Anda di halaman 1dari 123

Majas atau

Gaya
Bahasa:
Pengertian
, 24
Macam
dan
Contoh
PENDIDIKAN • PERGURU
AN TINGGI




 0
Shares

Ada banyak jenis kalimat


yang dikenal dalam
bahasa Indonesia. Salah
satu jenis kalimat yang
sering digunakan adalah
majas. Majas sendiri
memiliki ciri khas dari
gaya bahasa yang
digunakan.

Apa arti / pengertian


majas dan apa saja
macam – macam majas
yang ada? Berikut kita
akan membahas
mengenai pengertian
majas atau gaya bahasa,
contoh kalimat majas dan
juga macam –macam
majas yang sering
digunakan dalam
berbahasa Indonesia.

Daftar Bab  ☰ 

Pengertian
Majas
Pengertian majas adalah
gaya bahasa yang
digunakan untuk
menyampaikan pesan
dengan cara yang
imajinatif atau berupa
kiasan. Sifat majas
secara umum adalah
tidak pada makna yang
sebenarnya atau kiasan
atau bermakna konotasi.
Penggunaan majas
dalam gaya bahasa ini
bertujuan untuk membuat
pembaca bisa
merasakan efek
emosional tertentu dari
gaya bahasa tersebut.
Berbagai jenis majas
sering digunakan sesuai
dengan arah
pembicaraan atau efek
gaya bahasa yang
diinginkan. Itu sebabnya,
dikenal ada banyak jenis
majas dalam bahasa
Indonesia.

Macam
Macam
Majas dan
Contoh
Ada berbagai jenis majas
yang biasa kita gunakan.
Secara garis besar,
macam macam majas ini
dapat dibagi ke dalam
empat kelompok besar,
meliputi : majas
perbandingan,
pertentangan, sindiran,
dan penegasan.
Pembagian ini
didasarkan pada cara
mengungkapkan makna
kiasan dalam gaya
bahasa yang digunakan.

Majas
Perbandingan
Jenis majas
perbandingan meliputi
majas yang
menggunakan gaya
bahasa ungkapan
dengan cara
menyandingkan atau
membandingkan suatu
objek dengan objek yang
lainnya, yakni melalui
proses penyamaan,
pelebihan, atau
penggantian. Di dalam
majas perbandingan ini
pun masih dapat dibagi
ke dalam beberapa sub
jenis, seperti :

1. Majas Personifik
asi
Majas personifikasi
menggunakan gaya
bahasa yang
ungkapannya seakan
menggantikan fungsi
benda mati yang dapat
bersikap seperti manusia.
Majas ini
membandingkan benda
mati dan manusia. Jadi,
intinya adalah pada
kata ‘person’ yang berarti
orang, atau meng-orang-
kan benda mati.
Contoh: Pensil itu
menari –nari di atas
kertas untuk
menghasilkan gambar
yang begitu indah.
Keterangan: pensil
adalah benda mati yang
sudah pasti tidak bisa
menari, tapi digambarkan
benda mati tersebut bisa
menari layaknya
manusia.
Contoh Majas
Personifikasi:
1. Pena itu menari-nari di
atas kertas.
2. Lia termenung
menatap daun-daun yan
g berjoget diterpa angin.
3. Leptopku sedang kele
lahan karena digunakan
semalam suntuk.
4. Pepohonan di hutan
itu tampak sedih karena
musim kemarau panjang.
5. Lautan biru itu
seolah menatapku dala
m hening.
6. Aku bisa
merasakan dinding-
dinding di
sekitarku mendengar pe
mbicaraan kita.
7. Baju ini memelukku tu
buhku yang kedinginan.
8. Bunga-bunga di
taman bercengkerama ri
ang di bawah terik
hangat mentari.
9. Aku tidak bisa
menemukan jam
tanganku, mungkin
dia melarikan diri.
10. Jam
berjalan dengan sangat
lambat.
2. Majas Metafora
Majas metafora adalah
suatu majas yang
menggunakan sebuah
objek yang bersifat sama
dengan pesan yang ingin
disampaikan, melalui
suatu ungkapan. Jadi,
satu objek dibandingkan
dengan objek lain yang
serupa sifatnya, tetapi
bukan manusia.
Contoh: Lily adalah anak
emas di keluarga besar
Pak Badar.
Keterangan: anak emas
adalah ungkapan bagi
orang yang dianggap
kesayangan.
Contoh Majas
Metafora:
1. Mila adalah bunga
desa yang selalu
mengagumkan.
2. Lia selalu
menjadi buah
bibir karena tingkah
lakunya yang urakan.
3. Kita harus waspada
dengan orang itu karena
ia terkenal panjang
tangan.
4. Raja hutan itu memiliki
suara yang paling
menggelegar.
5. Dodi senang sekali
dengan buah
tangan yang diberikan
paman.
6. Ali berusaha keras
untuk mengasilkan buah
pena ini.
7. Tulisan ini adalah buah
pikiran kawan
sekelasku.
8. Sang Raja
Siang memang selalu
membawa kehangatan.
9. Dinda adalah buah
hati pasangan yang
fenomenal itu.
10. Budi hanya bisa
pasrah dianggap
sebagai sampah
masyarakat.
3. Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah
majas yang
menggunakan ungkapan
dengan membandingkan
dua objek berbeda,
namun dianggap sama,
yang dilakukan dengan
pemberian kata sambung
bagaikan, bak, atau
seperti. Perbandingan
dalam majas ini
disampaikan secara
implisit, sehingga
pembaca harus
menganalisa sendiri arti
dari perumpamaan yang
digunakan.
Contoh: Meskipun bukan
saudara kembar, tapi
kakak beradik itu bak
pinang dibelah dua.
Keterangan: bak pinang
dibelah dua artinya
kedua saudara itu
memiliki wajah sangat
mirip.
Contoh Majas
Asosiasi:
1. Sita dan Siti bak
pinang dibelah dua.
2. Harapan Lina akan
beasiswa bak gayung
bersambut.
3. Pendiriannya
memang seperti air di
daun talas.
4. Dia sudah lama tidak
muncul bagaikan
ditelan bumi.
5. Layaknya tiada
gading yang tak retak,
begitu juga manusia.
6. Nasib kita itu seperti
roda yang berputar.
7. Memberi Heni hadiah
sama saja seperti
menabur garam di
lautan.
8. Menasehati kakak
beradik itu seperti
berbicara dengan
tembok.
9. Aku sangat kecewa
dengan tindakanmu
yang bagaikan duri
dalam sekam.
10. Dia sungguh
mengecewakan,
sikapnya bak pagar
makan tanaman.
4. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah
majas yang
mengungkapkan sesuatu
dengan kesan yang
berlebihan, dan bahkan
membandingkan sesuatu
dengan cara yang hampir
tidak masuk akal.

Contoh: Kakek itu


bekerja banting tulang
siang malam untuk
menghidupi cucu –
cucunya.
Keterangan: bekerja
banting tulang siang
malam menunjukkan
kesan berlebihan dari
tindakan bekerja keras.
Contoh Majas
Hiperbola:
1. Dia sudah
terbiasa memeras
keringat untuk
menafkahi keluarga.
2. Luluk girang setengah
mati karena mendapat
lotre.
3. Dinda menangis
sampai air matanya
habis karena kehilangan
dompet.
4. Lari marathon sungguh
melelahkan
sampai kakiku terasa
mau lepas.
5. Suaranya
hampir memecahkan
gendang telingaku.
6. Gadis itu berbicara
dengan lantang
sampai suaranya
memenuhi dunia.
7. Dia menguap
sampai aku hampir
tertelan.
8. Guruku sangat
baik seperti malaikat.
9. Soal matematika ini
sangat mudah bagiku,
sampai
bisa kuselesaikan
dalam sekejap mata.
10. Dia bisa berlari
sangat cepat secepat
kilat.
5. Majas Eufemism
e

Majas eufemisme adalah


majas dengan gaya
bahasa yang
menggantikan kata-kata
yang dianggap kurang
baik ata kurang etis,
dengan padanan kata
yang lebih halus dan
bermakna sepadan.

Contoh: Perusahaan
XYZ mengeluarkan
kebijakan untuk
memberikan kuota
pekerjaan khusus bagi
kaum difabel.
Keterangan: kata difabel
menggantikan frasa yang
dianggap kurang baik,
yakni “orang cacat”.
Contoh Majas
Eufemisme:
1. Dia adalah
seorang tuna daksa.
2. Kita harus menolong
orang yang tuna wisma.
3. Kasihan anak itu, ia
terlahir tuna rungu.
4. Guru itu adalah
seorang difabel, tapi ia
sangat pandai mengajar.
5. Dia terpaksa
mendekam di hotel
prodeo karena
kecelakaan itu.
6. Karena terjerat kasus
korupsi, ia harus
dihadapkan di meja
hijau.
7. Orang tua itu sudah
tidak memiliki sanak
saudara, makanya ia
diletakkan di panti
jompo.
8. Meskipun ia
adalah kaum
marginal, tapi ia memiliki
semangat belajar tinggi.
9. Jika kita bertemu
kaum fakir, kita tidak
boleh menghinanya.
10. Dia
mengalami gangguan
jiwa karena kehilangan
pekerjaan dan keluarga
sekaligus.
6. Majas Metonimi
a

Majas metonimia adalah


majas yang
menggunakan gaya
bahasa dengan
menyandingkan merek
atau istilah tertentu yang
sudah populer, untuk
merujuk benda yang
sebenarnya lebih umum.

Contoh: Agar gigi bersih,


kita harus rajin
menggosok gigi dengan
odol.
Keterangan: yang
dimaksud dengan odol di
sini adalah pasta gigi,
karena odol sebetulnya
adalah merek dagang
dari pasta gigi.
Contoh Majas
Metonimia:
1. Ayah suka
menghisap gudang
garam.
2. Paman memintaku
membeli djarum super.
3. Agar tidak mabuk
perjalanan, minum
dulu antimo sebelum
berpergian.
4. Jika sedang akhir
bulan, aku biasa
makan supermi.
5. Tolong
ambilkan aqua dingin,
aku haus sekali.
6. Rasanya gerah sekali
siang ini, aku ingin
minum teh gelas saja.
7. Ayo kita pergi
naik honda.
8. Aku ingin terbang
naik garuda.
9. Tolong
ambilkan nokia milik
Kakak di dalam kamar.
10. Jika merasa lemas,
Kamu bisa
meminum sangobion.
7. Majas Simile
Majas Simile ini bisa
dikatakan menyerupai
majas asosiasi yang
menggunakan kata
hubung berupa : bak,
bagaikan, atau seperti.
Hanya bedanya, pada
majas simile ini tidak
membandingkan dua
objek yang berbeda,
melainkan
membandingkan
kegiatan dengan
menggunakan ungkapan
yang maknanya serupa
dan disampaikan secara
lebih lugas atau eksplisit.
Jadi pembaca langsung
bisa menebak arti dari
perumpamaan yang
digunakan.

Contoh: Setelah
kehilangan kakaknya,
Dito bagaikan anak ayam
kehilangan induknya,
selalu kebingungan.
Keterangan: bagaikan
anak ayam kehilangan
induknya menunjukkan
adanya kegiatan yang
selalu dalam kebingunan
tanpa arah dan tujuan.
Contoh Majas
Simile:
1. Sering-seringlah
bergaul, agar tidak
kurang wawasan,
seperti kura-kura dalam
tempurung.
2. Dia selalu saja patuh
pada ketua geng itu,
seperti kerbau yang
ditusuk hidungnya.
3. Lili memang sudah
terkenal sebagai
pemalas,
seperti beruang di
musim dingin.
4. Adikmu tampak sangat
lapar, jalannya
seperti singa kelaparan.
5. Rapat hari ini sangat
kacau, seperti hutan
terserang angin ribut.
8. Majas Alegori
Majas alegori adalah
majas dengan gaya
bahasa yang
menyandingkan suatu
objek dengan kata-kata
kiasan bermakna
konotasi atau ungkapan.
Contoh: Dalam bahtera
rumah tangga, suami
adalah nakhodanya.
Keterangan: kata suami
diungkapkan sebagai
nahkoda, yang
bermaksud sebagai
pemimpin keluarga.
Contoh Majas
Alegori:
1. Jika sudah sampai
pada dermaga kehidupa
n, pada anaklah kita
akan berlabuh.
2. Ani sedang
mencari pelabuhan cinta
nya, dan pada Adilah
ia berlabuh.
3. Dalam pertarungan m
encari jati diri, diri kita
sendirilah petarungnya, 
dan orang tua
adalah pelatihnya.
4. Pertandingan politik
ini,
membutuhkan kapten ya
ng tepat.
5. Di
dalam perlombaan mem
enangkan
hati, jurinya adalah
perasaan.
9. Majas Sinekdok
Gaya bahasa sinekdok
ini menunjukkan adanya
perwakilan dalam
mengungkapkan
sesuatu. Agar lebih jelas,
kita bisa melihat pada
pembagian majas
sinekdok ini, di mana
majas ini masih terbagi
lagi dalam dua macam,
yaitu sinekdok pars pro
toto dan sinekdok totem
pro parte.

Sinekdok pars pro


toto (part/ sebagian
mewakili total) adalah
gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian
unsur dengan maksud
mewakili keseluruhan
benda.
Sedangkan sinekdok
totem pro parte (total
mewakili part/ sebagian)
adalah kebalikannya,
yaitu berupa gaya
bahasa yang
menunjukkan
keseluruhan bagian yang
mewakili hanya pada
sebagian benda atau
situasi saja.
Contoh:
Pars pro Toto: Selama
seminggu ini, Riyan
belum juga
menampakkan batang
hidungnya.
Keterangan: batang
hidung adalah hanya
sebagian dari Riyan,
padahal yang dimaksud
adalah Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte:
Indonesia telah berhasil
mendapatkan 11 medali
emas Asian Games
tahun ini.

Keterangan: Indonesia
adalah seluruhnya,
padahal yang dimaksud
mendapat medali hanya
beberapa orang yang
mewakili Indonesia saja.
Contoh Majas
Sinekdok Pars Pro
Toto:
1. Kita hanya perlu
mewakilkan
satu kepala saja dalam
rapat ini.
2. Ibu membeli
tiga ekor ayam untuk
pesta nanti malam.
3. Dia hanya
menampakkan batang
hidungnya sebentar
saja, lalu pergi.
Contoh Majas
Sinekdok Totem Pro
Parte :
1. Malaysia berhasil
mengalahkan Thailand d
alam pertandingan bola
itu.
2. Amerika
Serikat menyerang
negara-negara yang
dianggapnya berbahaya.
3. China menyatakan
bahwa negaranya telah
terbuka dalam hubungan
internasional.
4. Jepang berhasil
menerbangkan rudal
tempur terbaru yang
diklaim sangat canggih.
5. Sekolahku memenang
kan lomba cerdas cermat
di Semarang.
10. Majas Simbolik
Majas simbolik
menggunakan gaya
bahasa yang
membandingkan antara
manusia dengan sikap
makhluk hidup lain dalam
bentuk ungkapan.

Contoh: Silvi adalah
bunga desa yang banyak
memiliki kelebihan.
Keterangan: bunga desa
menunjukkan sosok yang
banyak dikagumi.
Contoh Majas
Simbolik:
1. Rian sangat berani
seperti raja hutan.
2. Dina disebut-sebut
sebagai kembang
desa yang dikagumi
semua pria.
3. Lisa seperti ratu
lebah yang dipuja oleh
banyak orang.
4. Dian yang masih
menyendiri hingga
sekarang memang layak
dianggap bunga teratai,
indah tapi susah
dijangkau.
Majas
Pertentangan
Majas pertentangan
merupakan suatu bentuk
gaya bahasa dengan
kata-kata kiasan yang
bertentangan dengan
yang dimaksudkan
sesungguhnya. Jenis
majas pertentangan
dapat dibagi ke dalam
beberapa subjenis,
meliputi :

1. Majas Litotes

Majas litotes adalah


majas yang berkebalikan
dengan majas hiperbola,
tetapi lebih sempit pada
ungkapan yang bertujuan
untuk merendahkan diri,
dan pada kenyataannya
yang dimaksud tidak
seperti yang dikatakan.

Contoh: Jika ada waktu,


sudilah kiranya mampir
ke gubuk kami.
Keterangan: gubuk yang
dimaksud adalah rumah,
sekali pun sebetulnya
bukan berbentuk gubuk
melainkan rumah yang
sudah memiliki bangunan
kokoh.
Contoh Majas
Litotes:
1. Apalah daya kami
hanya bisa
menyediakan pondok
sederhana ini untuk
kalian.
2. Silahkan
dinikmati makanan
seadanya ini.
3. Ini uang tanda terima
kasih sekedar untuk
mengganti ongkos
pulsa.
4. Ya, baru mobil
butut ini yang bisa kami
beli.
5. Semoga kalian bisa
nyaman
dengan alas sederhana
ini.
2. Majas Paradoks

Majas paradoks adalah


majas dengan ungkapan
membandingkan situasi
asli atau fakta dengan
situasi yang
berkebalikan.

Contoh: Aku merasa


sepi di tengah – tengah
pesta yang ramai ini.
Keterangan: sepi dan
ramai adalah sesuatu
yang bertentangan.
Contoh Majas
Paradoks:
1. Dia
merasa lapar, padahal
tinggal di pusat kuliner.
2. Dia tersenyum, meski
hatinya sedih karena
ditinggal sang kekasih.
3. Ani tetap
saja menangis, ketika
orang-orang di
sekitarnya tertawa.
4. Lia merasa malas di
tengah
kobaran semangat para
relawan.
5. Didi merasa bising di
ruangan kosong
yang sepi ini.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah
majas yang memadukan
pasangan kata yang
memiliki arti
bertentangan.

Contoh: Baik buruk


semua ada balasan yang
setimpal.
Keterangan: kata baik
dan buruk adalah dua
makna yang
bertentangan dan saling
disandingkan.
Contoh Majas
Antitesis:
1. Besar kecil kue ini
tetap enak rasanya.
2. Tinggi
rendah martabat kita
tergantung pada tingkat
laku kita.
3. Orang akan
menilai baik buruk diri
kita dari sikap kita
kepada mereka.
4. Sangat penting untuk
menilai orang
berdasarkan benar
salah perbuatan mereka.
5. Suka benci itu adalah
hak kita untuk mengatur
perasaan kita sendiri.
6. Kita harus selalu
menyapa kawan
kita, lupa atau
ingat mereka pada kita.
7. Sehat sakit itu adalah
anugerah yang harus kita
syukuri.
8. Cepat lambat kita pasti
akan mendapatkan
rejeki.
9. Hidup mati manusia
berada di tangah Tuhan.
10. Gemuk kurus bagiku
semua wanita itu cantik
selama ia memiliki sikap
santun.
4. Majas Kontradik
si Interminis

Adalah gaya bahasa


dengan ungkapan
menyangkal ujaran yang
telah dipaparkan
sebelumnya, dan
biasanya diikuti
konjungsi, seperti kata
kecuali atau hanya saja.

Contoh Majas
Kontradiksi
Interminis:
1. Kota – kota besar ini
semakin mewah, kecuali 
kota – kota
pinggiran yang
semakin tersisih.
2. Pesta ini
sangat meriah, hanya
saja di sudut kolam itu
terlihat sepi.
3. Burung-burung di sini
sangat cantik, kecuali
burung kecil yang
sedang terluka itu
terlihat buruk.
4. Hewan ternak milik Pak
Sugi sehat –
sehat, hanya saja ada
beberapa ternak
yang sakit – sakitan.
5. Mobil-mobil di dealer ini
sangat modern, kecuali
satu mobil yang ada di
ujung sana terlihat kuno.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah
kelompok macam majas
yang menggunakan kata-
kata kiasan yang
tujuannya adalah untuk
menyindir seseorang
atau perilaku dan kondisi
tertentu. Jenis majas
sindiran terbagi ke dalam
tiga subjenis, meliputi :

1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas
yang menggunakan kata-
kata bertentangan
dengan fakta yang ada
dengan maksud
menyindir. Jadi, seperti
memuji di awal, tapi
menunjukkan maksud
sebenarnya (yakni
menyindir) di akhir
kalimat.

Contoh Majas Ironi:


1. Bersih sekali tempat
ini, sampai –sampai bisa
jadi sarang tikus.
2. Wangi sekali bajumu,
sampai
banyak lalat yang meng
erubuti.
3. Besar sekali kadomu,
sampai
bisa dimasukkan dalam
kantong celana.
4. Sepertinya dietmu
sukses, berat
badanmu naik hingga 10
kg.
5. Kakaknya baik sekali, 
mengantarkan adik ke
sekolah saja enggan.
6. Santun sekali kamu,
berbicara saja
pakai membentak-
bentak.
7. Pandai sekali kamu,
matematika bisa
mendpatkan nilai nol
besar.
8. Rajin sekali adikku ini,
matahari sudah di tengah
kepala baru bangun.
9. Cepat sekali larimu,
dibandingkan
dengan kura-kura saja
sama.
10. Pengertian sekali
kamu, ada tamu tidak
pernah dijamu.
2. Majas Sinisme
Majas sinisme ini
menggunakan gaya
bahasa yang
menyampaikan sindiran
secara langsung pada
hal yang disindir. Sinisme
tidak menggunakan
ungkapan untuk
memperhalus sindiran
seperti ironi, namun
sindiran juga tidak
disampaikan secara
kasar.
Contoh Majas
Sinisme:
1. Kotor sekali kamarmu
sampai debu debu
bertebaran di mana
-mana.
2. Apek sekali bantal ini
seperti tidak pernah
dicuci.
3. Kurus sekali kamu
seperti orang yang sudah
tidak makan setahun.
4. Kamu memang
sangat malas, tidak
pernah mau
membersihkan rumah.
5. Dia itu
sangat pelit, tidak
pernah mau berbagi.
3. Majas Sarkasme
Majas ini menyampaikan
sindiran secara langsung
dan sifatnya kasar,
sehingga cenderung
seperti hujatan.
Contoh Majas
Sarkasme:
1. Dia hanyalah sampah
masyarakat yang tak
berguna!
2. Dia itu sangat
dungu dan tidak tahu
apa-apa.
3. Anak itu
sangat tolol sehingga
membuatku muak.
4. Masakan ini rasanya
sungguh membuatku
ingin muntah.
5. Pestanya
sungguh kacau sehingga
aku tidak bisa
menikmatinya.
6. Burung itu
memang buruk
rupa sehingga tidak ada
yang mau membelinya.
7. Dodo dikenal sebagai
orang yang sangat jorok.
8. Bangunan ini
sudah reot dan kumuh s
eperti tempat
pembuangan sampah.
9. Suara penyanyi
ini sangat jelek
membuat telingaku
sakit.
10. Buku ini jelek
sekali, aku pusing dibua
tnya.
Majas
Penegasan
Majas penegasan adalah
jenis gaya bahasa yang
dibuat dengan tujuan
untuk meningkatkan
pengaruh kepada para
pembaca atau
pendengarnya agar
menyetujui ujaran atau
kejadian yang
diungkapkan. Majas
penegasan dapat dibagi
ke dalam tujuh subjenis,
yang meliputi :

1. Majas Pleonasm
e
Majas ini menggunakan
kata-kata yang
maknanya sama,
sehingga terkesan tidak
efektif, namun hal ini
sengaja dilakukan untuk
menegaskan suatu hal.

Contoh: Kita harus maju


ke depan agar bisa
menjelaskan pada teman
sekelas.
Keterangan: maju pasti
ke depan.
Contoh Majas
Pleonasme:
1. Silahkan angkat
tangan ke atas bagi
yang setuju.
2. Bagi yang merasa
mampu mengerjakan
soal ini boleh maju ke
depan.
3. Kita harus selalu
mengingat sejarah di
masa lalu.
4. Kita tidak
boleh mundur ke
belakang meninggalkan
dia sendiria.
5. Bagi yang merasa
sudah lengkap
berkasnya, bisa masuk
ke dalam.
2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi
dilakukan dengan
mengulang kata-kata
yang ada dalam sebuah
kalimat.

Contoh Majas
Repetisi:
1. Dia adalah
pelakunya, dia si pencuri
itu, dialah yang
mengambil jam tangan
milikmu.
2. Saya ingin berubah,
saya ingin rajin
belajar, saya ingin
pintar, saya ingin
menjadi orang sukses.
3. Lili adalah gadis
cantik, Lili adalah gadis
baik, Lili adalah gadis
yang sempurna.
4. Siti begitu
baik, Siti begitu
mulia, Siti-lah yang
selalu menolongku setiap
kali aku ada masalah.
5. Buku ini buku yang
bagus, buku ini sangat
istimewa, buku inilah
yang mampu merubah
sudut pandangku.
6. Di tempat ini aku
pertama kali bertemu
dengannya, di tempat
ini aku berkenalan, di
tempat ini aku selalu
menunggunya, di
tempat ini pula ia
meninggalkanku.
7. Rumah ini adalah
tempat paling
nyaman, rumah
ini adalah tempat paling
istimewa, rumah
inilah tempat tinggalku
satu-satunya.
8.  Gadis itu telah
berhasil
merayuku, gadis
itu berhasil memikat
hatiku, gadis itulah yang
selalu mengisi ingatanku.
9. Komputer inilah yang
selalu
menemaniku, komputer
inilah yang
mengatarkanku pada
kesuksesan, komputer
ini sudah seperti
saudaraku.
10. Kota ini adalah
tempat kelahiranku, kota
ini tempatku dibesarkan,
dan di kota ini pula aku
akan mati.
3. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan
dengan memberikan
penegasan dalam bentuk
kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu
dijawab.
Contoh Majas
Retorika:
1. Kapan Aku pernah
memintamu untuk
membohongiku?
2. Apa ada orang yang
mau ditipu?
3. Siapa yang rela jika
harus kehilangan orang
yang dikasihinya?
4. Apa kita pernah
meminta mendapatkan
semua keberkahan ini?
5. Kapan Aku memintamu
untuk iri kepadaku?
6. Siapa yang tidak ingin
hidup makmur dan
sejahtera?
7. Siapa yang senang bila
keluarganya berantakan?
8. Siapa yang tidak
berduka bila rumahnya
kebakaran?
9. Apa kita pernah
meminta seorang
pemimpin yang hanya
memikirkan diri sendiri?
10. Siapa yang tidak
ingin mendapat
pemimpin yang amanah?
4. Majas Klimaks
Majas ini mengurutkan
sesuatu dari tingkatan
yang rendah ke tinggi.

Contoh Majas
Klimaks:
1. Bayi, anak kecil,
remaja, hingga orang
tua seharusnya memiliki
kehidupan yang layak
dan sejahtera.
2. PAUD, TK, SD, SMP,
SMA, kita harus bisa
menyisipkan pendidikan
karakter di setiap
tahapannya.
3. Kecil, sedang,
besar, semua buah ini
akan kubeli.
4. S, L, M, XL, XXL, kita
semua memiliki ukuran
pakaian itu.
5. Anak-anak, muda,
tua, bisa menikmati
fasilitas yang kami
berikan ini.
6. Masyarakat
di pelosok, desa,
kota, sudah selayaknya
mendapat kesejahteraan
hidup yang baik.
5. Majas Antiklima
ks
Gaya bahasa ini
berkebalikan dengan
klimaks, yakni gaya
bahasa yang
menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan
suatu tingkatan dari tinggi
ke tingkatan yang
rendah.

Contoh Majas
Antiklimaks:
1. Masyarakat modern,
desa, hingga yang
pelosok seharusnya
memiliki akses
kesehatan yang layak.
2. Lansia, dewasa,
remaja, anak-anak, juga
bayi, boleh datang ke
pesta yang kita adakan.
3. Tua, muda, juga anak-
anak punya hak yang
sama untuk bahagia.
4. Ukuran jumbo,
sedang, kecil, tersedia
di toko kami.
5. S3, S2. S1. juga
D3, boleh mendaftarkan
diri di perusahaan ini.
6. Majas Pararelis
me
Gaya bahasa paralelisme
biasanya terdapat dalam
puisi, yang dilakukan
dengan mengulang-ulang
sebuah kata di dalam
berbagai definisi
berbeda. Jika
pengulangan dilakukan di
awal, maka disebut
sebagai anafora. Namun,
jika kata yang diulang
ada pada bagian akhir
kalimat, maka disebut
epifora.

Contoh Majas
Paralelisme:
Cinta itu sabar.
Cinta itu lemah lembut.
Cinta itu memaafkan.
Cinta itu tidak
serakah.
Kasih itu penyabar.
Kasih itu tidak pernah
marah.
Kasih itu selalu mengerti.
Yang terbaik itu cinta.
Yang terkasih itu cinta.
Yang paling sempurna
itu cinta.
Perempuan paling hebat
itulah ibuku.
Perempuan yang penuh
kasih sayang
itulah ibuku.
Perempuan yang penuh
pengertian adalah ibuku.
Perempuan paling
sempurna adalah ibuku.
7. Majas Tautologi
Majas ini menggunakan
kata-kata yang memiliki
sinonim untuk
menegaskan kondisi atau
ujaran tertentu.
Contoh Majas
Tautologi:
1. Hidup akan
terasa aman, damai,
dan tenteram, apabila
kita semua bisa saling
menghormati.
2. Dia adalah gadis yang
penuh dengan kasih,
sayang, dan cinta.
3. Gadis di pelaminan itu
adalah gadis
yang cantik, manis, dan
anggun.
4. Suasana di pesta ini
sangat ramai, meriah,
gegap gempita.
5. Kelas ini terasa
begitu sepi, sunyi,
senyap, tidak ada yang
hadir.
6.  Aku menyukai anak
yang ceria, gembira,
riang, dan penuh suka
cita itu.
7. Jika memilih baju, ia
selalu memilih
yang modis, elegan,
modern, dan gaya.
8. Lili itu anak yang
sangat rajin, disiplin,
patuh, tidak pernah
terlambat.
9. Cahaya bulan malam
ini tampak terang
benderang bercahaya.
10. Gerakan tarian itu
tampak lemah lembut,
gemulai, dan begitu
meliuk.
11. Kita tidak bisa
mempercayai penjahat,
perampok, penjambret,
dan pencuri, seperti dia.

Anda mungkin juga menyukai