B. Metode Perhitungan
Metode MPN (Most Probable Number)
Metode perhitungan MPN memiliki prinsip kerja dengan menggunakan larutan sebagai
media pertumbuhan atau disebut sebagai media cair (broth) yang ditempatkan dalam tabung
reaksi. Hasil perhitungannya dilakukan dengan melihat jumlah tabung yang positif gas.
Umumnya setiap pengenceran digunakan 3-5 buah tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan
menunjukan ketelitian yang lebih tinggi.
Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beberapa tabung ditumbuhi satu
sel saja sedangkan tabung lain tidak mengandung sel. Setelah inkubasi diharapkan pada beberapa
tabung terjadi pertumbuhan (+) sedangkan lainnya (-). Pemilihan kombinasi yaitu berdasrkan
pada pengenceran terakhir dimana semua tabung memberikan reasi positif, kemudian diambil
dua pengenceran berikutnya.
Perhitungan koloni bakteri berdasarkan atas aktivitas bakteri tersebut dalam melakukan
metabolisme. Metode ini disebut juga sebagai APM (Most Probable Number). Bahan uji yang
akan dihitung populasi diencerkan beberapa kali, dilanjutkan dengan inokulasi hasil pengenceran
tersebut dalam media tertentu yang dapat mendeteksi adanya aktifitas metabolisme bakteri uji.
Hasil yang diperoleh kemudian dirujuk pada table APM atau MPN, sehingga populasi dapat
diketahui dengan pendekatan tersebut.
Metode APM atau MPN sering dipakai untuk menghitung jumlah populasi bakteri E.coli
dalam air limbah, karena kemampuannya dalam melakukan fermentasi dalam substrat media cair
lactose Broth. Metabolitnya berupa gas karbon dioksida yang akan terperangkap dalam tabung
Durham yang sengaja dimasukan dalam tabung reaksinya dengan posisi terbalik.
Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-
koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan
sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau
per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel
air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil
nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN
memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai
MPN terendah dan nilai MPN tertinggi.
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi
(confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan
coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat
fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki
sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji
konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri
coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora. Adapun ragamnya yaitu:
Ada 3 ragam yang biasanya dipakai pada pemeriksaan MPN yaitu :
1. Ragam 511
- 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 1 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 1 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
2. Ragam 555
- 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 5 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 5 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
3. Ragam 333
- 3 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 3 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 3 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
3. Ragam 333
Standar analisa air untuk mengetahui adanya bakteri coliform ada 3 melalui tahapan uji
yaitu:
1. Uji duga (Presumtive Test)
Bertujuan untuk menduga adanya bakteri coli yang mempunyai sifat mampu
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Bakteri coli yang diduga meliputi semua
bakteri gram negatif tdak membentuk spora, selnya membentuk sel pendek, bersifat fakultatif
anaerob, membentuk gas dalam waktu 24 jam dari laktosa pada temperatur 37 derajat Celsius.
Apabila terbentuk gas dalam waktu 24 jam kedua (48 jam) uji dinyatakan meragukan. Sedangkan
apabila gas tidak terbentuk dalam waktu 48 jam uji dinyatakan negatif. Apabila hasil uji duga
negatif, maka uji-uji berikutnya tidak perlu dilakukan karena dalam hal ini berarti pula tidak ada
bakteri coli dalam contoh.
Untuk analisis air, dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk contoh
lainya yang banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan brilliant green
lactose bile broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk
gas, hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. BGLBB merupakan medium
selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat menghambat bakteri gram positif termasuk
Coliform. Inkubasi di lakukan pada suhu 35oC selama 24-48 jam dan tabung di nyatakan positif
bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.tabuung yang
tidak menunjukan terbentuknya gas di perpanjang lagi inkubasinya hingga 48 jam. Jika tetap
tidak terbentuk gas, di hitung sebagai tabuung negatif. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad
masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung.
2. Uji Penetapan (Comfirmed Test)
Bertujuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan media yang secara umum
digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLBB 2%) atau bisa juga
menggunakan media selektif dan diferensial untuk bakteri coli sperti misal Endo Agar (EA).
Pembacaan dilakukan dengan melihat 24-48 jam dengan melihat tabung-tabung yang
positif. Test ini merupakan test yang minimal harus dikerjakan untuk pemeriksaan bakteriologis
air. Terbentuknya gas dalam lactose broth atau dalam BGLBB tidak selalu menunjukan bakteri
coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa dengan
membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu
perlu di lakukan uji penguat pada agar EMB.Dengan Menggunakan jaarum ose, contoh dari
tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di
inokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran. Semua tabung di inkubasikan
pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan EMB pada masing-masing pengenceran yang
menunjukan adanya pertumbhan Coliform, baik fekal maupun non fekal, dihitung, dan MPN
penguat dapat di hitung dari table MPN 7.
3. Uji Lengkap ( Completed Test)
Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMB, di pilih masing-masing satu koloni
yang mewakili Coliform fekal dan satu koloni yang mewakili Coliform non fekal. Uji lengkap di
lakukan untuk melihat apakah isolat yang di ambil benar merupakan bakteri Coliform. Dari
masing-masing koloni tersebut di buat perwarnaan gram, dan sisanya masing-masing di larutkan
ke dalam 3 ml larutan pngencer steril. Dari suspensi bakteri tersebut masing di inokulasikan
menggunakan jarum ose ke dalam tabung berisi lakose broth dan tabung Durham, dan di
goreskan pada agar miring nutrien agar. Tabung di inkubasikan pada suhu 35 oC selam 24 jam,
dan di amati pertumbuhan dan pembentukan gas di dalam lactose broth. Koloni yang
menunjukan reaksi pewarnaan gram negatif berbentuk batang, dan membentuk gas di dalam
lactose broth mereupakan uji lengkap adanya koloni Coliform
Bertujuan untuk mendapatkan hasil yang betul-betul lengkap dan memperkuat hasil uji
sebelumnya. Biasanya dengan membuat isolasi/ piaraan murni dengan coloni yang tumbuh pada
test penetapan. Uji ulang juga dimaksudkan untuk uji ulang apakah jasad renik yang diduga
Coliform pada uji duga memang benar. Dalam uji lengkap dapat diamati morfologi dan fisiologi
dari bakteri yang diduga coiform. Apabila semua kriteria dipenuhi dapat ditarik kesimpulan
bahwa contoh air mengandung bakteri coliform.
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, M.P., Erickson, M.C. 2006. Closing The Door On The Fecal Coliform Assay. Microbe 1, hal. 162-
163.
Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943. Comparative Study Of Presumptive And Confirmative Media For
Bacteria Of The Coliform Group And For Fecal Streptococci. Am J Publ Hlth 33, hal. 550-556.
Pracoyo, N.E. 2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabotabek. Cermin Dunia
Kedokteran 152, hal. 37-40.