Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315456935

Pemahaman Budaya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Bagi Penutur Asing (BIPA)

Conference Paper · September 2015

CITATIONS READS
3 6,756

1 author:

Imam Suyitno
State University of Malang
61 PUBLICATIONS   131 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

argopuro View project

All content following this page was uploaded by Imam Suyitno on 21 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pemahaman Budaya Dalam
Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing (Bipa)

Oleh: Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd.


Dosen Fakultas Sastra, UM.
Email: yitnolis@yahoo.com)

Abstrak: Pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia juga merupakan


pembelajaran budaya Indonesia. Dalam belajar bahasa Indonesia, pelajar asing
sekaligus belajar budaya masyarakat Indonesia. Melalui pembelajaran BIPA, dapat
diperkenal dan disebarluaskan budaya Indonesia ke lingkup internasional, baik terkait
dengan budaya sebagai produk maupun budaya sebagai cara hidup masyarakat In-
donesia. Sehubungan dengan hal itu, pengajar BIPA diharapkan memiliki wawasan
yang memadai tentang hakikat budaya dan materi-materi budaya yang perlu diajarkan
dan dipahamkan kepada pelajar asing. Pemahaman pengajar BIPA tentang budaya
memiliki manfaat signifikan dalam pemilihan materi ajar, penentuan pendekatan
dalam pembelajaran, dan pemilihan teknik pembelajaran. Dengan demikian, mutu
proses dan hasil belajar BIPA dapat lebih efektif sesuai dengan tujuan pelajar dan
tujuan pembelajaran.

Kata-kata kunci: pemahaman budaya, pembelajaran, dan BIPA

Pengantar katkan promosi budaya masyarakat di


dunia internasional. Bahasa dapat
Bahasa berperan penting dalam menjadi sarana penyampai informasi
kehidupan individu dan masyarakat sekaligus merefleksikan budaya
dalam satu komunitas bangsa dan masyarakat pemiliknya. Dengan
negara. Melalui bahasa, suatu ko- memahami bahasa, orang dapat
munitas dapat mengembangkan buda- mengetahui budaya dan pola kehi-
yanya dan membangun citra positif dupan masyarakat pemilik bahasa
masyarakatnya serta dapat mening- tersebut. Bahasa dapat menjadi

Prosiding Seminar Internasional 305


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
jembatan komunikasi bagi bangsa- dan budaya di Tanah Air. Belajar
bangsa yang berbeda negara dan bahasa Indonesia pada dasarnya juga
budaya (Kompas, 19 Juli 2007). Untuk belajar memahami peradaban bangsa
menjadikan masyarakat Indonesia Indonesia (ht tp://64.203.71.11/
dikenal oleh bangsa lain dan mengem- kompas-cetak/0707/19/humaniora/
bangkan citra positif keindone- 3698504.htm, diakses 5 Januari 2008).
siaannya, bahasa Indonesia perlu Posisi Indonesia yang sangat
diperkenalkan kepada bangsa lain dan strategis dalam perlintasan hubungan
disebarluaskan penggunaannya di internasional menjadikan wilayah In-
kalangan bangsa-bangsa lain. donesia sebagai salah satu tempat
Penyebarluasan penggunaan tujuan dan sasaran kunjungan orang-
bahasa Indonesia kepada bangsa- orang asing. Promosi wisata Indone-
bangsa lain, baik yang berada di Indo- sia dan dibukanya pasar kerja di Indo-
nesia maupun di negara lain, akan nesia bagi dunia internasional
mampu meningkatkan citra budaya memperbesar minat dan peluang or-
Indonesia di dunia internasional. Hal ang asing untuk berkunjung ke Indo-
ini dilandasi oleh suatu kenyataan nesia dan memasuki wilayah kerja di
bahwa kemampuan memahami dan Indonesia. Keberadaan Indonesia yang
berkomunikasi dalam bahasa Indone- demikian ini mendorong orang asing
sia akan memudahkan orang asing untuk berupaya mempelajari bahasa
untuk beradaptasi dengan budaya dan Indonesia agar dapat berkomunikasi
lingkungan masyarakat Indonesia lebih baik dengan pejabat, sejawat,
sehingga dapat mengenal budaya In- karyawan, ataupun masyarakat umum
donesia secara benar. Menteri Pen- di Indonesia (Sammeng, 1995).
didikan Nasional, Bambang Sudibyo, Kenyataan ini menjadi peluang
menyatakan bahwa dengan mempe- sekaligus tantangan besar bagi masya-
lajari bahasa, orang dapat mengetahui rakat akademik dalam mengem-
’dunia’ masyarakat bahasa yang bangkan kesempatan kerja melalui
dipelajarinya, baik mengenai kondisi penyelenggaraan program pembela-
sosial, budaya, maupun politik di jaran BIPA. Dalam kondisi demikian
masyarakat. Lebih lanjut, Kepala Pusat ini, program pembelajaran BIPA
Bahasa, Dendy Sugono, menegaskan diperlukan dalam memenuhi kebutu-
bahwa bahasa Indonesia merupakan han orang asing yang ingin memasuki
pintu gerbang memasuki “dunia” In- pasar kerja dan mengenal Indonesia
donesia atau sarana utama bagi orang lebih dekat lagi. Pembelajaran BIPA
asing untuk memahami masyarakat menjadi ajang sekaligus wahana yang

306 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
signifikan dan potensial dalam mem- Dalam menerapkan norma
perkenalkan masyarakat Indonesia dan pedagogis untuk mengembangkan
budayanya. Karena itu, untuk me- pembelajaran BIPA, diperlukan pema-
ngangkat citra keindonesiaan yang haman secara memadai kebutuhan
positif dan memenuhi kebutuhan pasar pelajar dalam belajar BIPA. Pema-
bagi orang asing, pembelajaran BIPA haman terhadap karakteristik pelajar
perlu dilaksanakan secara terprogram BIPA menjadi titik awal dalam
dan ditangani secara sungguh-sungguh mempersiapkan dan melaksanakan
oleh lembaga penyelenggara dan pembelajaran BIPA. Pada umumnya
pelaksana program BIPA. pelajar BIPA adalah pelajar asing
Penyelenggara BIPA perlu mem- dewasa yang memiliki latar belakang
perhatikan dan memikirkan secara budaya yang berbeda dengan budaya
sungguh-sungguh norma pedagogis bahasa yang dipelajarinya. Karak-
pembelajaran BIPA yang mampu teristik pelajar yang demikian ini
memandu dan mengarahkan pem- berimplikasi pada kekhasan pilihan
belajaran yang lebih profesional, materi dan penyajiannya dalam pem-
terutama dalam pemilihan dan belajaran BIPA. Karakteristik pem-
penyajian materi ajar pada pembe- belajaran BIPA ini perlu dibedakan
lajaran BIPA. Norma pedagogis dalam dengan pembelajaran bahasa Indone-
pemilihan materi ajar menjadi hal yang sia bagi pelajar Indonesia kerena pada
pent ing bagi pengajar BIPA dan umumnya (1) BIPA tidak mengintegra-
pengembang materi dalam upaya sikan pelajar ke dalam lingkungannya,
menggabungkan aspek-aspek budaya (2) BIPA hampir dipelajari pada usia
dan bahasa ke dalam program dewasa atau pada ketika seseorang
pembelajaran dan menyampaikannya telah menguasai sejumlah struktur dari
kepada pelajar asing. Norma peda- bahasa pertamanya, dan (3) BIPA
gogis tersebut melibatkan kajian diolah di luar sistemnya sendiri (Wojo-
terhadap norma budaya dan peng- wasito, 1976:38).
gunaan bahasa yang aktual dan Dalam kaitannya dengan pem-
implementasinya pada tujuan peda- belajaran BIPA, ada beberapa sifat
gogis. Aktivitas yang demikan ini yang harus diperhatikan. Pertama,
dilakukan mulai perancangan materi pelajar BIPA sudah memiliki cukup
yang akan diajarkan sampai pada banyak pengetahuan dan wawasan,
penciptaan aktivitas kelas pembe- sehingga kebutuhan mereka juga
lajaran BIPA dari hari ke hari (Gass, kebutuhan orang dewasa bukan lagi
2002). kebutuhan anak-anak. Yang kedua,

Prosiding Seminar Internasional 307


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
orang asing (orang Barat) suka me- itu, dalam pembelajaran BIPA, guru
ngekpresikan diri, mempresentasikan perlu memahami hakikat budaya In-
sesuatu, mengemukakan pendapat, donesia.
sehingga tugas di luar kelas akan Budaya adalah semua jenis
sangat menarik. Terakhir, untuk aktivitas manusia dan hasilnya yang
mengakomodasi minat dan kebutuhan berpola, baik yang terinderai maupun
yang mungkin berbeda dari yang satu yang t idak terinderai (Sadtono,
dengan yang lain perlu disiapkan 2002:16). Sejalan dengan pendapat
mat eri yang bervariasi (Soegi- tersebut, budaya dapat dikelompokkan
no,1995:6). ke dalam dua pilahan besar, yakni
Bertolak dari uraian di atas, budaya sebagai produk dan budaya
dalam upaya memahami norma pe- sebagai keseluruhan cara hidup
dagogis yang sejalan dengan kebutu- masyarakat. Sebagai produk, budaya
han belajar pelajar asing, dalam uraian di antaranya berwujud nilai-nilai,
berikut ini, disajikan pembahasan kepercayaan, norma-norma, simbol-
tentang (a) pengembangan materi ajar simbol, dan ideologi, sedangkan
budaya, (b) pendekatan pembelajaran sebagai cara hidup, budaya berupa
BIPA, dan (c) teknik pembelajaran hubungan antarmanusia dan sikap atau
BIPA. perilaku manusia dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya (Thomp-
Pemahaman Hakikat Budaya son, 1990:1). Sejalan dengan
bagi Guru BIPA pernyataan tersebut, guru BIPA harus
memiliki wawasan secara memadai
Mengajarkan bahasa pada ket ika mengajarkan atau meng-
hakikatnya juga mengajarkan budaya. gunakan materi ajar yang berkaitan
Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, dengan topik-topik budaya tersebut.
seorang guru sekaligus mengajarkan Paling tidak guru perlu mengenali
budaya. Budaya yang dimaksudkan budaya yang berupa produk ataupun
dalam hal ini adalah budaya berbahasa budaya yang termasuk dalaam cara
atau yang dikenal dengan istilah hidup masyarakat Indonesia.
kesantunan berbahasa. Di samping itu, Sejalan dengan pemahaman
melalui pembelajaran bahasa, guru budaya, guru BIPA harus mengenali
juga mengajarkan materi-mat eri pilahan budaya, yakni budaya besar
budaya yang dikemas dalam teks dia- dan budaya kecil. Budaya besar
lo g at aupun teks bacaan yang merupakan budaya prestasi, yang di
digunakan sebagai bahan ajar. Karena dalamnya meliputi geografi, sejarah,

308 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
lembaga, sastra, seni, musik, dan cara berbagi pola pikir, cara pemahaman
hidup. Sementara, budaya kecil adalah dunia, serta penarikan inferensi dan
budaya perilaku, yang meliputi sikap, prediksi.1
kepercayaan, persepsi, terutama yang Pembahasan budaya sebagai
diekspresikan dalam bahasa dan komunikasi berarti melihat budaya
dipengaruhi oleh budaya lokal sebagai sistem tanda. Hal ini menjadi
(Tomalin dan Stempleski, 1993). kajian teori semiotika budaya. Dalam
Dalam kaitannya dengan bahasa hal ini, budaya dipandang sebagai
sebagai praktik budaya, Duranti ekspresi dunia, cara memberikan
(1997) menjelaskan bahwa budaya (a) makna realitas melalui sejarah, mitos,
berbeda dengan nature, (b) sebagai deskripsi, teori, peribahasa, produk
pengetahuan, (c) sebagai komunikasi, seni, dan kinerja seni. Dalam per-
(d) sebagai sistem mediasi, dan spektif ini, produk budaya masyarakat
sebagai sistem praktik. Sebagai perihal - seperti mitos, ritual, klasifikasi dunia
yang berbeda dengan perihal yang alami dan sosial – dapat dipandang
bersifat alami (culture is distinc from sebagai contoh keselarasan hidup
nature), budaya merupakan sesuatu manusia melalui kemampuannya
yang dipelajari, ditransmisikan, untuk menentukan hubungan simbolik
diturunkan dari generasi ke generasi. antarindividu, kelompok, atau spesies.
Dalam hal ini, budaya diwariskan Sebagai sistem mediasi, budaya
melalui tindakan manusia dalam dipandang sebagai alat atau media
bentuk interaksi bersemuka dan yang digunakan oleh anggota-anggota
komunikasi bahasa. budaya. Dalam hal ini, budaya meli-
Jika budaya itu dipelajari, hal ini puti objek material (benda-benda
berarti budaya tersebut merupakan budaya), dan objek ideasional seperti
sesuatu yang dapat diajarkan. Dengan sistem keyakinan dan kode-kode
kata lain, budaya merupakan bahasa. Sebagai sistem praktik dan
pengetahuan tentang dunia. Hal ini sebagai sistem partisipasi, budaya
mengisyarat kan bahwa anggot a- dipandang memiliki keterkaitan yang
anggota budaya tidak hanya sekedar erat dengan aktivitas sosial masya-
mengetahui fakta-fakta tertentu atau rakat.
mengenali objek, tempat, dan orang- Tylor (Saifuddin, 2005:23)
orang. Namun, mereka juga harus memandang budaya sebagai totalitas
1
Goodenough (dalam Keesing, 1992) menegaskan bahwa sebagai budaya, pengetahuan memberikan patokan guna
menentukan apa, guna jadi apa, guna menentukan bagaimana kita merasakannya, guna menentukan apa yang harus
diperbuat tentang hal itu, dan guna menentukan bagaimana melakukannya.

Prosiding Seminar Internasional 309


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
pengalaman manusia. Karena itu, ia sistem religi memiliki wujud sebagai
mengatakan bahwa budaya sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang
totalitas kompleks yang meliputi Tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh halus, dan
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, sebagainya, memiliki bentuk upacara,
hukum, adat-istiadat, dan kapabilitas dan menyiapkan benda-benda suci.
serta kebiasaan-kebiasaan lainnya Berkaitan dengan penjelasan
yang dimiliki oleh manusia sebagai unsur-unsur budaya tersebut, budaya
anggota masyarakat. Berdasarkan juga diartikan sebagai totalitas tatanan
informasi Krober dan Kluckhohn yang yang dimiliki oleh masyarakat yang
dikutip oleh Koentjaraningrat (2003: berkaitan dengan kepercayaan, sikap,
80—81), dapat dikatakan bahwa dari adat-istiadat, perilaku, kebiasaan
176 definisi budaya, apa yang sosial, dan lain-lain (Richards, Platt,
dikemukakan oleh Tylor ini dapat dan Platt, 1993). Tatanan yang dimak-
dikatakan sebagai definisi “borong sudkan dalam pengertian tersebut
total’. Artinya, semua hal atau penje- adalah sistem. Sebenarnya, manusia
lasan yang melingkupi kehidupan dalam kehidupannya di masyarakat
manusia masuk menjadi bagian atau memiliki aturan, baik disadari atau
merupakan budaya. tidak, bersifat tersurat ataupun tersirat,
Penjelasan yang dikemukakan yang mengatur perilaku kehidupan
di atas pada dasarnya adalah unsur- manusianya. Budaya merupakan kon-
unsur budaya universal. Unsur-unsur teks yang mengarahkan perilaku
tersebut dimiliki oleh semua masya- kognitif dan afektif setiap individu
rakat di dunia ini. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan bermasyarakat.
tidak ada satu masyarakat pun yang Karena itu, Condon (1973) menjelas-
hidup tanpa budaya. Unsur-unsur kan bahwa dalam kehidupan manusia
budaya universal itu oleh Koentja- di masyarakat ada suatu sistem pola
raningrat (2003:80—81) diklasifika- yang terpadu yang disebut budaya.
sikan menjadi 7 buah, yang meliputi Setiap masyarakat memiliki
bahasa, sistem pengetahuan, orga- budaya. Namun, jika dikembalikan
nisasi sosial, sistem peralatan hidup pada fungsinya bahwa budaya itu
dan teknologi, sistem mata pencarian diciptakan oleh manusia untuk meme-
hidup, sistem religi, dan kesenian. nuhi kebutuhan hidupnya, ini menun-
Setiap unsur budaya universal itu juga jukkan bahwa setiap masyarakat juga
memiliki tiga wujud, yakni sistem memiliki budayanya yang khas yang
budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur berbeda dengan budaya masyarakat
budaya fisiknya. Sebagai contoh, lainnya. Tidak ada satu pun budaya

310 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
universal yang dapat mengatur dan Materi Budaya dalam Pembe-
memenuhi kebutuhan hidup semua lajaran BIPA
orang. Bahkan, kenyat aan di
masyarakat terdapat sejumlah Berdasarkan paparan di atas,
subsistem budaya yang dimiliki oleh dapat dikemukakan bahwa pada
ko munitas yang berbeda-beda, hakikatnya budaya berkenaan dengan
misalnya subsistem budaya untuk cara hidup manusia. Karena itu,
komunitas ekonomi, komunitas re- budaya ini mencakup tiga wujud yang
gio nal, komunit as sosial, dan berkenaan dengan apa yang diperbuat
sebagainya. Porter dan Samovar oleh manusia, apa yang diketahui atau
(2005) menjelaskan bahwa terdapat dipikirkannya, dan apa yang dibuat
perbedaan setiap subsistem budaya atau digunakannya dalam memenuhi
yang dimiliki oleh komunitas yang kebutuhan hidupnya. Ketiga wujud
satu dengan subsistem budaya tersebut oleh Spradley (1985) dise-
komunitas lainnya dalam satu budaya butkan dengan istilah perilaku budaya,
atau masyarakat yang melingkupinya. pengetahuan budaya, dan benda-benda
Budaya adalah cara sebuah budaya. Ia menjelaskan bahwa
masyarakat mengatasi persoalannya meskipun perilaku budaya dan benda-
sendiri. Karena khas itu tidaklah fair benda budaya dapat dilihat dengan
membandingkan suatu budaya dengan mudah, kedua wujud tersebut hanya
budaya lain dalam posisi hierarkis. merefleksikan permukaannya. Sebe-
Sumardjo (2005) menjelaskan bahwa narnya, yang lebih mendasar dan lebih
budaya mesti dilihat secara penting adalah yang tersembunyi
jukstaposisi, dalam arti satu budaya sebagai pengetahuan budaya karena
bersanding dengan budaya lainnya pengetahuan tersebut yang mem-
dalam posisi sejajar. Hal ini berbeda bentuk perilaku dan menginterpretasi
dengan peradaban. Peradaban merujuk pengalaman-pengalamannya.
kepada tingkat kemajuan ilmu Dalam pembelajaran BIPA,
pengetahuan (eksak maupun sosial) pengembangan materi budaya
dan teknolo gi. Peradaban suatu diarahkan pada pengenalan dan
masyarakat dapat dibandingkan pengayaan wawasan budaya Indone-
dengan masyarakat lainnya. Kemajuan sia kepada pelajar asing sehingga
sebuah peradaban bisa dilihat dan mereka dapat memanfaat kannya
diukur karena ada parameter yang sebagai bekal dalam kehidupannya
jelas. sehari-hari di masyarakat Indonesia.
Pokok-pokok materi budaya yang

Prosiding Seminar Internasional 311


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
perlu dikenalkan kepada pelajar BIPA pengalaman yang bermakna dalam
adalah perilaku budaya, pengetahuan menjalin hubungan persahabatan dan
budaya, dan benda-benda budaya. penerapan kesantunan dalam per-
Yang prinsip dalam pemberian materi gaulan.
budaya ini adalah membekali pelajar Dalam pembelajaran BIPA,
BIPA agar mampu berbahasa Indone- tidak semua khasanah budaya Indone-
sia sesuai dengan situasi dan kon- sia dapat dijangkau melalui aktivitas
disinya. Di samping itu, juga me- kunjungan atau pengamatan. Karena
ngenalkan budaya Indonesia kepada itu, khasanah budaya tersebut dapat
pelajar BIPA sehingga dapat diperkenalkan kepada pelajar asing
menumbuhkan sikap posit if dan dalam bentuk pengetahuan budaya.
apreasiatif pelajar BIPA terhadap Penget ahuan budaya ini dapat
budaya Indonesia. diperoleh melalui aktivitas diskusi
Perilaku budaya yang perlu atau penjelasan pakar. Pengetahuan
dikenalkan kepada pelajar asing antara budaya tentang perkembangan kelom-
lain adalah cara hidup dalam keluarga, pok etnik di Indonesia, kesejarahan
berteman, bermasyarakat, dan sopan- dan perkembangan kesenian di Indo-
santun dalam pergaulan. Pembelajaran nesia, sistem religi, dan sebagainya
dan pengenalan perilaku budaya akan lebih mudah dipahami oleh
tersebut dapat dilakukan melalui pelajar asing melalui kuliah tamu atau
penempatan pelajar asing secara indi- pembelajaran dengan menghadirkan
vidual pada keluarga Indonesia. pakar.
Dengan selalu berada dalam kehi- Benda-benda budaya Indonesia,
dupan keluarga Indonesia dan sering termasuk benda-benda peninggalan
berdiskusi dengan para anggota sejarah dan karya-karya produk seni
keluarga dan masyarakat di ling- yang unggul, merupakan materi
kungan sekitar tempat tinggalnya, pal- budaya yang perlu diperkenalkan
ing tidak pelajar asing akan mengenali kepada pelajar asing. Dalam pem-
cara hidup keluarga Indonesia. belajaran BIPA, pelajar asing perlu
Aktivitas lain yang dapat dilakukan diajak berkunjung ke tempat-tempat
dalam pembelajaran perilaku budaya bersejarah yang menjadi kekayaan
ini adalah kegiatan kunjungan ke- budaya bangsa Indonesia. Pelajar
luarga, kunjungan ke rumah teman, asing juga perlu diperkenalkan dengan
atau bertamu ke rumah-rumah perang- karya-karya kerajinan tradisional dan
kat desa atau tokoh masyarakat. seni-seni tradisional masyarakat Indo-
Melalui aktivitas ini, dapat diperoleh nesia. Aktivitas pembelajaran yang

312 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
demikian ini dapat dikemas dalam pro- oleh perbedaan latar belakang disiplin
gram visitasi atau ekskursi. keilmuan dan perbedaan kepentingan
Dalam pembelajaran BIPA, yang terkait dengan kajiannya. Orang
budaya dapat diajarkan melalui karya yang memiliki kepentingan yang
sastra karena karya sastra merupakan berbeda akan melakukan suatu
hasil pemikiran penulis berdasarkan pendekatan yang berbeda sehingga
hasil kontak diri penulis, baik disadari menghasilkan suatu temuan yang
maupun tidak, dengan realitas sosial berbeda. Sejalan dengan sudut
dan pola budaya. Melalui karya sastra pandang yang demikian ini, Saifuddin
dapat diajarkan budaya lokal yang (2005) mengutip kajian Keesing
berperan dalam membentuk budaya (1974) yang mengidentifikasi 4
universal. Kepada pelajar BIPA pendekatan terhadap masalah budaya,
seharusnya tidak hanya diperkenalkan yakni sistem adaptif, sistem kognitif,
dan diajarkan budaya universal, tetapi sistem struktur, dan sistem simbol.
juga perlu diperhatikan budaya lokal Sistem adaptif mendekati
(Seelye, 1994). Termasuk dalam budaya sebagai keyakinan at au
materi ajar budaya yang berupa karya perilaku yang dipelajari yang fungsi-
sastra tersebut adalah folklor. Folklor nya adalah untuk menyesuaikan
adalah materi yang mewariskan masyarakat manusia dengan lingku-
tradisi, baik melalui kata-kata maupun ngannya. Pendekatan ini melihat
adat dan kebiasaan yang bisa berupa budaya sebagai sistem yang dikem-
nyanyian rakyat, cerita rakyat, peri- bangkan oleh masyarakat unt uk
bahasa, atau materi lain yang disajikan memenuhi kebutuhan hidupnya atau
melalui kata-kata. Folklor juga bisa sebagai st rategi adaptasi unt uk
berupa alat-alat tradisional dan objek- menjawab tantangan lingkungannya.
objek fisik seperti ornamen tradisional, Cara pandang yang demikian ini
simbol-simbol tradisional, dan seba- diasosiasikan dengan ekologi budaya
gainya. atau materialisme budaya.
Sistem kognitif memandang
Pendekatan Pemahaman budaya sebagai pola pikir individu
Budaya bagi Guru BIPA yang dapat diterima oleh masyara-
katnya. Dalam hal ini, budaya meru-
Dalam memahami budaya, guru pakan sistem berpikir yang tersusun
BIPA harus menyadari benar bahwa dari sesuatu hal yang diketahui melalui
budaya dapat dimaknai secara proses berpikir menurut cara tertentu.
beragam oleh para ahli. Keberagaman Pendekatan ini diasosiasikan dengan
pemahaman tentang budaya dilandasi

Prosiding Seminar Internasional 313


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
paradigma yang dikenal dengan nama tindakan konkret masyarakat, (d)
etnografi baru, antropologi kognitif, psikologis, yakni melihat budaya
dan etnosains. sebagai piranti pmecahan masalah
Sistem struktur memandang yang membuat orang dapat berko-
budaya sebagai struktur dari simbol- munikasi, belajar, atau memenuhi
simbol yang dimiliki bersama oleh kebutuhan batinnya, (e) struktural,
masyarakat . St ruktur simbol ini yakni memandang budaya sebagai
dipandang serupa dengan sistem hubungan atau keterkaitan antara
pemikiran manusia. Mirip dengan aspek-aspek yang terpisah, dan (f)
pendekatan ini adalah pendekatan genetis, yakni melihat asal-usul
sistem simbol. Pendekat an yang budaya yang dapat eksis atau tetap
terakhir ini memandang budaya dapat bertahan.
sebagai simbol-simbol dan makna Berkaitan dengan beragam cara
yang dimiliki bersama oleh masya- pandang terhadap masalah budaya
rakat. Simbol dan makna ini dapat tersebut, Harris dan Moran (2005:
diidentifikasi dan bersifat publik. 63—66) mengajukan rumusan
Sistem struktur merupakan ciri dari pendekatan sistem terhadap budaya.
strukturalisme, sedangkan sistem Sistem-sistem yang dikemukakannya
simbol menjadi ciri dari antropologi berkaitan dengan berbagai bidang
simbolik. yang melingkupi kebutuhan hidup
Berbeda dengan keempat pen- manusia. Sistem yang dimaksud
dekatan di atas, Krober dan Kluckhohn meliputi sistem kekeluargaan, sistem
seperti dikutip oleh Sutrisno dan pendidikan, sistem ekonomi, sistem
Putranto (2005:9) mengklasifikasikan politik, sistem agama, sistem asosiasi,
6 pandangan dalam melihat budaya. sistem kesehatan, dan sistem rekreasi.
Keenam pandangan tersebut adalah (a)
deskriptif, yakni melihat budaya Identitas dan Karakteristik
sebagai totalitas menyeluruh yang Budaya
menyusun keseluruhan hidup sosial
sekaligus menunjukkan sejumlah Identitas budaya selalu dikaitkan
ranah yang membentuk budaya, (b) dengan hal-hal tert entu. Orang
historis, yakni melihat budaya sebagai memiliki pandangan bahwa identitas
warisan yang turun-temurun, (c) memiliki kaitan dengan asal atau
normatif, yakni melihat budaya tradisi orang tersebut. Karena itu,
sebagai aturan dan tata nilai yang dalam komunikasi, identitas tidak
membentuk pola perilaku dan hanya memberikan makna individu

314 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
secara pribadi, tetapi menjadi ciri khas persepsi, pikiran, dan perasaan,
suatu budaya tertentu (periksa Liliweri sedangkan struktur sosial adalah pola-
2003). Pada tataran hubungan pola perilaku sosial. Dalam pengertian
antarindividu, pengertian identitas sederhana, identitas budaya adalah
merujuk pada cara menempatkan rincian karakteristik atau ciri-ciri
seseorang ke dalam tempat orang lain sebuah budaya yang dimiliki oleh
(komunikasi yang empatik). Pada sekelompok penutur yang diketahui
tataran ini, identitas dipahami sebagai batas-batasnya ketika dibandingkan
cara mengidentifikasi (melalui pema- dengan karakteristik atau ciri-ciri
haman terhadap identitas) atau merinci budaya penutur lain. Hal ini berarti
sesuat u yang dilihat, didengar, bahwa untuk mengidentifikasi iden-
diketahui, atau yang digambarkan, titas budaya suatu masyarakat tidak
termasuk mengidentifikasi karakte- cukup hanya didasarkan pada ciri fisik,
ristik fisik, bahkan mengidentifikasi tetapi perlu diperhatikan pula tatanan
pikiran seseorang dengan madzhab berpikir, merasa, dan bertindak suatu
yang mempengaruhi. masyarakat tersebut.
Identitas sering didasarkan pada Identitas sosial budaya suatu
peran yang dimiliki atau dimainkan masyarakat dapat dikenakan pada
oleh anggota masyarakat atau masya- identitas gender, identitas umur, ras,
rakat tersebut dalam menjalankan etnik, agama, kelas, bangsa, wilayah,
praktik budaya. Secara sosiologis, dan pribadi. Melalui pengelompokan
peran dapat diartikan sebagai identitas tersebut, tercipta kategori
seperangkat harapan budaya terhadap sosial dan stratifikasi sosial. Yang
sebuah posisi tertentu. 2 Misalnya, dimaksud dengan kategori sosial
seseorang dikatakan berperan direktur adalah kategori suatu masyarakat
jika ia menampilkan identitas diri, berdasarkan identitas-identitas sosial
kepribadian, perilaku verbal dan non- tertentu yang diduga dapat menam-
verbal sebagaimana layaknya seorang pilkan pola komunikasi antarbudaya
direktur. tertentu pula. Adapun, stratifikasi
Berdasarkan uraian di atas, sosial berkaitan dengan cara pandang
dapat dikemukakan bahwa peran masyarakat terhadap lapisan-lapisan
sebagai suatu identitas berkaitan erat sosial yang terbentuk karena adanya
dengan struktur budaya dan struktur perbedaan dominasi dalam relasi
sosial. Struktur budaya adalah pola antarkelompok.(Liliweri, 2003:91).
2
Schneider (2000) menjelaskan bahwa (1) peran itu lebih mengacu pada harapan, bukan sekadar perilaku aktual,
dan (2) peran lebih bersifat normatif, bukan sekadar deskriptif.

Prosiding Seminar Internasional 315


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Untuk menandai bahwa suatu kultural. Orang yang berjilbab adalah
komunitas memiliki identitas yang komunitas Islam, orang yang memakai
berbeda dengan komunitas lainnya, kalung bersalib adalah komunitas
diperlukan suatu sarana yang menyim- nasrani, dan sebagainya.
bolkan perbedaan identitas tersebut. Ragam makanan dan cara
Harris dan Moran (2005:58—62) menyajikannya juga menunjukkan ciri
mengidentifikasi ada beberapa hal budaya tertentu. Dalam setiap daerah
yang dapat digunakan untuk menelaah atau masyarakat tertentu, terdapat
perbedaan komunitas tersebut. Hal-hal jenis-jenis makanan khas yang
yang dimaksudkan meliputi (a) menjadi identitas budaya daerah
komunikasi dan bahasa, (b) pakaian tersebut. Sebagai contoh, makanan
dan penampilan, (c) makanan dan yang berupa rujak soto, rujak singgul,
kebiasaan makan, (d) waktu dan kesa- rujak wuni, rujak lethok adalah ciri
daran akan waktu, (e) penghargaan dan khas makanan dari masyarakat
pengakuan, (f) hubungan-hubungan, Banyuwangi, gudeg ciri masyarakat
(g) nilai dan norma, (h) rasa diri dan Yogyakarta, dan sebagainya. Demi-
ruang, (i) proses mental dan belajar, kian juga, cara penyajiannya setiap
dan (j) kepercayaan dan sikap. budaya memiliki cara yang berbeda-
Dalam kehidupan di masya- beda, yakni ada yang makan dengan
rakat, ciri komunitas yang secara tangan saja, ada yang selalu meng-
langsung dapat dikenali perbedaannya gunakan sendok dan garpu, dan ada
adalah ciri yang berkaitan dengan pula yang memakai sumpit. Semua hal
sistem komunikasi dan sist em itu merupakan aspek budaya yang
penampilan dalam masyarakat. Sistem dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi, baik verbal maupun non- penelaahan identitas budaya masya-
verbal, membedakan suatu komunitas rakat.
dari komunitas lainnya. Bahasa yang Kesadaran akan waktu berbeda
digunakan oleh komunitas pendidikan antara budaya yang satu dengan
berbeda dengan bahasa yang di- budaya lainnya. Sebagian orang tepat
gunakan dalam komunitas militer. waktu dan sebagian lainnya merela-
Demikian juga dalam hal penampilan tifkan waktu. Lewis (2004:51—57)
diri, dapat segera dikenali dari menjelaskan bahwa budaya-budaya
komunitas mana orang t ersebut. menganut pandangan dunia yang
Penampilan ini meliputi pakaian dan bervariasi, dan juga konsep yang ber-
dandanan luar serta dekorasi tubuh variasi untuk melukiskan pandangan
yang cenderung berbeda secara kaleidoskopik mengenai sifat realitas.

316 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Ada budaya yang memiliki konsep menarik bagi pelajar BIPA. Karena itu,
bahwa waktu linear, tetapi ada pula perlu dipahami oleh pengajar BIPA.
budaya yang memandang bahwa Nilai budaya merupakan nilai inti
waktu itu siklik. Konsep bahwa waktu dalam kehidupan manusia berma-
itu linear dimiliki oleh orang-orang syarakat. Nilai-nilai tersebut dijunjung
yang multiaktif, yakni orang yang tinggi, dihormati, dan ditaati untuk
bersifat aktif linear. Umumnya, sikap diterapkan dalam kehidupan berma-
yang demikian ini dimiliki oleh syarakat. Sistem nilai ini merupakan
budaya Barat. Sementara, konsep aturan yang mengarahkan perilaku
bahwa waktu itu siklik dimiliki oleh anggota masyarakat dalam men-
orang-orang dari budaya yang jalankan aktivitas sosial budaya.
memandang waktu selaras dengan Koentjaraningrat (2003) menyebutkan
peristiwa siklik alam, yakni bahwa bahwa sistem nilai budaya berfungsi
akan kembali lagi ke masa depan. sebagai pedoman tertinggi bagi
Setiap masyarakat memiliki kelakuan manusia. Nilai-nilai tersebut
kebutuhan hidup yang berbeda-beda telah melekat pada diri setiap anggota
sehingga mereka memiliki nilai-nilai masyarakat sehingga sulit diganti atau
yang berbeda terhadap apa yang diubah dalam jangka waktu yang
diperlukan dan apa yang harus singkat karena menyangkut masalah-
dilakukan. Ada budaya yang lebih masalah ut ama bagi kehidupan
menghargai persahabatan daripada manusia (Sukidin, Basrowi, dan
materi, tetapi ada pula budaya yang Wiyaka, 2003:10—11).
lebih menganggap penting materi Selain nilai-nilai budaya, dalam
karena hal itu diperlukan unt uk kehidupan di masyarakat terdapat
meningkatkan kesejahteraan hidup norma-norma budaya. Nilai dan norma
mereka. Nilai-nilai tersebut mempe- ini pada hakikatnya merupakan
ngaruhi sikap para individu dalam kaidah-kaidah kemasyarakatan yang
menjalankan aktivitas mereka dalam mengendalikan dan mengatur aktivitas
kehidupan bermasyarakat. sosial budaya suatu masyarakat. Nilai
dan norma budaya ini menjadi
Pemahaman Nilai Budaya dan pedoman dan pegangan hidup yang
Sikap Budaya Masyarakat dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh
bagi Guru BIPA seluruh anggota masyarakat. Nilai-
nilai budaya tersebut bersifat abstrak
Pemahaman nilai dan sikap dan berisi gagasan-gagasan yang
masyarakat merupakan perihal yang dianggap baik, benar, dan dikehendaki

Prosiding Seminar Internasional 317


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
bersama oleh anggota masyarakat. masalah pokok itu, Thompson, dkk.
Karena nilai budaya bersifat abstrak (1990) menyebut kan ada 5 cara
dan umum, dimungkinkan terjadinya pandang dan sikap masyarakat
berbagai perilaku sosial yang berbeda- terhadap kehidupan sosial budaya,
beda antara anggota masyarakat yang yakni hirarkhi, egalitarian, fatalistik,
satu dengan yang lain. Selama kebe- individualistik, dan otonomi. Kelima
ragaman perilaku tersebut sesuai cara pandang tersebut membentuk dan
dengan nilai-nilai yang dianut, konflik menentukan corak kehidupan sosial
antaranggota masyarakat dalam satu budaya masyarakat.
etnik yang sama tidak akan terjadi. Dalam kaitannya dengan masa-
Sementara, norma budaya merupakan lah pokok dalam kehidupan manusia,
pedoman perilaku budaya yang lebih Sukidin, Basrowi, dan Wiyaka (2003)
khusus. Dalam hal ini, norma menga- menjelaskan sikap hidup manusia
tur dan mengarahkan cara berperilaku, dalam kaitannya dengan hakikat hidup
berpikir, bertutur individu anggota dan hakikat karya. Menurut mereka,
masyarakat dalam situasi tertentu ada 3 pandangan dasar yang mengung-
(Conklin, 1984). kapkan makna hidup bagi manusia,
Nilai-nilai dan norma budaya yakni (a) hidup untuk bekerja, (b)
suatu masyarakat selalu mengatur dan hidup untuk beramal dan berbakti, dan
mengarahkan cara individu anggota (c) hidup untuk bersenang-senang.
masyarakat dalam bersikap dan ber- Sementara, makna karya bagi manusia
tindak sesuai dengan yang diharapkan adalah (a) untuk mencari nafkah, (b)
oleh masyarakatnya. Nilai-nilai dan untuk mempertahankan hidup, (c)
norma-norma budaya ini terpantul untuk kehormatan, (d) untuk kepuasan
dalam cara pandang dan sikap budaya dan kesenangan, dan (e) untuk amal
anggota masyarakat dalam menjalan- ibadah.
kan praktik budaya. Cara pandang dan
sikap budaya anggota masyarakat Komunikasi sebagai Budaya
dapat dilihat dari 5 masalah pokok dalam Pembelajaran BIPA
bagi kehidupan manusia. Kelima
masalah pokok tersebut meliputi (a) Pembelajaran BIPA lebih meni-
hakikat hidup manusia, (b) hakikat tikberatkan pada penggunaan bahasa
karya bagi manusia, (c) hakikat waktu daripada penjelasan tatabahasa. Dalam
bagi manusia, (d) hakikat alam bagi aktivitas tersebut, pengajar BIPA
manusia, dan (e) hakikat hubungan memfungsikan dirinya sebagai mitra
antarindividu. Berdasarkan kelima bicara dan mitra belajar bagi pelajar.

318 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Pengajar memberikan kesempatan dengan mengombinasikan unsur-
seoptimal mungkin kepada pelajar unsur yang dipelajari dan bertanya
untuk berlatih menggunakan bahasa serta menjawab pertanyaan. Adapun,
Indonesia untuk berkomunikasi. pelajar BIPA kelas lanjut telah
Pendekatan pembelajaran difokuskan memiliki bekal yang memadai untuk
pada proses komunikasi sehingga arah menjalin komunikasi dalam bahasa
materi pembelajaran diwujudkan Indonesia. Karena itu, pembelajaran di
dalam bentuk keterampilan berbahasa. kelas atas ditandai oleh kemampuan
Dalam melakukan pendekatan berkomunikasi serta menulis teks yang
pembelajaran secara tepat, pengajar utuh.
BIPA harus benar-benar mengetahui Pengelompokan pelajar BIPA
tingkat kemampuan pelajarnya. Pada sesuai dengan tingkat kemampuannya
umumnya pelajar BIPA dikelom- ini sangat penting dalam pelaksanaan
pokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu pembelajaran dan penciptaan kelas
kelas pemula, kelas menengah, dan ang kondusif. Kelas yang pelajarnya
kelas lanjut. Dalam praktik pembe- memiliki kemampuan setara akan
lajaran, kadang-kadang setiap menciptakan interaksi yang baik
tingkatan tersebut masih dapat dipilah antarpelajar dan pengajar. Apabila
lagi dalam beberapa tingkatan sesuai kemampuan pelajar relatif berbeda,
dengan kemampuan pelajar sehingga aktivitas pembelajaran dapat ter-
ada kelas pemula, kelas pramenengah, ganggu oleh pelajar yang tidak dapat
kelas menengah, kelas pralanjut, dan mengikuti pelajaran, atau sebaliknya
kelas lanjut. oleh pelajar lain yang memiliki
Pelajar BIPA yang termasuk kemampuan lebih tinggi.
kelas pemula belum menguasai bahasa Dalam pembelajaran BIPA,
target secara memadai untuk menjalin bahasa Indonesia ditempatkan sebagai
komunikasi. Karena itu, pembelajaran alat komunikasi, bukan sebagai materi
di kelas pemula ini biasanya ditandai bahasa yang dihafalkan atau dianalisis.
oleh aktivitas komunikasi secara mini- Bahasa Indonesia difungsikan sebagai
mal tentang materi yang dipelajari. alat komunikasi baik secara lisan
Pelajar BIPA tingkat menengah paling maupun tulis. Karena itu, target yang
tidak telah memiliki bekal untuk diharapkan dalam pembelajaran BIPA
komunikasi sederhana sehingga pem- adalah kemampuan pelajar dalam
belajaran di tingkat menengah ini berkomunikasi dengan menggunakan
ditandai oleh aktivitas komunikasi bahasa Indonesia yang dipelajarinya.
yang mengarah pada materi ajar Dengan demikian, pelajar diharapkan

Prosiding Seminar Internasional 319


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
dapat memiliki kemampuan berbahasa makna komunikasi. Lebih lanjut, Ri-
yang komunikatif. Sesuai dengan chard dan Rodgers (1983) menjelas-
harapan tersebut, sejumlah pengeta- kan bahwa dalam kaitannya dengan
huan yang perlu dimiliki oleh pelajar belajar bahasa ancangan komunikatif
BIPA adalah (1) pengetahuan tentang mengajukan tiga prinsip, yakni (1)
bentuk bahasa yang mungkin dika- belajar bahasa terjadi apabila kegiatan
takan, (2) pengetahuan tentang kata itu berlangsung dalam suatu komu-
yang dapat dituturkan dan dapat nikasi yang nyata, (2) dalam kegiatan
dipahami oleh pendengar, (3) penge- komunikasi seperti ini, bahasa nyata-
tahuan tentang kata yang tepat dan nyata digunakan, dan (3) penggunaan
wajar menurut konteksnya, dan (4) bahasa yang nyata inilah yang bagi
pengetahuan tentang kata yang pernah pelajar bermakna atau fungsional.
diujarkan orang. Dengan penguasaan Pendekatan komunikatif tidak-
keempat hal tersebut, pelajar BIPA lah berarti “pokoknya bisa berko-
akan dapat berbahasa secara benar dan munikasi” dalam bahasa target tanpa
berterima. memperhatikan penguasaan aspek for-
Berdasarkan pada perolehan mal sistem bahasanya. Berdasarkan
hasil belajar yang ditargetkan, dalam pengalaman dalam pembelajaran
pengajaran BIPA, ancangan yang BIPA, penguasaan aspek formal
dipilih adalah acangan komunikatif. bahasa oleh pelajar memiliki manfaat
Seperti halnya ancangan-ancangan besar dalam membangun pembiasaan
lain, ancangan komunikatif memiliki diri (habit build up) dalam bahasa In-
asumsi tentang hakikat bahasa dan donesia. Pembiasaan tersebut antara
belajar bahasa. Hal ini sejalan dengan lain berupa pembiasaan penggunaan
pendapat Richard dan Rodgers (1983) pola-pola kalimat bahasa Indonesia
yang menjelaskan bahwa asumsi yang frekuensi pemakaiannya sangat
ancangan komunikatif tentang hakikat tinggi. Pengenalan suatu pola kalimat
bahasa adalah (1) bahasa merupakan kemudian dikaitkan dengan latihan
sistem dalam pengungkapan makna, produksi kalimat-kalimat baru ber-
(2) bahasa adalah alat bagi manusia dasarkan pola kalimat utama diajar-
untuk berkomunikasi dan berinteraksi, kan/dilatihkan melalui mekanisme
(3) struktur bahasa mencerminkan substitusi. Saya tidak sepakat bahwa
fungsi penggunaannya dan fungsi aktivitas demikian disebut “pembia-
komunikatifnya, dan (4) unit utama saan membeo” bilamana latihan-
bahasa bukan hanya berupa unit latihan dilakukan dengan menggu-
gramatikal melainkan juga fungsi dan nakan materi ajar yang bermakna dan

320 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
relevan secara situasional. Penguasaan bahasa Indonesia secara nyata. Dengan
pelajar BIPA akan pola-pola kalimat demikian, pelajar asing akan mampu
bermakna secara fungsional dan dan terbiasa menggunakan bahasa
situasional dan kemampuan mempro- yang dipelajarinya sesuai dengan
duksi kalimat-kalimat baru sesuai konteks budaya masyarakat penutur-
makna/pesan yang ingin disampaikan nya.
sangat membantu percaya diri pelajar
dalam menggunakan bahasa Indone-
sia (Gunawan, 2007). DAFTAR RUJUKAN
Condon, E.C. 1973. Introduction to
Simpulan Cross Cultural Communication.
Pembelajaran bahasa Indonesia New Jersey: Rutgers University.
bagi penutur asing pada hakikat adalah Conklin, John E. 1984. Sociology: An
proses membelajarkan orang asing Introduction. New York:
agar dapat berbahasa Indonesia sesuai Macmillan Publishing Co., Inc.
dengan budaya masyarakat Indonesia. Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic
Karena itu, dalam pembelajaran BIPA, Anthropology. Cambridge:
faktor budaya tidak dapat dilepaskan Cambridge University Press.
dari proses pembelajaran bahasa. Hal Gass, Susan M, dkk. (eds.). 2002.
ini tidak dimaksudkan untuk menja- Pedagogical Norms for Second
dikan orang asing untuk berbudaya and Foreign Language Learn-
Indonesia, tetapi diarahkan agar orang ing and Teaching. Philadelphia:
asing dalam berbahasa Indonesia dapat John Benjamins Publishing
menyesuaikan dengan konteks budaya Company.
percakapan tersebut dilakukan. Gunawan, Samuel. 2007. Merancang
Dalam upaya menjadikan orang BIPA sesuai Tuntutan Pelanggan
asing mengenali dan dapat melakukan yang Sangat Beragam dalam
praktik berbahasa Indonesia sesuai Program Pertukaran Mahasiswa,
dengan konteksnya, ancangan dalam http://www.pusatbahasa.
pembelajaran yang dipilih untuk diknas.go.id/laman/
membelajarkan BIPA adalah ancangan nawala.php?info =art i
komunikatif. Melalui ancangan ini, kel&infocmd=show
pelajar BIPA memilki kesempatan &infoid=61&row=3.
yang cukup untuk mengenali budaya Harris, Phiplip R. dan Moran, Robert
masyarakat Indonesia dan berlatih T. 2005. Memahami Perbedaan-
berkomunikasi dengan menggunakan perbedaan Budaya. Dalam

Prosiding Seminar Internasional 321


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Deddy Mulyana dan Jalaluddin ing. Philadelphia: John
Rakhmat (Eds.). Komunikasi Benjamins Publishing Com-
Antarbudaya: Panduan pany.
Komunikasi dengan orang-or- Porter, Richard E. dan Samovar, Larry
ang Berbeda Budaya. Bandung: A. 2005. Suatu Pendekatan
PT Remaja Rosdakarya. terhadap Komunikasi Antar-
Keesing, Roger M. Antropologi budaya. Dalam Deddy Mulyana
Budaya: Suatu Perspektif dan Jalaluddin Rakhmat (Eds.).
Kontemporer. Terjemahan oleh Komunikasi Antarbudaya:
Samuel Gunawan. 1992. Panduan Komunikasi dengan
Jakarta: Penerbit Erlangga. orang-orang Berbeda Budaya.
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Bandung: PT Remaja Ros-
Antropologi. Jakarta: Rineka dakarya.
Cipta. Richards, Jack C., Platt, John, dan
Lewis, Richaed D. Komunikasi Bisnis Platt, Heidi. 1993. Longman
Lintas Budaya. Terjemahan oleh Dictionary of Language Teach-
Deddy Mulyana. 2004. ing and Applied Linguistics.
Bandung: PT Remaja Roes- London: Longman.
dakarya. Richards, J.C. dan Rogers, T.S. 1983.
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Approaches and Methods in
dan Komunikasi Antarbudaya. Language Teaching. Cam-
Yogyakarta: LKIS. bridge: Cambridge University
Machmoed, Zaini. 1990. Proses dan Press.
Evaluasi Pembelajaran dan Sadtono, E. 2002. Perlukah Kita
Pengajaran Kompetensi Memahami Kebudayaan Asing?
Komunikatif, dalam Warta Makalah disajikan dalam
Scientia, No. 49. Th. XVIII, Kursus Pramuwisat a Muda
April 1990. Jatim di Surabaya pada 7—11
Magnan, Sally Sieloff dan Walz, Joel. Oktober 2002.
2002. Pedagogical Norms: De- Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005.
velopment of Concept and Il- Antropologi Kontemporer:
lustrations from French, Suatu Pengantar Kritis
dalam Gass, Susan M, dkk Mengenai Paradigma. Jakarta:
(eds.). 2002. Pedagogical Kencana.
Norms for Second and Foreign Sameng, Andi Mappi. 1995. Penga-
Language Learning and Teach- jaran Bahasa Indonesia sebagai

322 Prosiding Seminar Internasional


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Asing serta Peranan- Strategi, dan Aplikasi Pembela-
nya, Makalah Kongres BIPA jarannya. Yogyakarta: CV
1995 di Fakultas Sastra, Univer- Grafika Indah.
sitas Indonesia Jakarta. Suyitno, Imam. 2004. Pengetahuan
Seelye, H.Ned. 1994. Teaching Cul- Dasar BIPA: Pandangan
ture: Strategies for Intercultural Teoritis Belajar Bahasa.
Communication. Illinois: Na- Yogyakarta: CV Grafika Indah.
tional Textbook Company. Suyitno, Imam, 2008. Dimensi
Spradley, James P. 1985. Participant Teoretis dan Metodologis
Observation. New York: Holt, Belajar Bahasa Asing, Landa-
Rinehart and Winston. san Teori Pembelajaran BIPA.
Sugino, S. 1995. Pendekatan Komu- Malang: Cakrawala Indonesia.
nikatif-Integratif-Tematis dalam Suyitno, Imam. 2010. Mengenal
Pengembangan Bahan dan Budaya Etnik Melalui Pema-
Metodologi Pengajaran BIPA di haman Wacana Budaya.
Indonesia, Makalah Kongres Malang: A3.
BIPA 1995 Fakultas Sastra Uni- Thompson, M., Ellis, R., dan
versitas Indonesia Jakarta. Wildavsky, A. 1990. Cultural
Sukidin, Basrowi, dan Agus Wiyaka. Theory. Oxford: Westview
2003. Pengantar Ilmu Budaya. Press.
Surabaya: Insan Cendekia. Tomalin, B. dan Stempleski, S. 1998.
Sumardjo, Jakob. 2005. Ekologi dalam Cultural Awareness. Oxford:
Seni Tardisi, (Online), ( http:// Oxford University Press.
www.pikiran-rakyat.com/cetak/ Wojowasito, S. 1976. Perkembangan
2005/1205/17/02.htm, diakses 6 Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad
Februari 2006) 20. Bandung: Shinta Dharma.
Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar Wolff, John U.; Oetomo, Dede; dan
(Eds.). 2005. Teori-teori Kebu- Fietkiwicz. 1988. Beginning In-
dayaan. Yogyakarta: Penerbit donesian Through Self-Instruc-
Kanisius. tion, Book 1. Ithaca: Cornell
Suyitno, Imam. 2005. Bahasa Indone- University, SEAP.
sia untuk Penutur Asing: Teori,

Prosiding Seminar Internasional 323


Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai