Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurmala

Nim : 01184076

Prodi: : HTN 3

Analisis Kalimat Denotasi, Konotasi, dan Gaya Bahasa


A. DENOTASI
Kalimat denotasi merupakan kalimat yang merujuk pada makna yang sebenarnya.
Maka yang dimaksud di sini adalah, kalimat denotasi tidak menyembunyikan
makna khusus atau memiliki arti lain, karena kalimat denotasi adalah
menyampaikan apa yang sebenarnya tertulis di dalam kalimat.
Contoh:
1. Arya memiliki tangan yang panjang, lebih panjang, lebih panjang dari dari
tangan manusia umumnya.
2. Melihat pembantunya sedang mengepel lantai, Rani mengangkat kaki ke atas
meja.
3. Ular, kadal,dan beberapa jenis hewan reptil lainya adalah hewan berdarah
dingin.
B. KONOTASI
Kalimat konotasi merupakan kalimat yang memiliki makna ekplisit atau makna
yang bukan sebenarnya.kalimat konotasi biasanya mengandung ungkapan atau
kiasan tertentu.
Contoh:
1. Fara hidup sebatang kara di kota rantau.
 Sebatang kara = sendirian
2. Tidak ada yang tahu bahwa Hamid adalah serigala berbulu domba.
 Serigala berbulu domba = penjahat yang berpura-pura baik
3. Waspadalah terhadap musuh di dalam selimut.
 Musuh dalam selimut = musuh yang berpura-pura menjadi
teman
C. GAYA BAHASA
1. Majas Perbandingan
A. Majas Personifikasi
Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan
menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.
Majas ini membandingkan benda mati dan manusia.
Contoh:
1. Pena itu menari-nari di atas kertas.
2. Lia termenung menatap daun-daun yang berjoget diterpa angin.
3. Leptopku sedang kelelahan karena digunakan semalam suntuk.
B. Majas Metafora
Majas metapora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu
ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa
sifatnya, tetapi bukan manusia.
Contoh:
1. Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang
tangan.
2. Raja hutan itu memiliki suara yang paling menggelegar.
3. Dodi senang sekali dengan buah tangan yang diberikan paman.
C. Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan
membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang
dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contoh
1. Sita dan Siti sangat mirip bak pinang dibelah dua.
2. Harapannya terpenuhi sesuai keinginan bak gayung bersambut.
3. Penderitaannya memang mudah berubah seperti air di daun talas.
D. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan
yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang
hampir tidak masuk akal.
Contoh:
1. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarganya.
2. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.
3. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku.
E. Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan
kata-kata yang dianggap kurang baik atau kurang etis, dengan padanan
kata yang lebih halus dan bernakna sepadan.
Contoh:
1. Kita harus menolong orang yang tuna wisma.
2. Kasihan anak itu, ia terlahir tuna rungu.
3. Guru itu adalah seorang difabel, tapi ia sangat pandai mengajar.
F. Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan
menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk
merajuk benda yang sebenarnya lebih umum.
Contoh:
1. Ayah suka menghisap gudang garam.
2. Paman memintaku membeli djarum super.
3. Agar tidak mabuk perjalanan, minum dulu antimo sebelum bepergian.
G. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan
suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Contoh:
1. Ani sedang mencari palabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
2. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
3. Di dalam perlombaan hati, jurinya adalah perasaan.
H. Majas Simbolik
Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara
manusia dengan sikap makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
Contoh:
1. Rian sangat berani seperti raja hutan.
2. Lisa seperti ratu lebah yang dipuja oleh banyak orang.
3. Dina disebut-sebut sebagai kembang desa yang dikagumi semua pria.
2. Majas Pertentangan
A. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola,
tetapi lebih sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan
diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang
dikatakan.
Contoh:
1. Silahkan dinikmati makanan seadanya ini.
2. Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini.
3. Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli.
B. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan
situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikan.
Contoh:
1. Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner.
2. Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
3. Didi merasa bising di ruangan kosong yang sepi ini.
C. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang
memiliki arti bertentangan.
Contoh:
1. Besar kecil kue ini tetap enak rasanya.
2. Tinggi rendah martabat kita tergantung pada tingkah laku kita.
3. Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada
mereka.
D. Majas Kontradiksi Interminis
Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah
dipaparkan sebelumnya, dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata
kecuali atau hanya saja.
Contoh:
1. Kota-kota besar ini semakin mewah, kecuali kota-kota pinggiran
yang semakin tersisih.
2. Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
3. Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang
sedang terluka itu terlihat buruk.
3. Majas sindiran
A. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan
dengan fakta yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di
awal, tetapi menunjukkan maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir
kalimat.
Contoh:
1. Bersih sekali tempat ini, sampai-sampai bisa jadi sarang tikus.
2. Wangi sekalih bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuni.
3. Cepat sekalih larimu, dibandingkan dengan kura-kura saja sama.
B. Majas Sinisme
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran
secara langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan
ungkapan untuk memperhalus sindiran, namun sindiran juga tidak
disampaikan secara kasar.
Contoh:
1. Kotor sekali kamarmu sampai debu-debu bertebaran di mana-mana.
2. Apek sekali bantal ini seperti tidak pernah dicuci.
3. Dia itu sangat pelit, tidak pernah mau berbagi.
C. Majas Sarkasme
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar,
sehingga cenderung seperti hujatan.
Contoh:
1. Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna.
2. Dia itu sangat dungu dan tidak tahu apa-apa.
3. Masakan ini rasanya sungguh membuatku ingin muntah.
4. Majas Penegasan
A. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga
terkesan tidak efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk
menengaskan suatu hal.
Contoh:
1. Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju.
2. Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke
depan.
3. Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu.
B. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada
dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam
tangan milikmu.
2. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingi pintar, saya
ingin menjadi menjadi orang sukses.
3. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis
yang sempurna.
C. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk
kalimat tanya, yang sesungguhnya tidak perlu dijawab.
Contoh:
1. Kapan aku pernah memintamu untuk membohongiku?
2. Apa ada orang yang mau ditipu?
3. Kapan aku memintamu untuk iri kepadaku?
D. Majas Klimaks
Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi.
Contoh:
1. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki
kehidupan yang layak dan sejahtera.
2. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan ku beli.
3. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan
ini.
E. Majas Antiklimaks
Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkat yang tinggi ke tingkata yang
rendah.
Contoh:
1. Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki
akses kesehatan yang layak.
2. Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.
3. S3, S2, S1, juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini.
F. Majas Tautologi
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk
menegaskan kondisi atau ujaran tertentu.
Contoh:
1. Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
2. Gadis di pelaminan itu adalah gadis yang cantik, manis, dan anggun.
3. Suasana di pesta ini sanga tramai, meriah, gegap gempita.

Anda mungkin juga menyukai