0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
76 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai berbagai jenis majas dan contoh-contohnya, yaitu:
1. Jenis-jenis majas seperti denotasi, konotasi, personifikasi, metafora, asosiasi, hiperbola, eufemisme, metonimia, alegori, simbolik, litotes, paradoks, antitesis, kontradiksi interminis, ironi, sinisme, sarkasme, pleonasme, repetisi, retorika, klimaks, dan antik
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Analisis Kalimat Denotasi, Konotasi, dan Gaya Bahasa.docx
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai berbagai jenis majas dan contoh-contohnya, yaitu:
1. Jenis-jenis majas seperti denotasi, konotasi, personifikasi, metafora, asosiasi, hiperbola, eufemisme, metonimia, alegori, simbolik, litotes, paradoks, antitesis, kontradiksi interminis, ironi, sinisme, sarkasme, pleonasme, repetisi, retorika, klimaks, dan antik
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai berbagai jenis majas dan contoh-contohnya, yaitu:
1. Jenis-jenis majas seperti denotasi, konotasi, personifikasi, metafora, asosiasi, hiperbola, eufemisme, metonimia, alegori, simbolik, litotes, paradoks, antitesis, kontradiksi interminis, ironi, sinisme, sarkasme, pleonasme, repetisi, retorika, klimaks, dan antik
Analisis Kalimat Denotasi, Konotasi, dan Gaya Bahasa
A. DENOTASI Kalimat denotasi merupakan kalimat yang merujuk pada makna yang sebenarnya. Maka yang dimaksud di sini adalah, kalimat denotasi tidak menyembunyikan makna khusus atau memiliki arti lain, karena kalimat denotasi adalah menyampaikan apa yang sebenarnya tertulis di dalam kalimat. Contoh: 1. Arya memiliki tangan yang panjang, lebih panjang, lebih panjang dari dari tangan manusia umumnya. 2. Melihat pembantunya sedang mengepel lantai, Rani mengangkat kaki ke atas meja. 3. Ular, kadal,dan beberapa jenis hewan reptil lainya adalah hewan berdarah dingin. B. KONOTASI Kalimat konotasi merupakan kalimat yang memiliki makna ekplisit atau makna yang bukan sebenarnya.kalimat konotasi biasanya mengandung ungkapan atau kiasan tertentu. Contoh: 1. Fara hidup sebatang kara di kota rantau. Sebatang kara = sendirian 2. Tidak ada yang tahu bahwa Hamid adalah serigala berbulu domba. Serigala berbulu domba = penjahat yang berpura-pura baik 3. Waspadalah terhadap musuh di dalam selimut. Musuh dalam selimut = musuh yang berpura-pura menjadi teman C. GAYA BAHASA 1. Majas Perbandingan A. Majas Personifikasi Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan manusia. Contoh: 1. Pena itu menari-nari di atas kertas. 2. Lia termenung menatap daun-daun yang berjoget diterpa angin. 3. Leptopku sedang kelelahan karena digunakan semalam suntuk. B. Majas Metafora Majas metapora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia. Contoh: 1. Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang tangan. 2. Raja hutan itu memiliki suara yang paling menggelegar. 3. Dodi senang sekali dengan buah tangan yang diberikan paman. C. Majas Asosiasi Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti. Contoh 1. Sita dan Siti sangat mirip bak pinang dibelah dua. 2. Harapannya terpenuhi sesuai keinginan bak gayung bersambut. 3. Penderitaannya memang mudah berubah seperti air di daun talas. D. Majas Hiperbola Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal. Contoh: 1. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarganya. 2. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet. 3. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku. E. Majas Eufemisme Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata yang dianggap kurang baik atau kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus dan bernakna sepadan. Contoh: 1. Kita harus menolong orang yang tuna wisma. 2. Kasihan anak itu, ia terlahir tuna rungu. 3. Guru itu adalah seorang difabel, tapi ia sangat pandai mengajar. F. Majas Metonimia Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk merajuk benda yang sebenarnya lebih umum. Contoh: 1. Ayah suka menghisap gudang garam. 2. Paman memintaku membeli djarum super. 3. Agar tidak mabuk perjalanan, minum dulu antimo sebelum bepergian. G. Majas Alegori Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan. Contoh: 1. Ani sedang mencari palabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh. 2. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat. 3. Di dalam perlombaan hati, jurinya adalah perasaan. H. Majas Simbolik Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan. Contoh: 1. Rian sangat berani seperti raja hutan. 2. Lisa seperti ratu lebah yang dipuja oleh banyak orang. 3. Dina disebut-sebut sebagai kembang desa yang dikagumi semua pria. 2. Majas Pertentangan A. Majas Litotes Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang dikatakan. Contoh: 1. Silahkan dinikmati makanan seadanya ini. 2. Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini. 3. Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli. B. Majas Paradoks Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikan. Contoh: 1. Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner. 2. Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa. 3. Didi merasa bising di ruangan kosong yang sepi ini. C. Majas Antitesis Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan. Contoh: 1. Besar kecil kue ini tetap enak rasanya. 2. Tinggi rendah martabat kita tergantung pada tingkah laku kita. 3. Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka. D. Majas Kontradiksi Interminis Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya, dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja. Contoh: 1. Kota-kota besar ini semakin mewah, kecuali kota-kota pinggiran yang semakin tersisih. 2. Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi. 3. Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu terlihat buruk. 3. Majas sindiran A. Majas Ironi Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tetapi menunjukkan maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat. Contoh: 1. Bersih sekali tempat ini, sampai-sampai bisa jadi sarang tikus. 2. Wangi sekalih bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuni. 3. Cepat sekalih larimu, dibandingkan dengan kura-kura saja sama. B. Majas Sinisme Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar. Contoh: 1. Kotor sekali kamarmu sampai debu-debu bertebaran di mana-mana. 2. Apek sekali bantal ini seperti tidak pernah dicuci. 3. Dia itu sangat pelit, tidak pernah mau berbagi. C. Majas Sarkasme Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung seperti hujatan. Contoh: 1. Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna. 2. Dia itu sangat dungu dan tidak tahu apa-apa. 3. Masakan ini rasanya sungguh membuatku ingin muntah. 4. Majas Penegasan A. Majas Pleonasme Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk menengaskan suatu hal. Contoh: 1. Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju. 2. Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke depan. 3. Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu. B. Majas Repetisi Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat. Contoh: 1. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu. 2. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingi pintar, saya ingin menjadi menjadi orang sukses. 3. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna. C. Majas Retorika Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang sesungguhnya tidak perlu dijawab. Contoh: 1. Kapan aku pernah memintamu untuk membohongiku? 2. Apa ada orang yang mau ditipu? 3. Kapan aku memintamu untuk iri kepadaku? D. Majas Klimaks Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi. Contoh: 1. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera. 2. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan ku beli. 3. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini. E. Majas Antiklimaks Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkat yang tinggi ke tingkata yang rendah. Contoh: 1. Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan yang layak. 2. Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia. 3. S3, S2, S1, juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini. F. Majas Tautologi Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi atau ujaran tertentu. Contoh: 1. Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta. 2. Gadis di pelaminan itu adalah gadis yang cantik, manis, dan anggun. 3. Suasana di pesta ini sanga tramai, meriah, gegap gempita.