1. Majas Personifikasi
Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan
menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Majas ini
membandingkan benda mati dan manusia. Jadi, intinya adalah pada
kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-orang-kan benda mati.
Contoh: Pensil itu menari –nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang
begitu indah.
Keterangan: pensil adalah benda mati yang sudah pasti tidak bisa menari, tapi
digambarkan benda mati tersebut bisa menari layaknya manusia.
Contoh Majas Personifikasi:
1. Pena itu menari-nari di atas kertas.
2. Lia termenung menatap daun-daun yang berjoget diterpa angin.
3. Leptopku sedang kelelahan karena digunakan semalam suntuk.
4. Pepohonan di hutan itu tampak sedih karena musim kemarau panjang.
5. Lautan biru itu seolah menatapku dalam hening.
6. Aku bisa merasakan dinding-dinding di sekitarku mendengar pembicaraan kita.
7. Baju ini memelukku tubuhku yang kedinginan.
8. Bunga-bunga di taman bercengkerama riang di bawah terik hangat mentari.
9. Aku tidak bisa menemukan jam tanganku, mungkin dia melarikan diri.
10. Jam berjalan dengan sangat lambat.
2. Majas Metafora
Majas metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat
sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu
objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang dibelah
dua.
Keterangan: bak pinang dibelah dua artinya kedua saudara itu memiliki wajah
sangat mirip.
Contoh Majas Asosiasi:
1. Sita dan Siti bak pinang dibelah dua.
2. Harapan Lina akan beasiswa bak gayung bersambut.
3. Pendiriannya memang seperti air di daun talas.
4. Dia sudah lama tidak muncul bagaikan ditelan bumi.
5. Layaknya tiada gading yang tak retak, begitu juga manusia.
6. Nasib kita itu seperti roda yang berputar.
7. Memberi Heni hadiah sama saja seperti menabur garam di lautan.
8. Menasehati kakak beradik itu seperti berbicara dengan tembok.
9. Aku sangat kecewa dengan tindakanmu yang bagaikan duri dalam sekam.
10. Dia sungguh mengecewakan, sikapnya bak pagar makan tanaman.
4. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang
berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak
masuk akal.
Contoh: Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi cucu –
cucunya.
Keterangan: bekerja banting tulang siang malam menunjukkan kesan berlebihan
dari tindakan bekerja keras.
Contoh Majas Hiperbola:
1. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
2. Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.
3. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.
4. Lari marathon sungguh melelahkan sampai kakiku terasa mau lepas.
5. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku.
6. Gadis itu berbicara dengan lantang sampai suaranya memenuhi dunia.
7. Dia menguap sampai aku hampir tertelan.
8. Guruku sangat baik seperti malaikat.
9. Soal matematika ini sangat mudah bagiku, sampai bisa kuselesaikan dalam
sekejap mata.
10. Dia bisa berlari sangat cepat secepat kilat.
5. Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata
yang dianggap kurang baik ata kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus
dan bermakna sepadan.
Contoh: Agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol.
Keterangan: yang dimaksud dengan odol di sini adalah pasta gigi, karena odol
sebetulnya adalah merek dagang dari pasta gigi.
Contoh Majas Metonimia:
1. Ayah suka menghisap gudang garam.
2. Paman memintaku membeli djarum super.
3. Agar tidak mabuk perjalanan, minum dulu antimo sebelum berpergian.
4. Jika sedang akhir bulan, aku biasa makan supermi.
5. Tolong ambilkan aqua dingin, aku haus sekali.
6. Rasanya gerah sekali siang ini, aku ingin minum teh gelas saja.
7. Ayo kita pergi naik honda.
8. Aku ingin terbang naik garuda.
9. Tolong ambilkan nokia milik Kakak di dalam kamar.
10. Jika merasa lemas, Kamu bisa meminum sangobion.
7. Majas Simile
Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata
hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini
tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan
kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan
secara lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari
perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan anak ayam kehilangan
induknya, selalu kebingungan.
Keterangan: bagaikan anak ayam kehilangan induknya menunjukkan adanya
kegiatan yang selalu dalam kebingunan tanpa arah dan tujuan.
Contoh Majas Simile:
1. Sering-seringlah bergaul, agar tidak kurang wawasan, seperti kura-kura dalam
tempurung.
2. Dia selalu saja patuh pada ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk
hidungnya.
3. Lili memang sudah terkenal sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
4. Adikmu tampak sangat lapar, jalannya seperti singa kelaparan.
5. Rapat hari ini sangat kacau, seperti hutan terserang angin ribut.
8. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek
dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Sinekdok pars pro toto (part/ sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda.
Sedangkan sinekdok totem pro parte (total mewakili part/ sebagian) adalah
kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang menunjukkan keseluruhan bagian
yang mewakili hanya pada sebagian benda atau situasi saja.
Contoh:
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang
hidungnya.
Keterangan: batang hidung adalah hanya sebagian dari Riyan, padahal yang
dimaksud adalah Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte: Indonesia telah berhasil mendapatkan 11 medali emas Asian
Games tahun ini.
Keterangan: Indonesia adalah seluruhnya, padahal yang dimaksud mendapat
medali hanya beberapa orang yang mewakili Indonesia saja.
Contoh Majas Sinekdok Pars Pro Toto:
1. Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
2. Ibu membeli tiga ekor ayam untuk pesta nanti malam.
3. Dia hanya menampakkan batang hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
Contoh Majas Sinekdok Totem Pro Parte :
1. Malaysia berhasil mengalahkan Thailand dalam pertandingan bola itu.
2. Amerika Serikat menyerang negara-negara yang dianggapnya berbahaya.
3. China menyatakan bahwa negaranya telah terbuka dalam hubungan internasional.
4. Jepang berhasil menerbangkan rudal tempur terbaru yang diklaim sangat canggih.
5. Sekolahku memenangkan lomba cerdas cermat di Semarang.
10. Majas Simbolik
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan
yang bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Jenis majas
pertentangan dapat dibagi ke dalam beberapa subjenis, meliputi :
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih
sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada
kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang dikatakan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang ramai ini.
Keterangan: sepi dan ramai adalah sesuatu yang bertentangan.
Contoh Majas Paradoks:
1. Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner.
2. Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih.
3. Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
4. Lia merasa malas di tengah kobaran semangat para relawan.
5. Didi merasa bising di ruangan kosong yang sepi ini.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti
bertentangan.
Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan
sebelumnya, dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja.
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta
yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan
maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat.
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara
langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk
memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara
kasar.
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga
cenderung seperti hujatan.
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak
efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.
Keterangan: maju pasti ke depan.
Contoh Majas Pleonasme:
1. Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju.
2. Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke depan.
3. Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu.
4. Kita tidak boleh mundur ke belakang meninggalkan dia sendiria.
5. Bagi yang merasa sudah lengkap berkasnya, bisa masuk ke dalam.
2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam
sebuah kalimat.
Gaya bahasa ini berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang
menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan
yang rendah.
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan
mengulang-ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan
dilakukan di awal, maka disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada
pada bagian akhir kalimat, maka disebut epifora.
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi
atau ujaran tertentu.