Anda di halaman 1dari 9

RESUME TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa)


Dosen Pengampu : Eki Pratidina, SKp.,MM

Oleh
Arumbi 191FK01015
Tingkat 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
TERAPI MODALITAS
DALAM KEPERAWATAN JIWA
A. Pengertian
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif ( Prabowo, 2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang
dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan
dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung
yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
B. Prinsip Pelaksanaan
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak
terapi atau penyembuhan (Nasir dan Muhits, 2011).
C. Dasar Pemberian Terapi Modalitas
1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi (respon yang baru)
3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang
sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indvidu tersebut
dapat diprediksi (reward dan punishment)
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial
5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik
(Direja, 2011)
D. Tujuan Terapi Modalitas
Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
E. Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas
Secara umum peran perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak sebagai
leader, fasilitator, evaluator dan motivator ( Nasir dan Muhits, 2011). Tindakan tersebut
meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya perawat
menjelaskan mengapa komunikasi itu penting, apa visi seluruh keluarga, kesamaan
harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa anggota
keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan keluarga dan
siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga yang
kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang
membutuhkan perawatan.
F. Jenis Terapi Modalitas
Menurut Susana & Hendarsih, 2011 jenis terapi modalitas dibagi menjadi 8 yaitu:
1. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
a) Tahapan orientasi
b) Tahapan kerja
c) Tahapan terminasi
2. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Perawat mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri,
belajar ketrampilan dan perilaku baru yang bertujuan untuk memampukan klien dapat
hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan
untuk beralih dari rumah sakit ke komunitas.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medikal di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep
yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa
semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model
medikal adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma
spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatik gangguan jiwa meliputi:
a) pemberian obat (medikasi psikofarmaka)
b) intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT)
c) foto terapi
d) dan bedah otak.
Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan
jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut.
Tujuan Terapi Kognitif
a) Mengembangkan pola pikir yang rasional
b) Menggunakan pengetesan realita
c) Membantu perilaku dengan pesan internal
Intervensi:
a) Mengajar substitusi pikiran
b) Penyelesaian masalah
c) Memodifikasi percakapan diri negatif
d) Pelaksanaan terapi kognitif
e) Mengajarkan untuk mensudtitusikan pikiran pasien, belajar menyelesaikan
masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya. Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase
1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi).
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok,
suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi
kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal,
dan mengubah perilaku maladaptif. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase
kerja, diakhiri tahap terminasi.
a. Manfaat TAK:
1) Meningkatkan kemapuan menilai dan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi
emosional diri sendiri dengan perilaku defensi (bertahan terhadap stres) dan
adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis, seperti
kognitif dan efektif.
b. Secara khusus tujuan terapi aktivitas kelompok adalah:
1) Meningkatkan identitas diri pasien
2) Menyalurkan emosipasien secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu pasien
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
c. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK):
1) TAK: Stimulasi Persepsi Stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.Hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Fokus
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang
mengalami kemunduran orientasi.Terapi ini sangat efektif untuk pasien yang
mengalami gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri, gangguan orientasi
realitas, kurang inisiatif atau ide. Pasien yang mengikuti kegiatan terapi ini
merupakan pasien yang kooperaktif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi
verbal. Silahkan saudara membaca langka-langka tersebut.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah meningkatkan
kemampuan sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial. Sedangkan
tujuannya khususnya adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien
b) Pasien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
c) Pasie dapat berlatih mematuhi peraturan
d) Pasien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain
e) Pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
f) Pasien dapatr mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
g) Pasien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok
sosialitasi
Kriteria pasien yangn dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi
adalah
a) Pasien menarik diri yang cukup kooperaktif
b) Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
c) Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan
orang lain
d) Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
e) Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
f) Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang
d. Tahap terapi aktifitas kelompok (TAK) Terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4
fase yaitu :
1) Fase prakelompok: Fase ini dimulai dengan membuat tujuan terapi,
menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu
kegiatan serta media yang digunakan. Ajumlah anggota pada terapi kelompok
biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10.
Kriteria anggota yang dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok,
adalah:sudah terdiagnosis baik medis maupun keperawatan, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, serta tidak terdiagnosis dengan waham.
2) Fase Awal Kelompok Fase ini ditandai dengan timbulnya ansietas karena
masuknya anggota kelompok, dan peran baru. Fase ini terbagi atas 3 fase,
yaitu orientasi, konflik dan kohesif.
a) Tahap orientasi Pada fase ini anggota mulai mencoba mengembangkan
sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan
menyepakati kontrak dengan anggota.
b) Tahap konflik Merupakan masalh sulit dalam proses kelompok.
Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun
negatif dan membantu kelompok menegnali penyebab konflik, serta
mencegah perilaku yang tidak produktif.
c) Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain.
d) Fase kerja kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim.
Kelompok menjadi stabil dan realitas. Pada akhir fase ini, anggota
kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah
disertai percaya diri dan kemandirian.
e) Fase Terminasi Fase ini ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-
hari.Terminasi dapat bersifat sementara (temporer) atau akhir
7. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi
dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini
adalah:
a) Role model
b) Kondisioning operan
c) Desensitisasi sistematis
d) Pengendalian diri
e) Terapi aversi atau releks kondisi
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal.
Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional
anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah
anak tersebut.
Prinsip Terapi Bermain
a) Terapis membina hubungan yang hangat
b) Merefleksikan perasaan anak
c) Mempercayai anak dapat menyelesaikan masalah
d) Interpretasi perilaku anak
e) Indikasi: anak depresi, anak cemas, anak abuse, dewasa dengan stres pasca
trauma.
(Purawaningsih& Karlina,2010)
DAFTAR PUSTAKA

Ralph S.S., Rosenberg, M.C., Scroggins, L., Vassallo, B., Warren, J., 2005, Nursing
Diagnoses : Definitions & Classification, NANDA International, Philadelphia
Rawlins, R.P., Heacoch, P.E., 1993, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Mosby Year
Book, Toronto
Rawlins, R.P., Williams,S.R., Beck, C.M.,1993 Mental Health Psychitaric Nursing a Holistic
Life Cicle Approach, Mosby Year Book, London
Stuart, G.W., Laraia, M.T., 1998, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6th Edition,
Mosby, St. Louis
Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan Jiwa, Buku Saku, Terjemahan Hamid, A.S.,
Edisi 3, EGC, Jakarta
Stuart, Gall Wiscart and Sundeen, Sandra J. Pocket guide to Psychiatric nursing (2 nd.Ed)
Mosby Year Book, St. Louis, baltimore. Boston Chicago. London. Sydney. Toronto.
Townsend, M.C. 1998. Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk
Pembuatan Rincian Perawatan, Jakarta: EGC
Erita, Hununwidiastuti, S., & Leniwita, H. (2019). Buku Materi Pembelajaran Keperawatan
Jiwa. Universitas Kristen Indonesia, 202.
http://repository.uki.ac.id/2703/1/BMPKEPERAWATANJIWA.pdf

Anda mungkin juga menyukai