Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAJAS
Makalah ini dibuat untuk presentasi pada mata kuliah Telaah Puisi

Dosen pengampu : Rerin Maulinda

Disusun Oleh :

 Yan Noardi (181010700023)


 Via Octaviana (181010700243)
 Devi Rahmawati (181010700431)
 Irma (181010700467)
 Ridho Dewandaru (181010700472)
 Luthfi Ashyari (181010700458)
 Suci rahmania (181010700404)
 Ode Sutra (181010700423)

SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2020
1. Pengertian Majas Perbandingan
Majas perbandingan merupakan gaya bahasa (majas) yang menggunakan kata perbandingan baik secara
eksplisit maupun implisit sehingga memberikan efek penghayatan dan nilai sastra yang tinggi pada
sebuah kalimat bagi pembacanya atau lawan bicara.
Macam-Macam Majas Perbandingan yaitu sebagai berikut:
1. Majas Metafora
Majas metafora ini semacam analogi yang membandingkan secara langsung dua hal yang memiliki sifat
yang sama, tetapi dalam bentuk yang singkat seperti bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata
dan sebagainya. Makna sebuah metafora dibatasi oleh sebuah konteks. Selain itu, yang harus kita ketahui
bahwa majas ini tidak menggunakan kata pembanding, dengan kata lain perbandingannya disampaikan
secara implisit.
Contoh majas metafora :
a. “Perahu itu menggergaji ombak” (maksunya: ujung perahu yang lancip dapat membelah gelombang
laut ke sisi kanan dan kiri perahu)
b. “Wanita itu adalah bunga desa di daerahku” (maksudnya: gadis tercantik di daerahku)
c. “Dasar kamu buaya darat!!” (maksudnya: pria hidung belang)
2. Majas Personifikasi
Majas personifikasi merupakan kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora yang
mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti layaknya manusia.
Contoh majas personifikasi :
a. “Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami”
(maksudnya: angin yang bertiup kencang menerpa pepohonan atau tebing-tebing akan memunculkan
suara)
b. “Daun kelapa yang melambai-lambai menambah sahdu saat kami beranjak pergi” (maksudnya:
daun kelapa yang tertiup angin akan bergerak-gerak)
3. Majas Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan
(pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Contoh majas pars pro toto :
a. “Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-” (maksudnya: setiap orang)
b. “Baru siang ini dia menunjukan batang hidungnya” (maksudnya: orangnya baru datang siang ini)
Contoh majas totem pro parte :
a. “Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan
Indonesia” (maksudnya: bukan orang Indonesia secara keseluruhan tapi tim sepak bola yang ada di
lapangan)
b. “Siswa kami menjuarai lomba bulu tangkis tunggal putra tingkat Kabupaten Bantul” (maksudnya:
bukan satu orang siswa).
4. Majas Persamaan atau simile
Majas persamaan ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan
perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain
sehingga lawan bicara tidak perlu memikirkan atau mencari-cari maknanya. Untuk itu, ia memerlukan
upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,
laksana, dan sebagainya.
Contoh majas simile :
a. “Sifatnya keras seperti batu” (maksudnya: susah diberi masukan, nasehat atau kritikan)
b. “Mukanya merah laksana kepiting rebus” (maksudnya: kemerah-merahan)
5. Majas Metonimia
Majas metonomia ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat. Misalnya sifat benda, ciri khas atau nama benda.
Contoh majas metonimia :
a. “Pena lebih berbahaya dari pedang” (maksudnya: sebuah tulisan dapat membunuh karakter
seseorang, merusak nama baiknya, menebarkan fitnah dan sebagainya)
b. “Jangan kau patahkan kuntum bunga itu” (maksudnya: jangan mematahkan semangat seseorang
remaja yang sedang menggapai cita-citanya)
6. Majas Eufimisme
Majas eufimisme merupakan gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus.
Tujuannya agar tidak menyakiti hati orang lain atau menjaga nama baik orang lain.
Contoh majas eufimisme :
a. “Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyesuaian harga BBM”
(maksudnya: kenaikan harga).
b. “Dia agak sedikit mengalami gangguan kejiwaan” (maksudnya: Dia gila)
7. Majas Asosiasi atau perbandingan
Majas asosiasi itu hampir mirip dengan majas simile. Hanya saja, pada majas asosiasi perbandingannya
diungkapkan secara implisit sehingga pembaca atau lawan bicara dipaksa untuk memahami sendiri
kalimat yang diungkapkan.
Contoh majas asosiasi :
a. “Sifatnya seperti batu” (disini pembaca dipaksa berfikir, dalam hal apa kok sifatnya disamakan
dengan batu?)
b. “mukanya laksana kepiting rebus” (disini pembaca dipaksa berfikir, dalam hal apa kok mukanya
disamakan dengan kepiting rebus?)
8. Majas Alegori
Majas alegori merupakan gaya bahasa yang menggunakan beberapa kiasan dimana satu kiasan dengan
kiasan lainnya saling berhubungan sehingga mengandung sebuah kesatuan makna.
Contoh majas alegori :
a. “Ternyata ada seekor tikus di ruangan ini, sukanya memakan apa saja yang bisa dimakan,
mengambil apa yang bisa diambil. Tingkah laku si tikus ini suatu saat akan menjadi fitnah yang sangat
berbahaya bagi kita. Dia akan beraksi ketika kpak direktur pergi”
9. Majas Sinestesia
Majas sinestesia merupakan gaya bahasa yang masuk ke dalam golongan majas metafora. Hanya saja
disini dibatasi yaitu membandingkan maksud tujuan sebenarnya dengan sesuatu yang bisa ditangkap oleh
panca indera.
Contoh majas sinestesia :
a. “Wajahmu manis sekali, enak di lihat”
b. “Nama kedua orang tuanya sangat harum di mata masyarakat”
10. Majas Disfemisme
Majas disfemisme merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang tabu,
kurang beradab atau kurang pantas.
Contoh majas disfemisme :
a. “Jokowi sedang mengunjungi pasar tradisional di daerah Bima, NTB” (Lebih beradab jika di tulis
Bapak Jokowi, Bapak Presiden Jokowi)
b. “Coba lihat wanita itu, dia bunting akibat efek negatif dari pergaulan bebas” (Lebih beradab jika
aib seseorang itu ditutupi atau menggunakan inisial lain (nama samaran) yang tidak menunjuk ke
orangnya langsung)
11. Majas Fabel
Majas fabel merupakan gaya bahasa yang membandingkan perilaku atau sifat hewan untuk mengkiaskan
perilaku atau sifat manusia.
Contoh majas fabel :
a. “Jangan sampai tertipu dengan orang yang bicaranya seperti ular berbisa” (bisa ular yang ada di
mulutnya dikiaskan untuk orang yang suka menipu dan mencelakakan orang lain)
b. “Tingkah wanita itu gatal seperti ulat keket” (perilaku ulat keket yang berjalan lenggak-lenggok
dikiaskan untuk wanita yang suka menggoda)
12. Majas Parabel
Majas parabel merupakan kiasan yang dibuat dalam sebuah cerita sehingga dalam rentetan cerita tersebut
dapat menjadi pelajaran yang berharga atau mendidik.
Contoh majas parabel :
Cerita malin kundang, cerita bawang merah dan bawang putih, cerita timun mas, cerita cinderela dll.
13. Majas Eponim
Majas eponim merupakan gaya bahasa yang menjadikan nama seseorang sebagai nama tempat atau
pranata.
Contoh majas eponim :
a. “Sebentar lagi kita akan melewati perempatan yang ada bundaran Gusdur di tengah, lalu belok ke
kanan”
b. “Kita sekarang sedang berhenti di Jalan Gajah Mada”
14. Majas Perifrasa
Majas perifrasa merupakan sebuah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang panjang sebagai
pengganti suatu ungkapan yang pendek.
Contoh majas perifrasa :
a. “Kita pernah dijajah oleh negeri matahari terbit selama 3,5 tahun” (maksudnya: negera Jepang)
b. “Tahun depan saya dan istri akan mengunjungi negeri 1001 malam” (maksudnya: negera Iraq)
15. Majas Simbolik
Majas simbolik merupakan gaya bahasa yang menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan tujuan atau
maksud yang sebenarnya.
Contoh majas simbolik :
a. “Rumah Anang Hermansyah tadi malam habis dilahap si jago merah” (maksudnya: api dijuluki
sebagai si jago merah)
b. “kita harus korbarkan semangat merah membara!!” (warna merah simbol keberanian)
c. “Kalau perlu kita meja hijaukan sekarang” (meja hijau maksudnya yaitu pengadilan)
2. Majas Pertentangan
Bagi kita yang tidak memahami gaya bahasa ini, maka bisa saja mengakibatkan timbulnya salah tafsir
atau salah pemahaman. Akan tetapi, efek sebaliknya justru akan timbul bila kita memahami majas yang
satu ini. Apa itu? yaitu efek penekanan makna. Nah, dengan majas pertentangan ini akan dapat
menimbulkan efek penekanan makna dari kalimat yang diutarakan sehingga orang yang mendengar
kalimat yang mengandung majas ini akan tertarik dan terkesan.
Majas Pertentangan dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan cara merendahkan diri dari kenyataan
yang sesungguhnya. Hal tersebut dikarenakan menghormati lawan tutur.
Contoh Majas Litotes :
a. Beruntung sekali Pak Bupati sudi mampir ke gubug saya.
b. Saya hanya orang desa, wajar bila merasa bangga bisa bersekolah di kota.
2. Majas Paradoks
Paradoks adalah jenis majas yang mengungkapkan pernyataan mengenai dua hal yang seolah
bertentangan, tetapi kadang juga ada benarnya.
Contoh Majas Paradoks :
a. Bisa saja tempat yang berbahaya adalah tempat yang paling aman.
b. Dia hanya bisa tersenyum, meski hatinya menangis saat kehilangan sahabatnya.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata yang berlawanan untuk mengungkapkan suatu
pertentangan.
Contoh Majas Antitesis :
a. Tua atau muda boleh ikut meramaikan gerak jalan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
b. Bagi wakil Indonesia di ajang sea games, menang atau kalah bukan suatu masalah karena yang
utama adalah pengalaman.
4. Majas Kontradiksi in terminis
Majas kontradiksi interminis adalah majas yang menyatakan suatu penyangkalan atas pernyataan yang
sudah di ucapkan sebelumnya. Perhatikan kalimat berikut :
Contoh Majas Kontradiksi in terminis :
1. “Ketika paman datang, beliau membawakan kami semua jenis buah-buahan dari desanya, kecuali
durian yang gagal panen”.
(Kalimat tersebut menyatakan „semua jenis buah-buahan„, tetapi di penyataan akhir menyangkalnya,
„kecuali durian yang gagal panen„)
2. Semua siswa boleh mengikuti audisi mayoret marching band, kecuali yang memakai kacamata
(Penyataan „kecuali yang memakai kacamata‟ menyangkal kalimat sebelumnya, yaitu „semua siswa‟,)
3. Pengertian Majas Sindiran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian dari majas adalah pemanfaatan kekayaan
bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya
sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Majas sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang mengungkapkan sebuah sindiran terhadap
seseorang/sesuatu. Penggunaan majas sindiran ini bertujuan untuk meningkatkan makna dan kesannya
terhadap seseorang yang membaca atau mendengar. Majas sindiran terbagi menjadi 5 jenis, yaitu sebagai
berikut :

1. Majas Ironi

Majas ironi merupakan jenis paling halus dari majas sindiran. Penggunaan majas ironi biasanya adalah
untuk mengungkapkan sindiran halus yakni dengan menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan
makna sesungguhnya.

Contoh Majas Ironi:

a. Wah, kamu benar-benar orang yang bersih dan rapi, kamarmu lebih mirip seperti kapal pecah.
b. Tutur bahasanya sangat sopan, seperti orang yang tidak pernah mengecap dunia pendidikan.
c. Kau benar-benar siswa teladan. Tak ada satupun tugas sekolah yang kau kerjakan.
d. Kau sangt cocok menjadi dokter, tulisanmu benar-benar tak bisa dibaca sama sekali.

2. Majas Sinisme

Majas sinisme adalah majas yang mengungkapkan sindiran secara kasar dan umumnya digunakan untuk
mengkritik atau mencemooh sesuatu baik berupa ide/maksud/rencana.

Contoh Majas Sinisme:

a. Kau benar-benar kejam dan tak punya hati nurani. Teganya kau menendang anak kucing yang
lemah itu hanya karena dia mendekat untuk meminta makan.
b. Berhentilah bersikap sombong, apa kau tak sadar bahwa hampir seluruh warga kampung
membencimu, karena cara bicaramu yang terlalu sombong ini.
c. Kau memang tak punya rasa malu. Setelah kemarin kau mencaci makinya di depan orang banyak
dengan kata-kata yang sangat kasar, sekarang bisa-bisanya kau bersikap sok manis lagi padanya.
d. Sudahlah, jangan kau teruskan gengsimu itu. Nanti kau sendiri yang susah karena kehabisan
uang.

3. Majas Sarkasme

Majas sarkasme merupakan kelas tertinggi dari jenis majas sindiran karena majas sarkasme
mengungkapkan sindiran secara langsung dengan kata-kata yang kasar dan keras.

Contoh Majas sarkasme:

a) Dasar pemalas! Pantas saja setiap hari ibumu marah-marah, tak ada satupun pekerjaan rumah
yang kau kerjakan. Yang kau tau hanyalah bermain dan menonton televisi.
b) Dasar bodoh! Harus berapa kali menjelaskan cara pengerjaan yang sangat mudah ini kepadamu.
c) Dasar sok tau! Gara-gara kecerobohan dan sifat sok taumu itu, hampir saja kita semua tersesat di
dalam hutan rimba ini.
d) Tidak usah belagu! Jangan bersikap seolah kau yang paling hebat seantero negeri ini hanya
karena nilai 100-mu itu, di luar sana masih banyak orang yang jauh lebih pintar darimu.

4. Majas Satire

Majas Satire hampir sama dengan majas sarkasme yakni mengungkapkan sindiran dengan kasar dan
keras, namun yang membedakan adalah majas satire ini menggunakan kata-kata ungkapan dalam
menyatakan sindiran.

Contoh Majas satire:

a) Apa saat ini harga gula terlalu mahal? Kopi ini benar-benar tak ada rasa manis sama sekali.
b) Percuma saja aku memiliki adik yang bertubuh besar, bahkan untuk mengangkat pot bunga ini
saja kau tak bisa diharapkan.
c) Aku tak menyangka kau memiliki kepribadian seburuk itu. Dia sudah begitu baik dan peduli
padamu tapi kau malah menganggap dirinya sebagai pengganggu dalam hidupmu.
d) Apa ibumu tak pernah memberikanmu makanan yang enak? Kau rakus sekali saat acara makan
bersama komunitas kita kemarin.

5. Majas Innuendo

Majas Innuendo merupakan jenis majas sindiran yang sedikit berbeda dengan yang lainnya, majas ini
mengungkapkan sindiran dengan mengecilkan fakta yang sebenarnya.

Contoh Majas Innuendo:

a) Sudahlah, jangan terlalu berlebihan! Itu hanya seekor cacing besar, kau tak perlu mati ketakutan
seperti itu.
b) Berhentilah menangis hingga kamarmu ini serasa akan banjir. Dia hanyalah seorang laki-laki
yang tidak baik, di luar sana masih banyak laki-laki baik yang sedang menantimu.
c) Berhenti bersikap seolah-olah kau ingin mati. Kau hanya gagal menjadi juara di kejuaraan,
bukannya kehilangan separuh nyawamu.
d) Aku tak mengerti kenapa kau harus begitu marah kepadanya. Bukankah dia hanya tidak menepati
janjinya padamu, bukannya berselingkuh di belakangmu.
e) Kau tak perlu dendam pada mereka. Kesalahan mereka hanya berbicara sembarangan saja, tapi
mereka tidak sampai menyakitimu dengan pisau belati.
4. Majas Penegasan
Majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pengaruh
kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan. Majas
penegasan dapat dibagi ke dalam tujuh subjenis, yang meliputi :
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif, namun hal ini
sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.
Keterangan: maju pasti ke depan.
Contoh Majas Pleonasme:
a) Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju.
b) Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke depan.
c) Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu.
d) Kita tidak boleh mundur ke belakang meninggalkan dia sendiria.
e) Bagi yang merasa sudah lengkap berkasnya, bisa masuk ke dalam.

2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.
Contoh Majas Repetisi:
a) Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
b) Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi orang sukses.
c) Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
d) Siti begitu baik, Siti begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku ada masalah.
e) Buku ini buku yang bagus, buku ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu merubah sudut
pandangku.
f) Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di tempat ini aku
selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku.
g) Rumah ini adalah tempat paling nyaman, rumah ini adalah tempat paling istimewa, rumah
inilah tempat tinggalku satu-satunya.
h) Gadis itu telah berhasil merayuku, gadis itu berhasil memikat hatiku, gadis itulah yang selalu
mengisi ingatanku.
i) Komputer inilah yang selalu menemaniku, komputer inilah yang mengatarkanku pada
kesuksesan, komputer ini sudah seperti saudaraku.
j) Kota ini adalah tempat kelahiranku, kota ini tempatku dibesarkan, dan di kota ini pula aku akan
mati.

3. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu dijawab.
Contoh Majas Retorika:
a) Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?
b) Apa ada orang yang mau ditipu?
c) Siapa yang rela jika harus kehilangan orang yang dikasihinya?
d) Apa kita pernah meminta mendapatkan semua keberkahan ini?
e) Kapan Aku memintamu untuk iri kepadaku?
f) Siapa yang tidak ingin hidup makmur dan sejahtera?
g) Siapa yang senang bila keluarganya berantakan?
h) Siapa yang tidak berduka bila rumahnya kebakaran?
i) Apa kita pernah meminta seorang pemimpin yang hanya memikirkan diri sendiri?
j) Siapa yang tidak ingin mendapat pemimpin yang amanah?

4. Majas Klimaks
Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi.
Contoh Majas Klimaks:
a) Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan
sejahtera.
b) PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di setiap
tahapannya.
c) Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.
d) S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran pakaian itu.
e) Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini.
f) Masyarakat di pelosok, desa, kota, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan hidup yang baik.

5. Majas Antiklimaks
Gaya bahasa ini berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan yang rendah.
Contoh Majas Antiklimaks:
a) Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan yang layak.
b) Lansia, dewasa, remaja, anak-anak, juga bayi, boleh datang ke pesta yang kita adakan.
c) Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.
d) Ukuran jumbo, sedang, kecil, tersedia di toko kami.
e) S3, S2. S1. juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini.

5. Majas Pararelisme
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan mengulang-ulang
sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan dilakukan di awal, maka disebut
sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada pada bagian akhir kalimat, maka disebut epifora.
Contoh Majas Paralelisme:
a) Cinta itu sabar.
b) Cinta itu lemah lembut.
c) Cinta itu memaafkan.
d) Cinta itu tidak serakah.
e) Kasih itu penyabar.
f) Kasih itu tidak pernah marah.
g) Kasih itu selalu mengerti.
h) Yang terbaik itu cinta.
i) Yang terkasih itu cinta.
j) Yang paling sempurna itu cinta.
k) Perempuan paling hebat itulah ibuku.
l) Perempuan yang penuh kasih sayang itulah ibuku.
m) Perempuan yang penuh pengertian adalah ibuku.
n) Perempuan paling sempurna adalah ibuku.

7. Majas Tautologi
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi atau ujaran
tertentu.
Contoh Majas Tautologi:
a) Hidup akan terasa aman, damai, dan tenteram, apabila kita semua bisa saling menghormati.
b) Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
c) Suasana di pesta ini sangat ramai, meriah, gegap gempita.
d) Kelas ini terasa begitu sepi, sunyi, senyap, tidak ada yang hadir.
e) Aku menyukai anak yang ceria, gembira, riang, dan penuh suka cita itu.
f) Jika memilih baju, ia selalu memilih yang modis, elegan, modern, dan gaya.
g) Lili itu anak yang sangat rajin, disiplin, patuh, tidak pernah terlambat.
h) Cahaya bulan malam ini tampak terang benderang bercahaya.
i) Gerakan tarian itu tampak lemah lembut, gemulai, dan begitu meliuk.
j) Kita tidak bisa mempercayai penjahat, perampok, penjambret, dan pencuri, seperti dia.

Anda mungkin juga menyukai