukan untuk mengerjakan shalat fardlu?
4. Apa saja perkara yang dapat membatalkan sholat?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang pengertian sholat;
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tenteng waktu-waktu melaksanakan
sholat fardlu;
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang syarat-syarat wajib dan sah
sholat;
iii
● Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang hal-hal yang dapat
membatalkan sholat

BAB II

iv
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat dan Dalil yang Mewajibkan Shalat


Shalat secara bahasa berarti, doa. Sedangkan menurut istilah, sholat berarti
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbir
dan diakhiri dengan salam.1 Dalam pengertian lain sholat juga merupakan salah satu
sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di
dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta sesuai dengan syarat dan
rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sholat adalah suatu
ibadah kepada Tuhan berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir
dan diawali dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan.
Dalil-dalil yang mewajibkan shalat antara lain :
1. }٤٣{ َ‫صاَل ةَ َو اتُوا ال َّز َكاةَ َوالرْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬
َّ ‫َو اَقِ ْي ُم ال‬
“Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku’ bersama-
sama orang yang ruku’.” (QS. A-Baqarah : 43)
ۖ
2. ‫َو أَقِ ِم الص َّٰلو ۖةَ إِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ۗ ِر‬
“Dan kerjakanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan
jahat (keji) dan mungkar”. (QS. Al-‘Ankabut : 45)

Begitu pula semua kaum muslim telah sepakat bahwa Allah SWT telah
mewajibkan shalat lima waktu kepada mereka dalam sehari semalam. Shalat diwajibkan
kepada setiap muslim, yang balig dan berakal kecuali yang sedang haid dan nifas. Shalat
juga tidak diwajibkan kepada orang-orang gila dan kafir.
Seperti dalil berikut. Golongan yang menyatakan bahwa meraka adalah sebagai
orang-orang kafir, berdasarkan hadist Jabir, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang
berarti;
“Yang membedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir adalah karena
meninggalkan shalat”.(HR. Jamaah)
Sebagaiman juga mereka berdalil dengan hadist Ubadah bin Shamit, yang
artinya;
“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda , ada lima shalat yang telah Allah
SWT wajibkan kepada hambanya, barang siapa yang menepatinya dan tidak
meninggalkan sedikitpun karena menyepelekannya, maka niscaya Allah telah memiliki
janji untuk memasukan dirinya ke dalam surganya. Dan barang siapa yang tidak
menepati, maka Allah tidak memiliki kepadanya, jika dia berkehendak dia menyiksanya
dan jika berkehendak dia mengampuninya”. (HR. Ahmad)2
1
Ayyub, Syekh Hasan, Fikih ibadah, Pustaka Al-kautsar, Jakarta, 2004 Cet. Ke-2, Hlm. 113.
2
Ayyub, Syekh Hasan, Fikih ibadah, Pustaka Al-kautsar, Jakarta, 2004 Cet. Ke-2, Hlm. 119.
v
B. Syarat-Syarat Wajib dan Sahnya Shalat
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Suci dari hadats (kecil maupun besar)
5. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
6. Menutup aurat
7. Telah masuk waktunya sholat
8. Menghadap kiblat
9. Mengetahui mana yang termasuk rukun dan mana yang sunnah3

C. Rukun-Rukun Shalat
1. Niat
Niat adalah sikap menyengajakan diri untuk melakukan sesuatu. Adapun niat
juga merupakan tujuan untuk berbuat dengan motivasi melaksanakan perintah Allah.
Melafadzkan niat itu sendiri hukumya sunnah karena sejatinya niat itu tempatnya di
dalam hati.
2. Takbiratul Ihram
Seseorang yang melakukan shalat tanpa takbiratul ihrom ia shalatnya tidak
akan sempurna, adapun lafal takbirotul ihram menurut Imamiyah, Maliki, dan
Hambali yakni Allaahu Akbar dan tidak boleh di ganti. Semua Ulama Madzhab
sepakat selain Imam Hanafi bahwa mengucpakan takbiratul ihram itu harus memakai
bahasa arab meskipun orang ajam (selain arab).
3. Berdiri bagi yang mampu
Semua Ulama Madzhab sepakat, bahwa salah satu rukun shalat itu berdiri
dari takbirotul ihram sampai ruku, apabila tidak mampu berdiri maka shalat sambil
duduk kemudian apabila tidak mampu duduk maka ia shalat sambil miring kekanan
seperti orang yang di kubur di liang lahat. Hal ini di sepakati oleh seluruh Ulama
Madzhab keculai Mazhab Hanafi.
4. Membaca surat al-Fatihah
Hukum membaca surat Al-fatihah Ulama Mazhab berbeda pendapat
diantaranya :
Mazhab Hanafi : membaca al-Fatihah di dalam shalat itu tidak wajib, pendapat ini
didasarkan pada ayat al-Qur’an surat muzammil ayat 20: " bacalah apa yang mudah
bagimu dari Al-qur'an". Membaca surat juga hanya wajib ketika dua rokaat awal saja
dan menurut Mazhab Hanafi membaca basmallah tidak termasuk bagian dari surat
dan boleh meningalkannnya.
Mazhab Syafi'i : membaca al-Fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rakaat dan
membaca basmallah juga demikian karena basmallah bagian dari al-Fatihah, hal ini
di lakuakn baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Membaca surat hendaknya di
baca keras ketika shalat subuh dan di sunnahkan membaca doa qunut dan membaca
keras ketika dua rokaat solat maghrib dan Isya’.
3
Ust. Maftuh Ahnan, Risalah ShalatLengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2002 Cet. Ke-2, Hlm.60.
vi
Mazhab Maliki : membaca Al-fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rokaat dan
membaca basmallah hukumnya lebih baik di tinggalkan karena basmallah tidak
bagian dari surat. Ketika shalat subuh di sunahkan membaca qunut.
Mazhab Hambali : membaca Al-Fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rokaat dan
membaca basmallah hukumnya juga wajib akan tetapi membacanya harus dengan
pelan-pelan. Qunut hanya di baca pada shalat witir.
Mazhab Imamiyah: membaca Al-Fatihah wajib di dua rakaat tiap-tiap shalat, dan
boleh membacanya di rakaat yang lainnya. Basmallah wajib di baca karena
basmallah bagian dari surat. Imamiyah berpendapat membaca Amien adalah haram
dan shalatnya batal, baik ketika shalat sendiri maupun berjama'ah. Namun Empat
mazhab menyatakan sunah membaca amien, hal ini di dasarkan pada hadis nabi, dai
Abu hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Kalau ingin mengucapkan Ghairil maghdzubi 'alaihim waladzallin, maka kalian
harus mengucapkan amien".
5. Ruku’ dengan thuma’ninah
Semua Ulama Mazhab sepakat bahwa ruku adalah wajib di lakukan ketika
shalat. Akan tetapi ulama madzhab berbeda pendapat mengenai thuma’ninah di
dalam ruku’ yakni diam sebentar tidak bergerak.
6. I’tidal dengan thuma’ninah
7. Sujud dengan tuma’ninah
Semua Ulama Mazhab sepakat bahwa sujud wajib dilakukan dua kali tiap-
tiap rakaat. Akan tetapi ulama berbeda pendapat mengenai batasan muka yang harus
menyentuh ketempat sujud.
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
9. Duduk tasyahhud akhir dengan thuma’ninah
10. Membaca tasyahhud akhir
11. Membaca sholawat Nabi pada tasyahhud akhir
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib.

D. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


Berikut adalah beberapa hal yang dapat membatalkan shalat :
1. Bila salah satu syarat rukunnya tidak dikerjakan, atau sengaja ditinggalkan.
2. Terkena najis yang tidak dapat dimaafkan.
3. Berkata-kata dengan sengaja walaupun hanya satu huruf yang mengandung arti.
Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya shalat
karena berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap
membatalkan shalat.
Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan: Shalat tidak
batal di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara.
Ketika seseorang berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah dan
Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat meskipun tanpa maksud. Tetapi Ulama
Mazhab yang lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud
seperti membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.
vii
4. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya
membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak
shalat. Para Ulama Mazhab menyepakatinya.
5. Makan dan minum
Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda
pendapat menganai kadarnya.
Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan
shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau menghilankan syarat
atau rukun dalam shalat seperti berkesinambungan.
Mazhab Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam shalat membatalkan
shalat walaupun makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut
seteguk air.
Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk
kedalam rongga perut itu membatalkan shalat jika seseoarng tersebut melakukanya
dengan sengaja dan tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal
tersebut tidak membatalkan shalat.
Sedangkan Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya
banyak maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan tetapi kalau
sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
6. Mengubah niat. Misalnya, ingin memutuskan shalat.
7. Bergerak berturut-turut sebanyak 3 kali atau lebih. Seperti melangkah atau berjalan.
8. Membelakangi ka’bah.
9. Menambah rukun yeng berupa perbuatan seperti ruku’ dan sujud
10. Sesuatu yang membatalkan wudlu dan menyebabkan mandi.
Seluruh Ulama Madzhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat,
kecuali Mazhab Hanafi. Mereka mengatakan bahwa shalat batal jika jika perkara
tersebut datang sebelum selesai membaca tasyahhud akhir tetapi kalau perkara
tersebut datang sebelum salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut
tidak membatalkan shalat.
11. Tertawa terbahak-bahak
12. Terbuka auratnya
13. Mendahului imamnya
14. Murtad

E. Waktu-Waktu Mengerjakan Sholat Fardlu


1. Waktu sholat dhuhur
Awal waktu shalat dhuhur adalah ketika mulai tergelincirnya matahari dan
berakhir ketika ukuran bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan benda
tersebut dengan ditambah panjang bayang-bayang waktu istiwa’.
2. Waktu shalat ashar
Yakni dimulai ketika waktu dhuhur telah habis selang waktu beberapa menit
dan berakhir ketika warna langit telah berubah menjadi kuning seluruhnya dan
matahari mulai tenggelam.
3. Waktu shalat maghrib
viii
Yakni mulai terbanamnya matahari (matahari terbenam secara sempurna
tanpa menampakkan wujud matahari sedikitpun) hingga langit yang berwarna merah
menghilang.
4. Waktu shalat isya’
Dimulai ketika telah habis waktu shalat maghrib hingga keluarnya fajar
shodiq.
5. Waktu shalat subuh
Ketika terbitnya fajar shodiq hingga sebelum terbitnya matahari.

F. Waktu-Waktu yang Dilarang Mengerjakan Shalat


Berikut adalah beberapa waktu yang diharamkan mengrjakan shalat :
1. Terbitnya matahari sampai matahari naik sepanjang 1 tombak (16 menit setelah
terbitnya matahari).
2. Waktu istiwa’ (waktu dimana posisi patahari tepat berada di tengah-tengah langit)
sampai tergelincirnya matahari, kecuali hari jum’at.
3. Sore hari saat langit berwarna kuning sampai terbenamnya matahari.
4. Setelah mengerjakan shalat subuh sampai terbitnya matahari.
5. Setelah mengerjakan shalat ‘ashar sampai terbenamnya matahari.
NB : -Tidak semua shalat haram dilakukan pada waktu di atas
-Keterangan di atas tidak berlaku di kota Makkah

G. Keutamaan-Keutamaan Sholat
1. Keutamaan shalat fardlu yang lima

‫ قَا َل‬.ٌٔ‫ٔى‬z{ ‫ اَل يَب ْٰقى ِم ْن َد َرنِ ٖه َش‬: ‫ٔى قَالُوْ ا‬z{ٌٔ ‫ هَلْ يَب ْٰقى ِم ْن َد َرنِ ِه َش‬،‫ت‬ َ ‫ب اَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل فِ ْي ِه ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْم‬
ٍ ‫س َمرَّا‬ ِ ‫لَوْ اَ َّن نَ ْهرًابِبَا‬
‫ متفق عليه‬.‫س يَ ْمحُوهّٰللا ُ بِ ِه َّن ْالخَ طَايَا‬ ِ ‫ت ال َخ ْم‬ ِ ‫صلَ َوا‬ َ ِ‫فَ َك ٰذل‬
َّ ‫ك َمثَ ُل ال‬
Artinya :
“Sekiranya sebuah sungai mengalir di pintu rumah seorang kaum, ia mandi
disitu tiap hari lima kali, tinggalkah kotoran di badannya?” Menjawab para
sahabat : Tidak, tidak mungkin tinggal barang sedikit daropadanya. Rasulullag
bersabda lagi : Demikianlah keadaannya sholat yang lima waktu (itu) : Allah
menghapuskan dengannya segala kesalahan.” (HR. Bukhory dan Muslim)
2. Keutamaan shalat subuh dan ‘ashar
Rasulullah SAW bersabda :
َ‫صلَّى ْالبَرْ َدي ِْن َدخَ َل ْال َجنَّة‬
َ ‫ َم ْن‬.
Artinya :
“Barang siapa yang bersholat Subuh dan ‘Ashar, niscaya ia akan masuk
syurga.”(HR. Bukhory dan Muslim)
3. Keutamaan sholat berjama’ah

ُ‫صاَّل هَا َم َع ااْل ِ َم ِام ُغفِ َر لَهُ َذ ْنبُه‬ َ ‫ض ُو َء ثُ َّم َم َشى اِ ٰلى‬
َ َ‫صاَل ٍة َم ْكتُوْ بَ ٍة ف‬ ُ ‫ َم ْن تَ َوضَّٲ َ فَا َ ْسبَ َغ ْال ُو‬.

ix
Artinya :
“Barang siapa berwudlu dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi sholat
fardlu, lalu ia mengerjakan shalat itu bersama imam (berjama’ah), maka
diampunilah dosanya.” (HR. Ibnu Khuzaiman)

ً‫صاَل ِة ْالفَ ِّذ بِ َسب ٍْع َو ِع ْش ِر ْينَ َد َر َجة‬ َ ‫صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة اَ ْف‬.
َ ‫ض ُل ِم ْن‬ َ
Artinya :
“Sholat berjama’ah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan (nilai)
dua puluh tujuh derajat.”(HR. Malik bin Muslim)4

4
Ust. Maftuh Ahnan, Risalah ShalatLengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2002 Cet. Ke-2, Hlm. 184-186.
x
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh
Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak
menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan
secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah
melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan mengenai
praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing memilki dasar
dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki
paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk
melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat
tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni bisa
mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

B. Saran
Makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, dalam penyusunan makalah
ini, penulis memohon kritik dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2009. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Penerbit Lentera.
Ayyub, Syaikh Hasan. 2005. Fiqih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Sabiq, sayyid. 1993. Fiqih Sunnah. Bandung: Al-Ma'arif.
Ahnan, Maftuh. 2002. Risalah ShalatLengkap, Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Ahnan, Maftuh. 2002. Risalah ShalatLengkap, Surabaya : Bintang Usaha Jaya

xii

Anda mungkin juga menyukai