adalah bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang dalam pemakaiannya bertujuan
untuk memperoleh efek-efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak
atau pendengarnya. Seorang penulis sastra juga terkadang terkenal dengan tulisan-tulisan
majas dalam karyanya. Dalam hal ini seorang penulis sastra dalam menyampaikan pikiran
dan perasan, baik secara lisan dan tertulis kerap menyampaikannya dengan bahasa majas
yang khas.
http://3.bp.blogspot.com/-zDY5y5hxFYw/TeCWmWqzWMI/AAAAAAAAAs8/Z0Pt-
8LfgyA/s320/3.jpegMajas terdiri berbagai jenis berbagai jenis seperti Litotes, Hiperbola,
Personifikasi, Simile , Metafora, Antropomorfisme Antropomorfisme, Alegori, Totum pro
parte, Eufimisme, Disfemisme, Parabel, Fabel, Perifrasa, Eponim, Simbolik, Asosiasi,
Alusio, Antonomasia, Aptronim, Metonimia, Hipokorisme, Depersonifikasi, Pars pro toto,
Sinisme, Satire, Innuendo, Ironi, Sarkasme, Klimaks, Antiklimaks, Koreksio, Asindeton,
Interupsi, Eksklmasio ,Enumerasio, Silepsis dan Zeugma , Apofasis atau Preterisio,
Pleonasme, Aliterasi, Paralelisme, Tautologi, Antanaklasis Anastrof atau Inversi, Retoris ,
Elipsis, Alonim, Kolokasi, Pararima, Preterito, Sigmatisme, Polisindenton, Oksimoron,
Antitesis, Anakronisme, Paradoks , Repetisi , Kontradiksi interminus. Berikut macam-macam
majas. A. Macam-macam Majas Penegasan Dan berikut ini adalah berbagai macam dari
majas penegasanbeserta contohnya yang berhasil blogbintang.com dapatkan : Majas
Klimaks : Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut
semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran,
kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan. Majas Antiklimaks: Adalah gaya bahasa
yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun. Contoh : Ketua
pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namany Majas
Koreksio: Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya. Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan. Majas
Asindeton : Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan
kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan. Contoh : Dan
kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan
nyawa. Majas Interupsi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat
yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain. Majas Eksklmasio : Adalah gaya
bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi. Contoh : Wah, biar ku peluk,
dengan tangan menggigil. Majas Enumerasio : Adalah beberapa peristiwa yang membentuk
satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak
dengan jelas. Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu
nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan
terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu
lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati. Majas Silepsis dan Zeugma : Adalah gaya
dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata
dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata
dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan
kata pertama. Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada
kami. Majas Apofasis atau Preterisio : Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang
menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Contoh : Saya tidak mau
mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah
uang negara Majas Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas
atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga
ke atas. Majas Aliterasi: Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga Majas Paralelisme: Adalah gaya bahasa penegasan
yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan
datang Majas Tautologi: Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat
atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului. Contoh : Kejadian itu
tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan Majas Antanaklasis adalah yang mengandung
ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan,
yaitu buah apel merah Majas Anastrof atau Inversi : Adalah gaya bahasa yang dalam
pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya. Majas Retoris :
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk
mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak
menghendaki adanya suatu jawaban. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ? Majas
Elipsis: Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan
mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca. Contoh : Kami ke rumah nenek
( penghilangan predikat pergi ) Majas Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk
menegaskan. Majas Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang
berdampingan dalam kalimat. Majas Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam
kata atau bagian kata yang berlainan. Majas Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara
menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Majas Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s”
untuk efek tertentu. Majas Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan kata penghubung. B. Macam -macam Majas Perbandingan Dan berikut
ini adalah berbagai macam dari majas perbandingan beserta contohnya yang berhasil
blogbintang.com dapatkan : Majas Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta
dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai
tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )
Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai langit. Contoh: Kita berjuang sampai titik
darah penghabisan Majas Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku
manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Atau yang mengumpamakan
benda mati sebagai makhluk hidup. Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting Majas
Simile : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”, “ibarat”,”bak”, bagai”.
Membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja. Majas Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan
benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung
karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Majas Antropomorfisme: Metafora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan
manusia. Majas Sinestesia: yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang
dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Majas Alegori: Menyatakan dengan cara lain,
melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang
rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Majas Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya
sebagian. contoh:Indonesia bertanding volly melawan Thailand. Majas Eufimisme:
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang
lebih pantas atau dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
Majas Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya. Majas Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang
dapat berpikir dan bertutur kata. contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat. Majas
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Majas
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Majas
Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. contoh:Kita bermain ke rumah
Ina. Majas Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk
menyatakan maksud. Majas Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun
dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang
kusut. Majas Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya Majas Antonomasia: Adalah yang
menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri.
Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. Majas Aptronim: Pemberian nama
yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Majas Metonimia: Pengungkapan berupa
penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh:Ia
menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah (Motor merk Jupiter) Majas Hipokorisme:
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Majas Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak
bernyawa. Majas Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek. contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya. C. Macam-
macam Majas Pertentangan Dan berikut ini adalah berbagai macam dari majas pertentangan
beserta contohnya yang berhasil blogbintang.com dapatkan : Majas Oksimoron : adalah gaya
bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan
dalam frasa yang sama. Contoh : Keramah-tamahan yang bengis Majas Antitesis : Adalah
gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya. Contoh : Kaya
miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Majas Anakronisme : Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian
dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam
belum ada) Majas Paradoks : Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda. Contoh :
Dia besar tetapi nyalinya kecil. Majas Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai Majas Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya. D. Macam-macam Majas Sindiran Dan berikut ini
adalah berbagai macam dari majas sindiran beserta contohnya yang berhasil blogbintang.com
dapatkan : Majas Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah pintar ?
Mengapa harus bertanya kepadaku ? Majas Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme,
ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Ungkapan
yang menertawakan atau menolak sesuatu. Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau
tak bisa mengerjakannya! Majas Innuendo: Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya. Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan
kemoersialisasi jabatannya Majas Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang
sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti
kaset kusut. Majas Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Adalah gaya bahasa yang paling
kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan. Contoh: Mampuspun aku tak peduli,
diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga
Sumber: http://raytkj.blogspot.com/2013/04/macam-macam-dan-pengertian-majas.html
Konten adalah milik dan hak cipta raytkj.blogspot.com
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF DAN CONTOH
Posted in | di 07.21
sebelumnya saya akan jelaskan pengertian ,Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya
seperti yang di maksud penulis /pembicara. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang
baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan
ejaannya pun harus benar.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif:
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P),
objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
3.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu,
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
4.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
5. kevariasian
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Variasi tidak lain
daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan
perhatian orang.
Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
a) Variasi sinonim kata
Penjelasan-penjelesan yagn berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak mengubah isi
dari amanat yang akan disampaikan.
Seribu puspa di taman bungan seribu wangi menyegar cita (BKI).
Demikian pula puspa dan wangi sebenarnya menyatakan yang sama.
b).Variasi panjang pendeknya kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat akan mencer¬minkan dengan jelas pikiran
pengarang, serta pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi
tekanan pada bagian-bagian yangdiinginkan.
c.Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kali¬mat berturut-turut dapat
menimbulkan kelesuan.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Referensi
http://sasyasigi.wordpress.com/2008/11/01/kalimat-efektif/
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/
http://lisady-bhs.blogspot.com/2007/06/kalimat-efektif.html
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf
http://www.scribd.com/doc/23773891/UNSUR-UNSUR-KALIMAT
Macam-macam kalimat :
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola atau terdiri dari sebuah pola.
Kalimat tunggal terdiri dari tiga macam yaitu :
a. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan tentang perintah atau suruhan yang ditujukan
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Biasanya di akhir kalimat
ditambah tanda seru (!).
Contoh :
b. Kalimat Berita
Contoh :
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan supaya kita mengetahui
(diberi tahu) tentang sesuatu yang belum diketahui.
Contoh :
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu pola dasar atau kalimat
tunggal yang menimbulkan pola baru. Kalimat majemuk terdiri dari ;
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang mempunya
hubungan antara pola-pola kalimatnya.
Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu kalimat tunggal yang salah satu bagiannya
diperluas untuk memerpoleh pola baru atau gabungan dua atau lebih kalimat tunggal yang
dimana kedudukan dari masing-masing kalimat tidak setara.
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari unsur inti dan dua unsur
bawahan atau sebaliknya.
Referensi :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/kalimat-dasar-bahasa-indonesia/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-
kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku
sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat
dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah
yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini membahas mengenai pola dasar kalimat
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Pola dasar kalimat bahasa Indonesia : (pengertian dan unsure-unsur kalimat).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan
predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa.
Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
o Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai
oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
o Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu
kata Marshanda.
o Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak
dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini di harapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa
AKPER Pemda cianjur dapat lebih mengetahui dan memahami pola dasar kalimat bahasa indonesia.
Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian
dan pola intonasi akhir. Kalimat terdiri dari berbagai unsur seperti subyek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Sebuah kalimat dikatakan sempurna bila memiliki minimal dua
unsur, yaitu subyek dan predikat.
* Unsur Kalimat…
1. Subyek (S)
Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat.
Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan.
Merupakan jawaban dari pertanyaan “Siapa” atau “Apa”.
Contoh :
o Siwon adalah seorang aktor dan penyanyi.
o Super Junior adalah boyband favoritku.
o Buku itu dibeli oleh Kibum.
2. Predikat (P)
3. Objek (O)
1. Penderita
2. Penerima
3. Tempat
4. Alat
5. Hasil
o Objek Penyerta : objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami
sesuatu.
1. Penderita.
2. Hasil.
4. Keterangan (K)
5. Pelengkap (Pel.)
*Pola Kalimat…
1. S-P
Kibum tidur.
2. S-P-O
3. S-P-Pel
4. S-P-K
5. S-P-O-Pel
6. S-P-O-Pel-K
8. S-P-Pel-K.
Referensi :
http://jurnal-sastra.blogspot.com/2009/02/penelitian-variasi-pola-kalimat-bahasa.html
http://organisasi.org/pengertian_kalimat_dan_unsur_kalimat
http://sitompulke17.wordpress.com/2009/11/03/struktur-kalimat-bahasa-indonesia/
Menurut saya, secara istilah, kedua hal tersebut berbeda. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan soal-
soal tes (terutama tipe soal ujian masuk PTN, seperti SNMPTN, UM UGM, Simak UI, UMB, kedua
istilah itu dapat dipersamakan. Inti kalimat adalah unsur-unsur inti di dalam sebuah kalimat, yaitu
suatu unsur yang wajib ada dalam sebuah struktur kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki subjek
dan predikat. Jadi, inti kalimat adalah SUBJEK dan PREDIKAT. Selain itu, bisa juga OBJEK, tapi dengan
syarat kalimat itu kalimat aktif transitif. Unsur yang bukan inti adalah KETERANGAN. Sebaliknya,
kalimat inti adalah satu jenis kalimat yang memiliki syarat (1) terdiri atas inti-inti kalimat, (2)inti-inti
kalimat itu pun harus merupakan sebuah kata, bukan frasa; dan (3) berintonasi netral.
Misalnya:
Ayah pergi ke Bandung.
Inti kalimat tersebut adalah Ayah pergi, sebab S=ayah dan P=pergi, sedangkan unsur yang bukan inti
adalah ke Bandung sebab merupakan Keterangan. Namun, kalimat tersebut bukan termasuk kalimat
inti, sebab memiliki unsur yang bukan unsur inti, yaitu K=ke Bandung.
Ibu memasak sayur.
Kalimat di atas memiliki unsur inti, yaitu S=ibu, P=memasak, dan O=sayur. Sekaligus juga kalimat
tersebut tergolong ke dalam kalimat inti, sebab semua unsur inti merupakan sebuah kata.
Sering kita jumpai dalam soal tes pertanyaan yang berbunyi Apa kalimat inti dari kalimat luas di atas?
Maksud pertanyaan tersebut berarti kita diminta untuk menentukan inti kalimat, sekaligus juga inti
frasa jika inti kalimat tersebut berupa frasa.
Misalnya: Anak kecil itu sedang berjualan tadi.
Inti kalimatnya adalah S=Anak kecil itu dan P=sedang berjualan. Kata tadi bukan unsur inti sebab
Keterangan. Sebab S dan P masih berupa frasa, kita harus tentukan inti frasanya juga. Inti frasa pada
S=anak, sedangkan pada P=berjualan. Jadi kalimat inti pada kalimat di atas adalah Anak berjualan
JENIS-JENIS PARAGRAF
Dipublikasi pada 14 April 2011 oleh jelajahduniabahasa
1. Paragraf argumentasi
2. Paragraf eksposisi
3. Paragraf deskripsi
4. Paragraf persuasi
5. Paragraf naratif
A. PARAGRAF ARGUMENTASI
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat
untuk menyakinkan pembaca
Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka memenuhi
jalan-jalan utama di pusat kota dengan segala tingkah dan aksinya. Berbagai macam cara
mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan hingga yang
paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara meminta-minta.
Fenomena seperti ini mulai tampak menggejala ketika krisis ekonomi melanda negara kita.
Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di segala sektor/bidang.
B. PARAGRAF DESKRIPSI
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan
tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua
yang ditulis oleh penulis
Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak
disertai dengan opini penulis
Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai
dengan opini penulis
Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya
ruangan, benda,atau tempat
Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita
tersebut
2. Dia memakai rok panjang warna cokelat. Betapa sesuai benar dengan warna blus
panjangnya. Rok dan blusnya seakan-akan menambah keanggunan pribadinya. Jalannya
sungguh santun memikat hati orang yang memandang ( Deskripsi subjektif)
3. Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik, khususnya bagi
wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-
pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam , Pantai Nusa Penida juga
menawarkan keindahan ikan laut yang sedang berenang. Pemda Bali harus menata dan
mengelola Pantai Nusa Penida sebagai tujuan wisata alternatif( Deskripsi objektif/tempat )
4. Jika diumpamakan permata, pesona pantai Nusa Penida bak mutiara yang memantulkan
cahaya putih kekuning-kuningan, namun jika diibaratkan gadis maka pesonanya laksana
sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang kedengarannya seperti berlebihan,
namun itulah sesungguhnya kata yang paling tepat untuk menggambarkan pesona alam
Pantai Nusa penida. (Deskripsi subjektif/tempat)
5. Dalam waktu yang tidak lama. Aku mencoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di
sebelah kiriku, seorang gadis cantik berambut panjang. Sambil melirik, kuperhatikan dia.
Gadis itu berambut pirang, berkulit kuning, dan berbibir tipis ( deskripsi objektif)
6. Tidak lama. Dengan rasa penasaran, kucoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di
sebelah kiriku, seorang gadis berambut panjang menarik hatiku. Sambil melirik, kuperhatikan
dia. Rambutnya pirang, rambutnya kuning indah, matanya memandang sayu, ditambah
dengan bibirnya yang tipis, dia membuat jantungku berdetak hebat. Rasanya, aku
mengenalnya. Tapi di mana ? (deskripsi subjektif)
7. Sungai ciliwung terletak di Jakarta. Sungai ini mengalir di seluruh Jakarta. Sayangnya,
Sungai Ciliwung dipenuhi tumpukan sampah. Tumpukan sampah di sungai dihinggapi lalat.
Lalat-lalat itu selalu berterbangan ke perumahan warga dan membawa berbagai macam
penyakit. Selain itu tumpukan sampah juga menebarkan bau yang sangat menyengat.
Sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan (Deskripsi spasial)
C. PARAGRAF EKSPOSITIF
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan
sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-
jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang
- bersifat nonfiksi/ilmiah
- bertujuan menjelaskan/memaparkan
- berdasarkan fakta
Adalah paragraf yang dimulai dari hal –hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan
dengan kalimat –kalimat pendukung yang khusus
Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan
dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum
- pola perbandingan
Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan
dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung
(jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai
dengan)
- pola pertentangan/kontras
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun,
walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun
begitu)
- pola analogi
Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan
kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai
ilustrasi
Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan
proses terjadinya sesuatu
Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang
bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya,misalnya)
- pola pengembangan difinisi
Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik
memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca
Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan
akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama,
sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab
sebagai perinciannya
1. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni
dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita
maupun sebagai pencegah penyakit.(pola pengembangan definisi)
2. Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini
terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini,
warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun
warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan
dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah
kurang merata. (pola pengembangan contoh)
3. Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa.
Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya.
Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang
rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat
mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa
setempat dengan pengawalan dari pihak LSM (pola pengembangan klasifikasi)
4. Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon.
Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau
buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub – bab, dan paragraf. Tubuh karangan
sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting,
dan paragraf sebanding dengan daun.(pola pengembangan analogi)
5.Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk
pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas dapat diisi dengan berbagai
hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik seperti kertas yang
terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Jadi, membentuk
kepribadian baik seorang anak ibarat menulisi kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat
(analogi)
6. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan paa diri anak dan
lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti
perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu
ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang
sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu sendiri. (pola pengembangan
perbandingan)
D. PARAGRAF PERSUASIF
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau
pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan penulis
- menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca
1. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik lebih
sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan karena
tidak menggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras organik juga
lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya prduksi,
sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi.
Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat
meningkatkan taraf hidup.
2. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam “obat kuat’ untuk
membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil tenang
tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk
meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakn praktik berpidato agar
kita segera memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato.
- Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam
tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan)
1. Pernah suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang
menyuruhku untuk pergi ke arah timur . Aku tidak mengerti apa maksudnya. Sesudah
bangun , keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak terbendung. Aku
harus pergi ke arah timur. Timur…timur mana ? Jakarta Timur? ……( Narasi sugestif)
2. Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu dengan cepat ke
tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke
tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan membacokkan lagi ke tubuh
Tunjungsekar.Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal
(Narasi sugestif)
4. Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka
menikmati hidangan dalam hajatan sunatan di rumah Slamet Riyadi (38), warga Desa Jompo
Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 200 penduduk dari
beberapa desa dibawa ke rumah sakit di puskesmas. Tak ada korban meninggal dalam
musibah tersebut. ( Narasi ekspositoris)